All Chapters of Pernikahan Nona Smith: Chapter 121 - Chapter 130
186 Chapters
Bab 121_ Nasi Bungkus Berharga
Hendry menelan ludahnya. Sejujurnya masih ada rasa ngeri yang melingkupi dirinya melihat nasi bungkus yang telah ia buka. Lantas ia menggeser pandangannya pada piring Smith. Hendry sampai terbelalak melihat piring putrinya sudah bersih nyaris tanpa sisa sedikit pun.Meskipun dulu Hendry pernah hidup sederhana, ia tidak pernah makan nasi bungkus. Ia selalu makan masakan Lisa, juga membawa bekal yang disiapkan istrinya. Rasa ngerinya semakin bertambah karena ketika ia menyetir melewati jalanan tertentu, ia pernah melihat sendiri betapa tidak pedulinya penjual makanan terhadap kebersihan makanan yang dijual. Dan kebetulan sekali, Hendry melihat penjual itu membungkus dagangannya untuk pembeli."Bagaimana bisa putriku menikmati makanan murahan seperti ini? Sedangkan pikiranku dipenuhi pertanyaan yang membuatku ragu untuk memakannya," ucap Hendry dalam batin.Ada banyak pertanyaan yang menganggu pikiran Hendry. Ia memikirkan apakah makanan yang ada di hadapannya itu
Read more
Bab 122_ Jangan Salahkan Tuhan!
Sisil menutup pintu kamarnya dengan perasaan perih yang masih belum berkurang. Entah mengapa meski ia tahu bahwa Smith dan Janu telah menikah dan bebas melakukan apa pun, ia tidak bisa memungkiri rasa sakit yang muncul saat melihat suami istri itu terlihat mesra dan harmonis di meja makan. Padahal sebagai pasangan yang sah, tentu saja mereka telah melakukan hal luar biasa di kamar mereka, termasuk bersenang-senang di atas ranjang. Bercinta!Tetiba saja Sisil menjadi frustasi saat membayangkan Smith dan Janu saling berbagi tubuh. Ada rasa cemburu yang kembali mencuat di hatinya. Padahal Sisil telah berusaha keras untuk menetralkan perasaannya. Ia telah berhasil mengendalikan pikiran dan perasaannya beberapa waktu belakangan.Namun kini hatinya kembali tercabik-cabik. Pikirannya juga kembali teringat pada pertanyaan besar apakah Smith hamil atau tidak, apakah Janu yang menghamilinya atau bukan. Jika ia terus saja membiarkan pertanyaan tersebut berkeliaran di
Read more
Bab 123_ Memperjuangkan Maaf
Suara detak jam menjadi satu-satunya bunyi yang memecah keheningan di kamar Sisil. Meski begitu, kesunyian memang tidak selamanya sejalan dengan kedamaian. Buktinya, kini batin Sisil sedang berkecamuk hebat, menunggu Smith memulai percakapan. Faktanya, Sisil memang tidak cukup berani untuk memecah kebisuan di antara mereka. Meski ia ingin mengatakan maaf, Sisil tidak yakin kesalahannya kemarin bisa dimaafkan Smith. Smith menjadi orang pertama yang ia tampar selama hidupnya. Dan sebagai seorang amatiran, nyatanya Sisil mempu melayangkan tamparan yang sangat keras. Sementara itu, Smith sangat menikmati saat-saat seperti sekarang. Kecemasan yang ia temukan di wajah Sisil merupakan salah satu jenis kebahagiaan yang sangat ingin ia rasakan, selain melihat Sisil menangis. Itu sebabnya Smith tidak bermaksud untuk berbicara lebih dulu. Biar saja kalau mereka saling diam di kamar itu. Smith akan menunggu Sisil untuk berbicara lebih dulu. 
Read more
Bab 124_ Meminta Kemustahilan
Smith tahu bahwa Sisil hendak berlutut di depan kakinya. Tapi ia sengaja membiarkan gadis itu sampai lututnya menyentuh lantai, baru kemudian berkata, "Tidak, tidak. Itu tidak perlu. Kau tidak usah berlutut di kakiku karena aku tidak akan memintamu untuk melakukan hal receh seperti itu."Smith mundur beberapa langkah, mengambil jarak dari Sisil. Seolah kakinya terlalu berharga untuk bersentuhan dengan tangan Sisil.Sisil langsung bangkit dan kembali bertanya, "Kalau begitu, apa yang kau inginkan Smith? Aku berjanji akan melakukannya. Katakan saja," kata Sisil bersungguh-sungguh.Sisil benar-benar tidak tahu harus melakukan apa lagi. Yang jelas, semua yang dikatakan oleh Smith, kenyataannya memang benar. Ia dan mamanya telah membuat gadis itu menjadi sangat menderita, tidak hanya sebulan dua bulan, tapi sampai bertahun-tahun.Sisil sadar kalau ia menanggung dosa yang sangat besar hingga kini harus menerima karma akibat perbuatannya dulu. Sejujurnya selama
Read more
Bab 125_ Guru Kebohongan
Peluh mulai bermunculan di dahi Sisil. Darahnya bahkan seolah berhenti mengalir karena jantung yang memompanya masih berhenti.Selama beberapa detik Sisil menunggu penjelasan dari omongan Smith tentang kebohongan yang akan dibicarakan sekarang, gadis itu sampai menahan napasnya."Ya, kebohonganku. Apa kau pikir di dunia ini orang yang lihai dalam berbohong hanya mamamu, hanya dirimu? Tidak! Kau salah besar. Aku adalah pembohong ulung. Bahkan aku bisa membuat orang yang jujur menjadi pembohong sepertiku. Kau tahu pasti siapa yang aku maksud," ucap Smith sengaja menuntun Sisil untuk menebak siapa orang jujur yang telah berubah menjadi pembohong sepertinya. Faktanya, memberi sedikit tebak-tebakan pada Sisil dalam keadaan yang mendebarkan itu jauh lebih menyenangkan ketimbang memberi tahu Sisil secara langsung bahwa orang yang ia maksud adalah Janu."Smith, jangan-jangan orang yang kau maksud itu Janu?" tebak Sisil dengan dada yang terasa semakin sesak.
Read more
Bab 126_ Karma?
Smith terkekeh seolah ucapan Sisil adalah sebuah lelucon. Tapi gadis itu sungguh-sungguh tertawa. Di telinga Smith, perkataan Sisil barusan tak ubahnya lawakan belaka. Bagaimana mungkin seseorang yang telah menyakiti hati orang lain seperti Sisil, berbicara sebagai orang suci dan baik hati, yang peduli pada hati manusia lainnya. Dulu Sisil dan mamanya telah menyakiti hati Smith hingga tidak mungkin untuk sembuh lagi, dan kini gadis itu mengoceh bahwa ia khawatir Smith akan menyakiti orang lain? Omong kosong!"Menyakiti hati banyak orang? Coba sebutkan satu saja orang yang aku sakiti karena kebohongan ini! Tentunya selain dirimu dan mamamu ya! Karena aku tidak peduli meski kau dan mamamu mati sekali pun," ujar Smith berbisik di telinga Sisil saat memberikan pernyataan perihal ketidakpeduliannya pada gadis itu."Apakah kau tidak memikirkan Ayah? Bagaimana perasaan Ayah jika tahu bahwa ternyata kau hanya membohonginya, bahwa semua perkataanmu ten
Read more
Bab 127_ Mengungkap Kebohongan Smith
Sisil yang hampir ke luar matanya, terus menatap tajam Smith yang mengelus-elus pipinya. Itu adalah bagian pipi yang sama dengan yang ia tampar kemarin. Sisil sengaja memukul pipi yang sama supaya lebih terasa bekasnya.Pikir Sisil, Smith memang perlu dikasih pelajaran. Semakin lama tingkah gadis itu semakin seenaknya sendiri, persis dengan yang dikatakan oleh mamanya dulu.Maka, dengan didorong kemarahan yang luar biasa besar, keberanian Sisil juga turut mencuat. Ia tidak mau ditindas atau dipermainkan lagi. Sudah cukup semuanya! Jika setelah ini Smith masih berbicara macam-macam, Sisil bersumpah akan kembali menampar saudara sambungnya itu. Kalau perlu akan meninju mulutnya juga sampai tidak bisa dipakai bicara lagi.Plakkk!Dalam keheningan di kamar Sisil, tetiba saja sebuah tamparan melayang dan membentur dengan sangat keras hingga memunculkan suara tertentu lebih keras dari bunyi yang dihasilkan oleh tamparan Sisil tadi. Ternyata kali in
Read more
Bab 128_ Apa Gunanya Air Mata?
Dengan tergesa-gesa Sisil berlari menuruni tangga. Apa pun yang terjadi, ia akan mengungkap kebenaran saat ini juga. Ia tidak akan menunda sampai besok, bahkan tidak untuk satu jam saja.Sisil tidak peduli meski wajahnya pasti terlihat sangat kacau setelah dua kali menerima tamparan keras dari Smith. Pasti ayahnya akan sangat kaget melihat kenampakkannya yang sudah seperti istri yang menjadi korban KDRT."Sisil, apa yang terjadi? Kenapa wajahmu ...." kata Hendry yang langsung berdiri saat melihat putri tirinya tampak menyedihkan dengan kedua pipi yang lebam dan merah, juga sudut bibir yang berdarah."Aku tidak apa-apa Ayah. Aku tadi kurang hati-hati sampai terjatuh dua kali. Ini tidak sakit, Ayah. Tidak usah cemas," elak Sisil yang berusaha untuk memajang senyum supaya orang-orang tidak tahu kalau ia sedang sangat menderita."Apanya yang tidak sakit! Lihatlah wajahmu. Pipimu lebam seperti bekas tamparan. Bibirmu juga berdarah. Sekarang duduklah. Ayah akan
Read more
Bab 129_ Satu Keinginan
Tidak bisa dipungkiri, pikiran Hendry masih tersita pada Sisil. Ia terus saja memikirkan apa yang sebenarnya terjadi pada putrinya itu hingga mengalami luka di wajahnya. Walau sekeras apa pun ia memikirkan penyebabnya, tetap tidak ada jawaban yang bisa diterima.Padahal, peristiwa Sisil yang pulang dalam keadaan berlinang air mata tempo hari saja, Hendry masih belum tahu siapa yang menyebabkan putrinya demikian, sebab sampai detik ini Sisil tidak juga menceritakan hal itu padanya."Ayah, tenanglah. Sisil pasti baik-baik saja. Dia gadis yang kuat. Aku mohon jangan bebani pikiran Ayah dengan dugaan-dugaan yang bisa membuat Ayah menjadi tidak tenang," tutur Janu membuyarkan renungan mertuanya."Ya, semoga dia baik-baik saja Janu. Sejujurnya meskipun Sisil adalah anak tiri Ayah, ia sudah Ayah anggap seperti anak Ayah sendiri. Ayah sangat menyayanginya. Ayah tidak bisa tenang melihatnya seperti itu. Dia anak yang sangat baik, penyayang, peduli, lembut, dan pengertian
Read more
Bab 130_ Dialog dengan Mertua
Hendry sampai berdiri mendengar perkataan menantunya. Ia tidak mengira jika permintaan Smith akan sesulit itu. Sebuah permintaan yang tidak mungkin ia penuhi. "Iya Ayah. Smith ingin mengangkat Bibi Ipah menjadi nenek di rumah ini, sehingga mereka bisa terus bersama dan Bibi Ipah tidak harus mengerjakan pekerjaan rumah yang melelahkan," kata Janu setelah mertuanya kembali duduk di sampingnya. "Tidak Janu. Itu sangat tidak mungkin. Bibi Ipah adalah pembantu di rumah ini. Bagaimana bisa dia diangkat menjadi seorang nenek. Kau tahu, Ayah adalah orang yang sangat terhormat. Keluarga Hendry Sasongko selalu menjaga kehormatannya dengan cara apa pun. Ayah bahkan masih belum tahu bagaimana caranya untuk menghindari isu miring tentang Smith yang hamil di luar nikah nanti. Semua orang akan tahu dan menduga-duga ketika Smith melahirkan lebih cepat dari semestinya. Dan sekarang apa, Hendry Sasongko mengangkat pembantunya sendiri menjadi bagian dari keluarga? Tidak! Itu tidak mung
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
19
DMCA.com Protection Status