All Chapters of Because I'm Pregnant: Chapter 11 - Chapter 20
41 Chapters
11. Mengapa?
Wanita berbadan dua itu membuka pintu rumah dengan pelan, matanya melihat sosok Galen yang sudah duduk di atas sofa ruang tengah dengan mata yang fokus pada laptop. Wajahnya terlihat begitu serius membuat Nasya merasakan debaran aneh, ia memegangi dadanya yang berdegup kencang."Sudah puas melihatku?" tanya Galen mengangkat kepala. Matanya terlihat begitu sayu, mungkin ia kelelahan."Maaf, aku tidak bermaksud." Wanita itu menundukkan kepala, ia membalikkan badan dan berniat pergi dari sana. Langkahnya terhenti ketika mengingat sesuatu, mulutnya terbuka seperti ingin mengatakan sesuatu.Galen menatap istri mungilnya itu tajam, "Apa lagi? Tak bisakah kau pergi dan tidak mengangguk konsentrasi ku lagi?""Ba-baiklah, aku minta maaf." Nasya menaiki tangga dengan terburu-buru, mendengar ucapa Galen barusan membuat ia jatuh kembali. Padahal tadi dirinya begitu bahagia ketika tahu bahwa pemuda itu merangkul tubuhnya erat, b
Read more
12. Gosip
Pagi ini semua siswa dihebohkan karena berita yang tertulis di mading sekolah, bahkan ada beberapa foto juga di sana sebagai bukti. Nasya baru saja datang dengan buku tebal di tangannya, wanita itu berniat akan mengembalikan buku tersebut ke perpustakaan sekolah. Ujian pertama akan di mulai beberapa menit lagi, akan tetapi ia merasa heran ketika melihat tatapan sinis yang ditujukan padanya. "Ada apa dengan mereka?" tanya Nasya tak mengerti, langkah kakinya terhenti ketika melihat sudah banyak orang yang berdiri di depan kelasnya. Dengan rasa percaya diri Nasya berjalan pelan melewati mereka akan tetapi tubuhnya malah terdorong keras ketembok membuat ia meringis kesakitan."Masih bisa bersikap normal, padahal dirinya sedang viral. Benar-benar perempuan tak tahu malu sekali," ujar seorang gadis yang tampaknya adalah ketua dari mereka. "Apa maksudmu?" tanya Nasya tidak mengerti. Ia memegang tangan san
Read more
13. Campur Aduk
Nasya terbangun dari tidurnya, ia menggeliat dan melihat ranjang di sebelahnya kosong, pikirannya langsung tertuju pada Galen. Setelah kejadian itu Nasya mengatakan pada dirinya sendiri untuk tidak berharap lagi pada Galen.Perutnya berbunyi meminta untuk di isi, bergegas saja Nasya berjalan keluar kamar. Dia memasuki ruang tengah yang langsung menuju dapur, matanya menatap kosong pada ruangan itu."Apa Galen tidak pulang?" tanya wanita tersebut di dalam hati, dengan cepat ia menggelengkan kepala mengusir pemikiran yang masih bersangkutan dengan Galen.Setelah selesai dengan sarapannya, Nasya memutuskan untuk segera pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, hitung-hitung menghemat biaya karena uang bulanan yang sempat di berikan oleh kedua orangtuanya hampir habis. Dia tidak mau meminta uang pada Galen Walaupun itu sudah tanggungjawab lelaki tersebut.Baginya akan lebih baik diberi oleh lelaki itu sendiri daripada haru
Read more
14. Di luar Batas
Nasya sudah siap dengan seragam sekolahnya, wanita itu tampak begitu segar walaupun raut wajahnya masih sedikit pucat. Setelah dua hari libur atas perintah Dokter dan paksaan dari orang tuanya, sekarang ia memaksakan diri untuk sekolah.Karena dia sudah ketinggalan ujian, jadi ia berniat untuk melakukan susulan. Dia menuruni tangga dengan pelan, matanya melihat sosok Galen yang duduk di atas sofa ruang tengah dengan pandangan yang tertuju pada dirinya.Pria itu langsung berdiri ketika Nasya meliriknya, dia berjalan mendekat dan menarik tangan istrinya, "Pakai ini. Aku tak ingin kau membuat masalah yang menjerumuskan diriku di sana." Ia memberikan sejumlah uang, setelah melakukan hal tersebut langsung saja Galen pergi meninggalkan Nasya yang mematung menatap kepergian suaminya."Apa diriku benar-benar menjadi beban bagi Galen?" lirih nya sendu. Tangannya terulur untuk mengunci pintu, dan berangkat menuju sekola
Read more
15. Keadaan Nasya
Perlahan mata Nasya terbuka dan menyipit ketika merasakan sinar matahari yang masuk melalui jendela. Wanita itu mencoba untuk duduk akan tetapi tidak bisa karena kakinya yang sakit, ia memandang sekitar dan menyadari bahwa dirinya sudah di rumah.Kakinya juga sudah di beri obat, bahkan bibir Nasya sudah diberi salep. Pintu kamar terbuka menampakkan sosok Galen yang datang sambil membawa bubur, dia mengernyit keningnya heran. Kenapa dirinya bisa tiba di rumah padahal kemarin Tari hampir saja membunuhnya."Makanlah ini dulu, kau pingsan dari kemarin. Dan belum makan apapun, pikirkan tentang anakmu juga," ucap Galen meletakkan gelas air di dekat ranjang, ia menyendokkan bubur ke mulut istirnya yang masih terkatup.Helaan napas kasar terdengar ketika Nasya tidak membuka mulutnya, "Nanti aku akan menceritakan semuanya, ayo makan."Setelah mendengar ucapan Galen, Nasya menganggukkan kepala paham. Ia membuka mulutnya dan m
Read more
16. Pelukan
Seminggu sudah Nasya berdiam diri di rumah, sesekali Keina dan Stelle mengunjungi dirinya sambil membawa beberapa makanan sehat untuk Ibu hamil. Bahkan tiada hentinya kedua wanita itu memanjakan Nasya yang membuat ia tak enak hati.Di sinilah mereka semua sekarang, menghadiri pengumuman kelulusan Nasya dan Galen. Kedua keluarga itu duduk saling berdampingan, terlihat jelas wajah penuh antusias yang diberikan oleh Keina dan Stelle.Kepala Sekolah berdiri di atas podium dengan wajah sumringah, lelaki paruh baya itu memberikan ucapan sambutan dengan jelas dan singkat, bahkan sesekali mencoba menghibur para undangan dengan ucapannya.Hingga tibalah di puncak acara yang begitu di nanti-nanti oleh para siswa, Nasya menjadi begitu gugup sekarang, dia meremas bajunya kemudian  mengatupkan kedua tangan di depan dada. Ratu yang duduk di samping tubuh sahabatnya ikut berdebar, ia memegang tangan Nasya dan mengangguk."Ini
Read more
17. Sedikit Peka
Pagi ini Nasya sudah bangun dan sibuk membuatkan sarapan untuknya dan Galen, wanita itu sengaja menyibukkan diri agar masalah yang dia hadapi tidak terlalu di pikiran.Dua piring berisi nasi goreng sudah tersaji di atas meja, Nasya berniat akan memanggil suaminya yang masih tidur. Akan tetapi langkahnya terhenti ketika melihat Galen keluar dari kamar yang berada di dekat tangga."Pagi Galen, aku pikir kamu masih tidur." Nasya menyapa dengan suara yang begitu riang, namun tampaknya Galen tidak dengan mood yang baik pagi ini. Dia mengabaikan sapaan Nasya dan berjalan begitu saja menuju meja makan, menikmati nasi goreng yang dimasak oleh istrinya tersebut. Wanita hamil itu sedikit kecewa dengan ekspektasi yang ia bayangkan, bahwa Galen akan membalas sapaannya dan mengajak ia untuk sarapan bersama.Kaki mungil wanita itu berjalan menuju meja makan dan duduk di hadapan Galen, entah kenapa dia merasa bahwa hari ini
Read more
18. Jalan-jalan
Matahari sudah bersinar sedikit tinggi, perlahan gorden berwarna putih tersebut terbuka lebar membiarkan cahaya masuk ke dalam kamar. Galen mengernyit saat merasakan cahaya terang membuat matanya silau, kemudian mata hitam itu terbuka lebih lebar.Nasya berdiri dengan senyuman manisnya, wanita itu mendekati Galen dan merapikan bantal yang ia pakai."Selamat Pagi Galen," sapa wanita itu riang, "Jika kau lapar. Lebih baik makan dulu, aku sudah memasak tadi.""Hm." Pria itu hanya bergumam tak jelas. Dia bangkit dari ranjang dan berjalan menuju kamar mandi, berbeda dengan Nasya yang melihat suaminya gemas.Tak lama kemudian Galen sudah siap dengan pakaian santai, dia berjalan menuruni tangga menuju meja makan. Walaupun biasanya ia tak sarapan, setidaknya sekarang dirinya harus menghormati Nasya yang sudah membuatkan ia makanan.Matanya melihat sang istri yang menatap dirinya heran. Dan dia sudah tahu pa
Read more
19. Ngidam?
Suara jangkrik menemani malam hari Galen, lelaki itu duduk sambil menyeduh kopi yang Nasya buat. Pikirannya melayang ketika melihat sebuah bingkai foto besar yang terletak di ruangan yang bisa di sebut ruang kerjanya.Helaan napas panjang keluar dari mulut Galen, tangannya kembali terulur untuk mengambil kopi yang terletak di atas meja."Entah kenapa untuk melupakan dirimu sangat susah, di mana kamu sekarang? Apa kamu tak merindukanku?" tanya lelaki itu sembari menatap bingkai foto besar tersebut. Namun, tak lama kemudian ia langsung menggelengkan kepala pelan, "Hah! Apa yang baru saja aku katakan? Kenapa aku harus mengingat nya lagi, padahal sudah ada Nasya menemani ku sekarang."Cangkir yang berisi kopi tadi sudah tandas di teguk oleh Galen, ia menolehkan kepala pada pintu ketika mendengar suara ketukan yang khas, dan dapat di pastikan bahwa itu adalah Nasya. Istrinya yang sedang dalam masa mengidam parah, selalu meminta hal-hal y
Read more
20. Jatuh Cinta?
Sudah enam bulan lebih sejak Galen dan Nasya menikah, walaupun pada awalnya Galen tak mempedulikan Nasya, namun lambat laun keduanya tampak bisa menerima kehadiran masing-masing.Dan hari-hari mereka di penuhi dengan suka, dari belajar bersama, mengecek perkembangan bayi yang di kandung oleh Nasya bahkan sering menghabiskan waktu untuk bermain ke taman saja. Namun, entah kenapa Nasya merasakan akan ada sesuatu yang buruk terjadi padanya. Layak nya Pagi ini Ibu Galen sudah datang ke rumahnya dengan wajah yang begitu panik."Silakan diminum dulu Ibu, kenapa Ibu tampak begitu khawatir?" tanya Nasya sambil mengernyitkan keningnya heran. Wanita paruh baya itu menggenggam tangan menantu kesayangan lembut,"Ibu ingin mengatakan sesuatu padamu Nasya, jadi jawab pertanyaan Ibu dengan jujur. Kamu paham?""Hm.""Apa kamu mencintai Galen?" tanya Stelle yang langsung saja membuat Nasya tersentak kaget.
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status