All Chapters of Dipaksa Nikah: Chapter 21 - Chapter 30
39 Chapters
21. Semoga Saja
Aku bekerja seperti biasa, rapat sudah selesai kuhadiri. Ada beberapa pertanyaan mengenai daerah mana saja yang akan dilalui road-show Lea, karena kami membutuhkan daerah yang strategis yang bisa memudahkan para penggemar untuk datang. Untuk saat ini kami hanya memutuskan mengadakan di lima tempat...tempat-tempat dengan banyak fan-base Lea dan girlgroupnya yang dulu, diantaranya; Seoul, Tokyo, Beijing, Busan dan Daegu.Aku juga menyampaikan mengenai ada sebuah brand yang menginginkan Lea sebagai brand ambassador, sebuah produk sabun mandi dan perawatan tubuh. Eksekusi road show kurang lebih akan dimulai bulan depan, aku sudah memiliki channel para klien yang mau mensponsori road show ini, dan selama persiapan road show, Lea akn menghadiri beberapa reality show mentereng di negeri gingseng ini.Mr. Yang tak membahas mengenai love-line yang ia bahas denganku tadi. Aku juga tak mau memikirkannya lebih lanjut...semo
Read more
22. Tapi... Kau milikku!
Malamnya sekitar jam tujuh Fay akhirnya sadar, wajahnya tak terlalu pucat walau bibirnya sangat kering. Saat ia membuka amata, aku langsung menyodorkan air untuk ia minum. Walau dengan wajah penuh tanya...ia meminumnya."Kau baik-baik saja?" Tanyaku akhirnya."Aku mau cerai!" Ucapnya dengan tegas."Fay ...""Aku mau cerai pokonya!" Ulangnya lebih tegas. Ia baru bangun dan kalimat pertama yang ia ucapkan adalah permintaan cerai?"Kenapa? Sudahlah...aku pulihkan dulu tubuhmu...nanti kita bicarakan lagi." Balasku akhirnya. Mungkin Fay belum terlalu sadar.. aku harus menjadi orang yang lebih sabar.Ia mendengus kesal dan memalingkan wajahnya membelakangiku. Entah apa yang kubuat salah dengannya.Perawat datang membawakan makan malam, yang dengan susah payah akhirnya ia habiskan. Sepertinya Fay menelan dengan kesulitan. Aku tahu rasanya makanan rumah sakit...dan ia te
Read more
23. Beri Aku Waktu!
Fay sudah bisa pulang dan ia bilang bisa sendiri di rumah. Justru ia yang memintaku untuk pergi kerja. Aku sekarang berada di Incheon di sebuah gedung tinggi dan membicarakan usulan sponsorship untuk road show Lea.“Tuan Jae…Selamat pagi.” Sapaku kepada pimpinan tertinggi perusahaan ini, yang juga kebetulan adalah salah satu sahabat lamaku waktu kuliah. Perusahaanya adalah salah satu perusahaan terbesar dairy goods, perusahaan yang memproduksi semua olahan susu dan keju. Brand susu miliknya adalah brand susu kemasan nomor satu se Korea Selatan. Seorang pebisnis sukses yang masih ingat dengan sahabat lamanya sewaktu kuliah.“Ben..kau masih sangat kaku. Bagaimana dengan kehidupanmu..aku tak menyangka bos property sepertimu akan jadi seorang produser artis di Seoul.” Ucapnya memukul bahuku pelan.“Ha…ini passionku. Bisnis propertiku diurus oleh anak buahku…hanya pada saat tertent
Read more
24. Lea si Idol
“Aku masih harus ke kantor…aku akan berusaha pulang lebih cepat. Kita dinner bareng.” Ucapku pada sosok Fay yang setelah kuperhatikan sekarang terlihat sedikit lebih kurus dibanding saat kami baru menikah. “Ikut.” Ucapnya dengan nada merengek. Aku menaikkan alisku, bingung. “Ikut? Untuk apa?” “Kau bilang…aku boleh ikut ke kantormu…aku lebih baik hang out di sana daripada seharian di kamar. Membosankan.” Ucapnya panjang dan lebar. Yah setidaknya Ia sudah kembali ke dirinya sendiri yang cerewet. “Baiklah. Kau siap-siap.” Ia berdiri dan pergi ke kamarnya mengambil sebuah coat berwarna coklat lalu memakainya. Ia berdiri dengan wajah siap untuk berjalan-jalan, dengan hanya menggunakan sebauah kaus berwarna putih dan jeans kendur berwarna biru muda, ia merapatkan coatnya. Aku menggeleng. Walau harus tertaw
Read more
25. Pencari Masalah
Lea masih berada di ruanganku. Ia beralasan ingin berlatih dan meminta pendapatku. Aku sudah beralasan..ia bisa berlatih di tempat latihannya dengan pengawasan manajer dan koreografernya…namun Lea berkeras ia ingin meminta pendapatku.“Fay..kau sudah lapar? Tak apa aku mendengakan Lea menyanyi dulu?” Tanyaku pada Fay yang sejak tadi tak berhenti menyuap cakenya.Ia tanpa menoleh dan mengeluarkan sepatah katapun..hanya mengulurkan ibu jarinya kepadaku. Ia memberi isyarat Ok dengan tangannya. Matanya masih focus menatap sebuah drama lewat laptopku. Ia lalu memindahkan laptop di atas sofa dan membuat tubuhnya nyaman. Ia menonton sambil tiduran.“Hey..its not good. Tidak baik setelah makan kau tertidu dengan posisi seperti itu…organ pencernaanmu tak bisa mengolah makanan dengan baik..kau bisa lebih gemuk lagi!” Ucap Lea spontan saat Fay membalik posisi tidurannya. Ia jadi tengkura
Read more
26. Acting Sepupu Jauh
Disinilah aku, di sebuah restoran dengan jaminan halal. Sebuah restoran yang cukup sulit ditemukan di kota Seoul, tapi berhubung Ben memang mengenal baik daerah ini, ia lebih mudah mencari restoran bermenu daging yang bisa kami makan. Sejak tadi Lea dan Su Min berjalan mengekori kami. Kami berada di mobil yang berbeda..Ben yang menyarankan itu..agar nanti setelah makan kami bisa langsung cuss..belanja. mungkin Ben yang kurang sensitive…karena sangat jelas kalau Lea sedang mengincarnya. Atau mungkin ia pura-pura tak paham? His..nyebelin. Aku memesan banyak menu daging, sup..steak dan barberque… “Ini semua pesananku ya…kalian pesan yang lain…awas ngambil jatahku!” Ancamku kepada yang lain. Aku memang sedang sangat kelaparan. Karena sejak tadi pagi aku hanya mengganjal perut dengan roti terakhir di apartemen Ben. Aku melihat diriku di cermin tadi pagi dan sangat kaget karena wajahku terlihat terlampau kur
Read more
27. Aku Kan Suamimu!
Aku mendorong trolli di belakangku Ben berjalan sambil sesekali mengambil sebuah belanjaan dan dimasukkannya ke dalam trolli. “Jangan lupa, kau beli pembalut!” Ucapnya mengingatkan. Untung saja..karena memang aku belum membelinya sama sekali, aku masih memakai yag diberikan perawat di rumah sakit. Aku meninggalkan trolli dan berjalan cepat di lorong sebelah…yang sebenarnya tadi sudah kami lalui, dan aku lupa mengambilnya. Untung saja. Aku kembali membawa beberapa paket pembalut dan memasukkannya ke dalam trolli. Ben mengambil beberapa makanan frozen dan kalengan. Ia mengambil satu karung kecil kentang dan beras. Hha..dia paham juga orang Indonesia judulnya gak makan kalau gak makan nasi. Ia mendorong trolli dengan pakaian resminya itu, sebuah trolli berisi bahan makanan di dapur dan beberapa paket pembalut. Aku tertawa dalam hati. Biarkan saja. “Jadi…kau belum cerita t
Read more
28. Di Kota Malang
Aku dan Ben sudah berada di dalam pesawat, ia langsung membooking penerbangan kelas bisnis dalam waktu paling cepat."Ben... Ibumu sudah..." Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, ia sudah memotong dengan cepat. "Sudah!" "Mmh.. good." "Sebaiknya kau bersikap sopan di sana... Keluarga itu sangat alim..." Ben melirik ke arahku dengan pandangan menilai. "Ya.. ya. Aku tahu diri. Aku memang belum...alim." Jawabku melengos. Pria ini..menyakitiku berkali-kali. "Di sana.. ada Aisha, ia masih saudara denganku, sejak kecil ia sudha dekat denganku... Kau jangan bertingkah seperti di depan Lea.. karena nama baik keluargaku juga akan berpengaruh!" "Aisha...masih single?" "Nope... Married." Jawab Ben tak menoleh. "Oh... Setelah ini aku boleh ke Jakarta?" Tanyaku dengan sebuah harapan besar bisa
Read more
29. Golok, Mana Golok?
Aku dan Ben menempati sebuah kamar kosong di dekat taman belakang, rumah ini memang sangat besar dan memiliki banyak kamar. Bu Fatimah tadi bilang, bahwa ayah dari Aisha ingin anak banyak, tapi istrinya hanya bisa punya anak satu... Dan jadilah Aisha sebagai satu-satunya penerus keluarga ini, dan semua kamar ini ditujukan untuk anak-anak Aisha kelak. Kamar ini memiliki kamar mandi di dalam ruangan, dekorasinya mewah dan elegan, bak di hotel bintang lima. Sejak tadi Ibu Fatimah yang sedang mengobrol denganku dan Ben di kamar ini mengungkapkan ketakjubannya dengan design interior ruangan ini. "Dulu.. padahal gak seperti ini, pasti Aisha yang desain ulang...memang anak itu hebat." Ucap Ibu Fatimah yang memang sejak tadi tak berhenti memuji perempuan bernama Aisha. Aku tak masalah... Sungguh, cemburupun aku malas ... Tapi apakah pantas...membicarakan betapa sempurnanya perempuan lain di depan istri dari anakmu? Ah.. mungkin memang aku yang
Read more
30. My Future
Aku cukup kaget, no... Aku sangat kaget saat mendengar Ibu bilang bahwa Aisha sudah bercerai. Bagaimana bisa? Mereka terlihat saling mencintai... Pria itu terlihat sangat baik dan perhatian. Aku memang tak diundang, tapi aku melihat semua status social media Aisha. Mereka terlihat sangat bahagia. Fay, berucap bahwa ia mau istirahat. Belakangan ini memang ia lebih sensitif dan pemarah. Ibu mengajakku keluar dari kamar, dan melanjutkan pembicaraan kami di luar. "Fay, sepertinya lebih kurus Ben. Apa karena sakit kemarin?" Tanya Ibunya. Mereka mengobrol di ruang makan, dan tak lama Aisha datang. "Iya Bu." Jawab Ben cepat. Ia melihat sosok Aisha yang datang dan berpakaian bserba hitam. Aisha terlihat kurus dan pucat, wajahnya tak lagi gembul dan memerah. Apa karena ia menikah, ia menjadi susah? "Belum tidur?" Tanyanya dengan senyuman lebar. "Iya. Ibu sudah lama tak bertemu Ben. Mau me
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status