Semua Bab A Broken Marriage: Bab 31 - Bab 40
90 Bab
Part 30
“Semua membutuhkan kepastian dan aku menuntut hal itu. Aku sudah lelah mengikuti bayanganmu. Aku lelah menyadari bahwa hanya mengikuti bayanganmu saja aku tak sanggup.”     Hujan pada bulan Agustus. Bulan yang seharusnya menapilkan musim yang panas, menyirami kota Jakarta. Gerimis rintik yang sedikit deras itu tak mengubah fakta bahwa musim telah berubah secara total. Berbeda tanpa ada yang mampu mendeteksinya.     Namun satu hal yang membuat hujan ini menjadi sangat istimewa. Dimalam yang dingin, kedua orang itu hanya terdiam. Saling berpelukan diatas sofa panjang yang sengaja diletakkan untuk menonton televisi di ruang keluarga.  &n
Baca selengkapnya
Part 31
“Ketika aku memutuskan untuk berjalan jauh, kau ternyata mencoba kembali menarik simpatiku.”     Jeanattan, pagi ini mungkin menjadi salah satu pria di dunia yang paling sering mengumpat hari ini. Lelaki itu berdecak tak suka pada apa yang kini menimpanya. Ini seperti sebuah makna, “Sudah jatuh, terimpa tangga pula.” Yah, begitulah.     Pagi ini ia telah dikejutkan dengan tingkah sang nenek yang tiba-tiba saja mengajaknya dan juga Odelia pergi ke sebuah salon kecantikan. Grace memaksanya untuk membuka matanya lebih pagi dari pada yang pernah ia lakukan. Sepanjang jalan, ia tak hentinya menggerutu. Baginya wanita berusia 70 tahun itu telah mengganggu tidur nyamanya memeluk tempat hanga
Baca selengkapnya
Part 32
“Aku menyadari bukan disini tempatku. Aku salah menginjak sesuatu yang bukan seharusnya menjadi milikku.”     Seorang wanita dengan gaun pesta berwarna pink, dengan renda merah yang menghiasi disekelilingnya, menjadi salah satu wanita yang paling diperhatikan pada pesta ini. Wanita itu tersenyum dengan semangat yang menggebu-gebu saat melihat beberapa wajah yang ia harapkan hadir disana. hatinya berbunga memperhatikan setiap tamu yang turut hadir di pesta perayaan hari kelahirannya ini. Namun senyum itu lebih lebar lagi saat melihat dua orang wanita yang baru saja tiba disana. Wanita yang sangat dinantikannya, dan wanita yang tak disangkanya akan datang hari ini.     Grace. Sang nenek yang sudah
Baca selengkapnya
Part 33
“Aku bisa membuatmu, jatuh cinta kepadaku meski kau tak cinta.”     Seorang wanita kini tengah duduk diatas kursi yang memang disediakan untuk seorang pemain yang akan memainkan tuts-tuts bernada indah diatas piano mewah berukuran besar itu. Ditengah pada undangan yang hadir, hanya si pemain yang menjadi daya tarik dari pesta ini. Apalagi ketika mereka yang datang mengetahui bahwa yang duduk disana adalah menantu sulung dari keluarga yang menyelenggarakan acara. Tak pelak kegiatan bisik-membisik pun menghiasi persiapan penampilan itu.     Odelia tak tahu mengapa ia menemukan dirinya sendiri duduk diatas kursi piano ini. Ditengah banyak mata yang memandang kearahnya, ia mulai merasa risih. Tak ada
Baca selengkapnya
Part 34
“Keinginan terbesarku adalah melihat kematianmu, kehancuranmu, keterpurukanmu. Namun ketika aku melihatnya langsung, hal yang paling aku inginkan adalah menahanmu disisiku lebih lama. ”     Odelia Karina.     Jean tak tahu mengapa ia melakukan hal ini untuk wanita itu. Ia tak mengerti mengapa tubuhnya bergerak tanpa perintah dari otaknya. Ia pun juga tak mengerti mengapa dunianya serasa seperti berhenti berputar karena melihat wanita itu yang memilih menenggelamkan dirinya sendiri dari pada bertahan lebih lama dengan pria sepertinya.     Jean takkan pernah mengerti dan mau mengerti. 
Baca selengkapnya
Part 35
"Aku memilih untuk melupakanmu. Melupakan semua kenangan buruk tentang kita. Aku akan pergi, takkan kembali untukmu lagi. "Aku ingin melupakannya.Aku tak ingin berada disini.Aku ingin segera menghilang dari tempat ini.Lelah.Aku sudah lelah.Aku ingin tidur.Aku ingin beristirahat.Aku berharap Tuhan segera mencabut nyawaku.Dengan begitu rasa nyeri ini takkan lagi menghantui hidupku.Sungguh, aku b
Baca selengkapnya
Part 36
"Aku akan mengabulkan semua permintaanmu. Apapun, asalkan mengabulkan permintaanmu yang meminta hatiku. ""Jadi, kau sama sekali tidak mengingatku?"Wanita bermata hitam besar itu hanya menggeleng lemah. Didepannya ada seorang wanita lainnya yang memiliki warna mata yang unik. Hijau. Warna yang tak biasa untuk orang asia. Entah mengapa di rumah ini Odelia seperti dipaksa mengingat masing-masing orang melalui warna mata mereka.Ada Clara, si bungsu keluarga ini. Wanita yang lebih muda beberapa tahun darinya itu menjadi yang paling banyak bicara disini. Odelia dengan mudah dapat mengenali wanita muda itu dari warna matanya yang mencolok. Dan lagi, kemana pun wanita itu pergi pasti ada sesosok lelaki, Marko yang selalu mengikuti dari belakang.
Baca selengkapnya
Part 37
"Apakah kau percaya bahwa kita akan kembali menikah. Kita akan kembali menjadi sepasang suami istri seperti dulu. ""Aku akan pergi meninggalkanmu."Jean tak bisa memosisikan tidurnya dengan benar. Ia gelisah. Sepanjang malam, ia menghabiskan waktunya mendengarkan dengugan suara semu yang entah datang dari mana. Suara itu terus menggaung seolah tak mengijinkannya untuk tidur malam ini. Ia seperti disiksa terus-menerus oleh suara asing yang bahkan ia tahu pemiliknya saat ini telah jatuh ke alam mimpinya.Disana, Odelia bergelung nyaman didalam selimu tebal yang membungkusnya. Wanita itu telah tertidur sejak beberapa jam yang lalu tanpa beban. Odelia terpejam setelah berhasil memporak-porandakan hati lelaki yang kini menjadi gelisah. Wanita itu meminta sebuah pe
Baca selengkapnya
Part 38
"Kau percaya takdir? Aku akan tunjukkan bagaimana takdir itu berjalan untukmu.""Selamat pagi!"Jean pagi itu nampak menunjukkan senyum seribu wattnya pada semua orang. Lelaki itu tak segan memamerkan deretan gigi putihnya kepada semua orang yang harus ini duduk memenuhi kursi meja makan. Disana ada Grace, Yonash dan juga Clara. Mereka semua nampak takjub melihat perubahan sikap Jean.Lain Jean, lain pula sosok wanita yang berjalan disampingnya. Wanita itu terlihat tidak nyaman dengan posisinya. Pasalnya sejak mereka berjalan keluar dari kamar yang semalam mereka tempati, Jean tanpa ragu melingkarkan tangannya disekeliling pinggang Odelia. Pria itu dengan sangat berhati-hati membimbingnya menuruni tangga.Perlakuan it
Baca selengkapnya
Part 39
"Kau tahu, sebelum dan sesudah ini aku hanya akan mengatakannya sekali. Kau harus mendengarnya baik-baik. aku adalah manusia yang paling benci menunggu. Aku tak suka menunggu, karena aku tahu menunggu hanyalah akan berakhir dengan kesia-siaan.""Apa kau sungguh melupakanku?" Tanya Jean. Ia ingin tahu dari mulut wanita iu sendiri, benarkah Odelia sama sekali tak mengingatnya. Barang sedikit pun apakah kenangan mereka sama sekali tak membekas dalam ingatan wanita itu. Meski menyakitkan, Jean tahu Odelia takkan pernah melupakannya. Wanita yang dikenalnya itu, sangat memujanya. Keyakinan itu yang membuatnya ragu akan kondisi Odelia saat ini."Apa?" Hari ini mungkin menjadi hari dimana Odelia selalu tak mengerti apa yang disampaikan pria itu kepadanya. Ia tertegun. Dalam kediamannya ia berusaha memproses dalam otakn
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234569
DMCA.com Protection Status