All Chapters of Pernikahan Nona Smith: Chapter 41 - Chapter 50
186 Chapters
Bab 41_ Pemicu Balas Dendam
"Berani kau! Dari mana kau belajar melawan mamamu? Apa Smith sudah mempengaruhimu?" ujar Sinta dengan mata melotot."Stop Ma! Berhenti menyalahkan Smith atau orang lain. Semua hal buruk terjadi karena ulah Mama.""Apa? Sekarang kau malah menyalahkan Mama?""Coba Mama tidak meminta ayah untuk memecat Tante Sheira. Mama tidak akan repot mengurus butik. Coba Mama tidak merebut ayah dari Tante Lisa, pasti Smith akan menjadi gadis manis yang menghormati ayah!"Plakkk!Smith menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya juga terbelalak. Ia sangat yakin tamparan yang mendarat di pipi Sisil sangat keras. Ia bisa melihat ada bekas tangan Sinta di pipi Sisil yang memerah."Sisil, maafkan Mama. Mama tidak bermaksud untuk ....""Sudahlah Mama. Aku sangat lelah. Aku mohon, biarkan aku sendiri," ucap Sisil sambil mengusap pipinya yang basah. Itu kali pertama mamanya menampar diri
Read more
Bab 42_ Pengakuan Smith
Untuk pertama kalinya, Smith mengendarai mobil pemberian sang ayah yang selama ini anteng saja di garasi rumah. Ia menyetir dengan dada yang masih panas. Suara Sinta yang menertawakan dirinya, tidak bisa hilang meski Smith telah memejamkan mata. Juga wajah polos Sisil yang menyimpan kebusukan di balik segala sikap lembutnya. Setidaknya dua hal itulah yang membuat batin Smith berkecamuk sampai akhirnya tidak kuat untuk berdiam diri saja.Gadis itu pun pergi meninggalkan rumahnya tengah malam, setelah sebelumnya berusaha keras untuk tidur dan selalu gagal. Smith tidak berpamitan pada siapapun kecuali Pak Jono, yang kemudian membantu membukakan pintu gerbang.Pak Jono yang memandang heran majikan mudanya itu, tidak berani menanyakan apa-apa lantaran terlihat jelas jika Smith sedang sangat marah. Pak Jono hanya mengangguk ketika Smith memintanya agar tidak memberitahu siapapun soal kepergian gadis itu. Smith juga mengatakan hanya
Read more
Bab 43_ Kesanggupan Menikah
Janu masih diam dengan mata terbelalak. Mulutnya yang sedikit menganga membuat tenggorokannya terasa kering. Sedangkan Smith, gadis itu tidak menggeser pandangannya sedetikpun. Itu kali pertama bagi Smith memandang wajah seorang lelaki dalam waktu yang cukup lama. Dan entah bagaimana, kini matanya berkaca-kaca mengingat mata ibunya yang sangat persis dengan mata Janu.Ada yang berdesir dalam darahnya ketika membayangkan reaksi almarhum Lisa jika mengetahui kebohongan besar yang sedang ia karang. Smith merasa sangat bersalah untuk itu.Namun, dalam kekalutan tersebut, Smith menyampaikan maaf berulang-ulang pada ibunya, juga pada Tuhan tentunya. Dan tidak terlupa pula sebuah permohonan maaf untuk Janu Malik yang dalam waktu dekat mungkin akan menghadapi berbagai masalah atas tindakan nekatnya."Pacarku menghamiliku. Lalu dia menghilang entah kemana. Ponselnya tidak bisa dihubungi. Dia meninggalkanku begitu saja
Read more
Bab 44_ Tempat Sempurna untuk Menangis
"Aku ingin tahu, mengapa kau langsung percaya begitu saja pada omonganku? Maksudku, kita tidak pernah bicara baik-baik sebelumnya. Aku bahkan selalu berteriak padamu. Mengapa kau langsung bersedia menolongku? Apa kau kasihan padaku?"Janu tersenyum. Kemudian menggeleng perlahan."Lalu, kenapa?""Aku tahu, kau gadis yang baik," jawab Janu singkat. "Dari mana kau mendapatkan kesimpulan itu? Bukankah itu terlalu mengada-ada? Aku bahkan selalu bersikap buruk padamu," tukas Smith yang tidak percaya jika Janu mau menikahi dirinya yang mengaku dihamili orang lain, hanya gara-gara argumen singkat yang terkesan asal-asalan."Itulah. Orang baik tidak pernah berusaha terlihat baik."Smith terdiam. Jujur, ia merasa sedikit tersanjung atas ucapan Janu. Itu adalah ucapan yang sangat manis. Tapi sudah pasti Smith tidak akan membiarkan dirinya terbawa suasana."Kau memang men
Read more
Bab 45_ Kesedihan yang Mendarah Daging
Setelah dua tahun, kenampakan perpustakaan itu tidak jauh berbeda. Tetap sepi dan hanya dikunjungi segelintir mahasiswa saja. Rerata dari mereka adalah mahasiswa semester akhir yang telah melampaui waktu normal untuk lulus kuliah. Bahkan ada pula yang sudah mendekati batas maksimal semester alias telah mencium bau-bau dari drop out.Padahal, ada lebih banyak buku yang menambah koleksi perpustakaan itu. Juga tersedia lebih banyak komputer dengan kecepatan internet yang stabil guna menunjang kebutuhan pengunjung perpustakaan. Bahkan air mineral juga diberikan secara cuma-cuma bagi siapa saja yang ingin minum.Smith memerhatikan perpustakaan itu dengan saksama. Semua memang tampak lebih baik. Penataan ruangan, berbagai hiasan bernuansa shabby, dan juga petugas perpustakaan yang sudah semakin sering tersenyum. Tapi dalam kemajuan dan perbaikan itu, ada yang tetap sama, yakni tingkah pengunjung. Banyak di antara mereka yang mengambil buku dari rak lantas duduk ber
Read more
Bab 46_ Hikmah di Balik Musibah
Sheira memeluk hangat Smith layaknya putri sendiri. Telah cukup lama mereka tidak bertemu dan hanya berbagi kabar melalui ponsel saja.Ada banyak hal yang ingin ditanyakan Sheira untuk meredakan segala kekhawatirannya selama ini atas kehidupan yang dijalani Smith belakangan. Tapi perempuan itu menelan kembali semuanya hingga membuat tenggorokannya terasa nyeri.Meski sangat ingin tahu, Sheira tidak mau mengulik hal-hal yang mungkin akan membuat Smith merasa tidak nyaman. Maka, ia hanya menanyakan kabar saja sebagai pembuka percakapan."Aku baik, Tante. Bagaimana dengan Nenek Suri?" "Begitulah. Keadaannya tetap saja lemah. Tante mengerti, ibu memang sudah tua. Tante bahkan sudah ikhlas kalau Tuhan memintanya kembali. Yang terpenting, dalam masa-masa tuanya, Tante selalu ada di sampingnya."Smith mengelus pundak Sheira. Ia bisa melihat kesedihan, juga ketegaran dan kepasrahan di wajah perempuan
Read more
Bab 47_ Mode Baik
"Aku selalu cemas tentang dirimu jika aku sudah mati." "Tante ...." "Tante mengenalmu luar dalam. Kau sungguh serius saat dulu mengatakan tidak akan pernah menikah. Katamu, kau akan hidup lajang sampai meninggal. Tante sudah melewati asam getir hidup ini lebih dulu darimu, Smith. Tante tahu benar betapa susahnya menjalani hidup setelah suami Tante meninggal. Sebelumnya, meski ada banyak rintangan, kami bisa melaluinya dengan lebih mudah saat bersama. Dan setelah dia pergi, huft ...." Sheira menghembuskan napas berat. Meski telah lama suaminya meninggal, ada sesak yang tertinggal di dalam hatinya saat mengingat masa-masa silam bersama sang suami. "Kau tahu, pasangan akan membuatmu menjadi lebih kuat. Dan Tante sangat yakin, Janu bisa menjagamu dengan sangat baik. Kau akan bahagia jika memiliki suami sepertinya. Tante bisa melihat ketulusan pada pemuda itu. Tante sangat senang sekali karena pada akhirn
Read more
Bab 48_ Mendadak Idiot
Kemenangan yang baru saja dinikmati Sinta telah minggat bersama hilangnya Smith dari pandangan orang-orang. Ia jelas langsung kalang kabut atas pertanyaan Smith menyoal sang pacar. Apalagi kalau sampai membayangkan Smith menikah! Batin Sinta benar-benar seperti dihantam palu besi raksasa. Tueeeng! Nyeri bukan kepalang.Hal itu akan mengancam posisi dari keturunan Sisil sebagai pewaris utama kekayaan Hendry. Angan-angan Sinta terhadap suami Sisil yang kelak akan meneruskan bisnis Hendry menjadi sedikit buyar.Sinta tidak percaya jika Smith mau menjalin hubungan dengan laki-laki. Rasanya tidak masuk akal kalau Smith memiliki pacar. Apalagi kalau sampai akan melamar Smith pula."Atau mungkin selama ini gadis itu sudah berbohong? Dia mengaku pada semua orang tidak akan pernah menikah sampai mati. Tapi sebenarnya, diam-diam dia sudah berpacaran! Kurang aj*r! Bangs*t! Ternyata dia jauh lebih licik dari yang aku kira. Bagaimana bisa aku me
Read more
Bab 49_ Malam yang Panjang
Malam ini Smith tidak bisa tidur. Meski tubuhnya telah rebah di atas ranjang empuk, matanya masih terjaga mengamati sekeliling. Pikiran gadis itu melayang. Besok adalah hari baru untuknya. Janu akan datang dan melamar dirinya dengan cara yang mungkin akan penuh drama.Setelah malam ini pastilah semua akan menjadi sangat berbeda. Ia harus berbagi semuanya dengan Janu. Mulai dari kasur, lemari, dan seluruh isi kamarnya. Lalu Smith merasa ngeri hingga bulu kuduknya berdiri ketika membayangkan harus berbagi tubuhnya juga.Sementara itu, di lain tempat yang cukup jauh dari kediaman Smith, hal yang sama juga terjadi pada Janu. Pemuda itu belum juga terlelap meski hari sudah melampaui batas malamnya. Tapi berbeda dengan Smith, Janu tidak tidur bukan karena tidak mau tidur, namun karena pekerjaan yang belum selesai.Benar, Janu memang memutuskan untuk mengambil pekerjaan tambahan agar memiliki cukup uang sebelum kelah
Read more
Bab 50_ Cara Mengobati Otak Macet
"Janu! Janu! Bangunlah!" ujar Pak Jack masih dengan senyum, kentara sekali garis kesabaran di wajahnya.Janu menggerakkan tangannya dan mulai mengangkat kepalanya yang bertumpu di atas meja. Betapa terkejutnya pemuda itu ketika ia mulai membuka matanya dan melihat sang dosen sedang berdiri di hadapannya.Wajah Janu yang menjadi pucat seperti kertas putih membuat gelak tawa menggema lebih keras di dalam ruangan itu. Dengan kepala menunduk dan wajah menyesal Janu berkata, "Maafkan saya, Pak. Saya benar-benar minta maaf. Tidak seharusnya saya tidur di dalam kelas. Silakan Bapak memberi hukuman apa saja kepada saya. Saya akan melaksanakannya dengan ikhlas. Saya memang sudah melakukan kesalahan besar."Janu yang tidak pernah tertidur di dalam kelas menjadi cemas lantaran mengira Pak Jack akan tersinggung karena ulahnya yang konyol. Ia sadar, sebuah hukuman sangat pantas untuk mengganjar tindakan kurang ajarnya itu.Menurut pandangan Janu pribadi,
Read more
PREV
1
...
34567
...
19
DMCA.com Protection Status