Semua Bab Bed Friend: Bab 11 - Bab 20
32 Bab
11
Pagi ini Lisa lagi lagi harus berangkat lebih awal karena harus mengikuti jadwal ayahnya yang sedang ada meeting lebih awal dengan kliennya hari ini. Sesampainya di kelas ternyata Jenni dan juga Rose belum juga datang. Dan untuk menghilangkan rasa bosannya, Lisa akhirnya memutuskan untuk berdiri di depan kelasnya sambil melihat-lihat siswa yang lalu lalang di lapagan. Di ambilnya handphone miliknya yang di simpan di saku bajunya. Setelahnya, Lisa membuka laman instagramnya dan memeriksa pemberitahuan yang masuk. Ternyata ada begitu banyak like dari foto yang diunggahnya semalam. “Yaaa kita ketemu lagi,” ucap Jimmy sambil menghampiri Lisa yang sedang sibuk dengan handphonenya. Mendengar hal itu, Lisa pun menghentikan aktifitasnya di i*******m dan beralih melihat ke arah Jimmy. “Sudah gue bilang kan Lis kalau kita itu benar-benar jodoh,” ucapnya lagi sambil memamerkan deretan gigi putihnya. “Jodoh apaan coba Jim, maksud lo apaan sih ? bukannya emang tiap hari lo lewat kelas gue sebelum
Baca selengkapnya
12
“Nggak banyak sih. Hanya apa yang akan gue lakukan dan jurusan apa yang bakal gue ambil nanti di universitas. Hanya hal-hal biasa kayak gitu kok.” “Terus? Lo mau jadi apa kedepannya Lis?” “Ha ? Gue ? Lo kan tahu sendiri sebenarnya...” Belum sempat Lisa melanjutkan jawabannya tiba-tiba Rose berteriak memanggilnya. “Liss, Liss, Lisa. Sumpah gue capek banget lari buat ngejar lo.” Ucap Rose sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan karena kelelahan berlari. “Lihat nih si calon mahasiswa jurusan seni. Yang selalu menonjol seperti biasanya.” ucap Jimmy sambil melihat ke arah Rose yang sedang ngos-ngosan. “Hei, lo itu harus hati-hati yah dengan ucapan lo. Siswa yang lainnya nanti ada yang nggak suka atau bisa saja tersinggung,” jawab Rose masih dengan napas yang tidak beraturan. “Lo berdua mau kemana ?” tanya Lisa. “Seperti biasa gue mau ke tempat les, dan rencananya sih gue mau mampir ke tempat les seni sekalian lihat-lihat dulu kalau oke gue mau ambil kelas seni buat persiapan mas
Baca selengkapnya
13
Seperti linglung seolah berjalan tanpa arah. Orang-orang datang lalu pergi dengan mudahnya seperti permisi ke jamban saja. Menciptakan rasa cemas sekaligus takjub. Hidup dalam segala pengharapan benar-benar bagaikan menggali lubang kubur sendiri. Tak ada yang sungguh setia selain kesedihan. Meski dia menyakitkan namun tidak seperti kesenangan yang kerap kali datang lalu tiba-tiba hilang tanpa pamit. Hari yang cukup panjang untuk sebuah hubungan yang akhirnya berakhir di tengah jalan. Lagi dan lagi sungguh tak ada yang benar-benar abadi di dunia ini. Segalanya selalu saja berputar pada rotasinya, menunggu giliran untuk akhirnya di tinggalkan ataupun meninggalkan. Jenni yang baru saja diputuskan oleh kekasihnya atau lebih tepatnya diselingkuhi oleh kekasihnya hari ini masih saja merenungi nasibnya yang sedikit sial itu. Masih pagi-pagi sekali, tapi wajahnya sudah sangat tampak suram karena terlalu banyak menangis sehingga menjadikan matanya bengkak dan memerah. Melihat keadaan Jenni, t
Baca selengkapnya
14
“Tuh kan gue lagi, gue lagi.” Rey pun mulai mengatur posisi yang menurutnya bagus. Di ikuti teman-temannya yang lain serta Jenni yang sedang sibuk mengatur angel yang menurutnya cantik. “Satu, dua, Tiga cekret cekret cekret” “Lagi dong” pinta Jenni dengan wajah manjanya. “Satu dua tiga.” “Eh udah, kayaknya udah cukup deh. Capek juga yah padahal kan hanya berfose doang,” ucap Lisa. “Gue lihat hasilnya dong Rey.” “Tunggu Rose, ini juga gue mau lihat dulu.” “Wah yang ini lucu nih,” ucap Jenni. “Yang ini juga,” sambung Rose. “Gue yakin sih tanpa lihat fotonya pasti hasilnya bakalan lucu karena ada gue di situ” ucap Jimmy kepedean. “Idih najiss,” ejek Jenni. Jenni menzoom foto tersebut dan alhasil mendapati muka Lisa yang sedang bergaya lucu. Dengan mata yang membelalak lengkap dengan bibir yang disengaja dimonyongkan. Melihat hal itu, Jenni langsung tertawa terbahak-bahak. Ia sungguh tidak sanggup melihat wajah memalukan Lisa itu. “Liat deh ekspresinya Lisa di foto. Sumpah gue
Baca selengkapnya
15
“Ahhhh sumpah gue senang banget pake ngeeet ngeeet deh pokoknya. Tuh cowok ganteng abis, gila sih. Kayaknya Tuhan lagi ngirim dia buat gue deh,” ucap Jenni sambil memegang kedua pipinya dan membayangkan lelaki yang dilihatnya tadi. Rey yang tadinya sibuk dengan gamenya langsung melongo kaget melihat perubahan suasana hati Jenni. Setelah membeli eskrim bersama Lisa dan Rose ia terlihat begitu bahagia. “Apa yang terjadi, teman lo ini enggak kesurupan kan di dalam sana ? kali aja hantu centil yang nyangkut di toko malah hinggap di tubuh Jenni,” ucap Rey kebingungan. Lisa dan Rose hanya tersenyum menyaksikan kehebohan Jenni serta kebingungan Rey. Keduanya terus saja menyantap es krimnya tanpa sedikit pun memberikan penjelasan kepada temannya. “Rey lo tahu jungkook ?” tanya Jenni dengan wajah berseri. “Enggak, emang itu apaan. Makanan model baru yah ?” “Whattt apa lo bilang ? makanan ? bisa-bisanya lo sama-samain jungkook sama makanan. Lo kira apaan. Makanya update dong, jangan game
Baca selengkapnya
16
Ujian mid semester semakin hari semakin dekat saja. Membuat siswa-siswi mulai dihantui rasa cemas di kepala masing-masing. Tentang banyak hal yang menuntut untuk menjadi lebih baik. Ataupun tekanan dari guru dan juga orangtua yang selalu memaksakan seorang anak untuk mendapatkan yang paling baik diantara yang terbaik. Hanya saja sering kali orang dewasa justru tak menghargai proses yang di lewatinya tapi hanya berfokus pada hasil akhirnya saja. Miris namun begitulah kenyataan. Jimmy dan Rey menunggu Vie yang tak kunjung datang. Entah kenapa hari ini Vie terlambat datang ke sekolah. “Gue bakalan bisa dapat pacar tahun ini, bukan ?” tanya Rey ditengah kegalauan Jimmy menunggu kedatangan temannya. “Yah elah Rey, masih terlalu pagi untuk bahas omong kosong kayak gitu.” Tiba-tiba Vie muncul dari balik pintu kelasnya. Sikap dingin lengkap dengan jaket hoodienya yang menjadikannya tampak semakin keren dan kece. Benar-benar lelaki cool yang mampu menggetarkan hati wanita mana saja yang mel
Baca selengkapnya
17
Tak terasa waktu berlalu dengan begitu cepatnya. Jenni dan Rey telah selesai bermain game. Sebenarnya keduanya masih ingin bermain tapi karena Lisa terus menghubungi Jenni dan memintanya untuk kembali terpaksa mereka harus menghentikan kegiatannya itu. Mereka tengah berkumpul di loby perpustakaan dan bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing. Namun baru saja Lisa hendak melangkahkan kakinya untuk menuju jalan raya, tiba-tiba saja ada panggilan masuk dari Mamanya. Dengan sigap Lisa pun mengangkat panggilan tersebut. “Sayang kamu udah pulang sekolah ?” “Iya Ma. Sebenarnya sih dari tadi cuman Lisa singgah ke perpustakaan dulu. Ini Lisa udah mau balik ke rumah kok” “Oh kalau gitu Mama minta tolong ya Lis, tolong ambilin baju Mama di butik yang dekat sekolah kamu itu. Mama pesan baju minggu lalu tapi baru ada barangnya hari ini. Barusan Mama di telepon sama pemilik tokonya katanya barangnya udah datang. Kamu bisa kan mampir ke sana dulu kalau udah mau pulang ke rumah, soalnya Mama
Baca selengkapnya
18
“Gue bakal belajar kok Lisa sayang, tapi untuk kali ini nggak dulu. Kali ini saja kok,” sambil membereskan barang-barangnya dengan cepat dan mengajak Rey untuk ikut dengannya. “Sekarang juga ?” “Lo nggak mau ikutan ?” “Tidak sama sekali, Yukk pergi.” “Hei kalian mau kemana sih ?” tanya Lisa kebingungan karena baru sebentar memulai belajar tapi sudah ditinggalkan oleh kedua temannya itu. “Dekat kok. Gue cuman mau ke lantai atas aja. Mau ke cafe internet. Cuman satu kali pertandingan aja Lis. Lo yakin nggak mau ikutan main ? tumben lo. Biasanya kalau dengar kata game langsung melotot tuh mata.” “Nggak deh. Gue mau belajar dulu. Main game nanti aja kalau udah balik di rumah,” tolak Lisa pelan. Namun jauh di dalam hatinya ia sudah sangat bosan belajar dan ingin segera pergi dari tempat itu namun ia tidak ingin menggagalkan rencananya untuk belajar hari ini. rencana yang sudah sejak lama ia pikirkan. “Menurut lo gue bisa menang nggak hari ini Rey,” tanya Jenni. “Harusnya sih bisa Je
Baca selengkapnya
19
“Oke deh entar gue kesana, tapi gue baru bisa ke sana sekitar jam 11 yah soalnya mau temanin Mama gue beres-beres rumah dulu. “Oke sip. Sampai ketemu di sana yah. Selamat tinggal. " Tuuttt tuuttt tuuttt. Ketika panggilannya terputus Lisa pun bertahan kembali ke tempat tidurnya dan melanjutkan ritualnya yang sempat tidak lagi karena ada panggilan telepon dari Jimmy. “Harusnya hari ini gue bisa liburan dan tidur enak tanpa beban masalah belajar tapi Jimmy lagi-lagi mengganggu hariku. Tapi nggak papa deh asal bareng dia aja gue rela, ”batinnya. Lisa pun akhirnya melanjutkan kembali tidurnya hingga tertidur dengan sangat pulas. “Ma Lisa pergi dulu ya,” ucap Lisa sambil mengambil tasnya di tangga. Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 saat Lisa meninggalkan rumah. Dengan tergesa ia segera meninggalkan rumah. “Kamu kok buru-buru amat sih sayang, bukannya hari ini lagi libur yah?” teriak Mamanya yang sedang sibuk membersihkan rumah. “Lisa lagi ada janji hari ini ma. Hari ini jadwal belaj
Baca selengkapnya
20
“Nggak kok,” jawab Lisa sambil memperlihatkan lembar ujiannya yang kini ada di atas meja. Di sana jelas terlihat jika dia mendapatkan nilai 75 untuk ujian kali ini. Teman-temannya kompak melihat ke arah kertas ujian Lisa. Sehingga membuat Lisa jadi tak enak hati dan akhirnya diapun segera menyembunyikan kertas ujiannya itu ke dalam tasnya. “Semalam gue nggak belajar dengan baik kok,”ucap Lisa gelagapan. “Kata siapa ? Lo kan kemarin belajar bareng kita,” ucap Jimmy. “Oh yah,” Jenni kaget dengan hal yang dikatakan oleh Jimmy barusan. “Jadi lo sekarang mengkhianati gue yah dan lebih memilih pergi belajar bersama anak-anak pintar, gitu ?” Mendengar ucapan Jenni membuat Lisa menjadi sedikit emosi. “Hei sebenarnya itu yang berkhianat siapa sih ? bukannya lo yang ninggalin gue waktu itu dan lebih milih pergi bermain game di cafe internet perpustakaan.” “Tentu saja kita yang mengkhianati lo duluan kok Lis,” ucap Rey sambil tersenyum kaku karena merasa dirinya memang salah waktu itu. “Oke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status