All Chapters of Istri Kedua Untuk Suami: Chapter 11 - Chapter 20
148 Chapters
Bab 11 Lie
Saat hari masih petang, Allura sudah merasa mual yang luar biasa. Ia pergi ke kamar mandi dan terus mual-mual. Rayan yang mendengarnya langsung terbangun dan menghampirinya. Rayan terus mengusap-usap punggung Allura untuk membuat mualnya tidak terlalu parah, tetapi Allura tetap merasa sangat mual.   “Kita ke dokter saja bagaimana Dek?” tanya Rayan. “Tidak Mas, Adek hanya mual biasa saja. Hoek ....” Allura merasa sangat pusing. Jika ia dibawa ke dokter, ia takut kalau penyakitnya akan diketahui oleh Rayan. “Tapi Mas tidak bisa melihatmu seperti ini Sayang,” ujar Rayan khawatir. “Tidak apa-apa Mas, Ibu bilang ini hal yang wajar.” Allura berusaha menahan mual dan pusingnya agar Rayan tidak terlalu mengkhawatirkannya. “Baiklah, ayo duduk di kasur saja. Mas akan buatkan sarapan untukmu.” Rayan membantu Allura berjalan ke arah ranjang. “Adek pikir, Adek izin dari kantor dulu Mas,” ucap Allura setelah ia duduk. “Baguslah,
Read more
Bab 12 Bertemu
Hari ini Allura sudah membuat janji temu dengan wanita dari akun dating yang ia buat untuk Rayan. Ia berharap wanita ini adalah pilihan yang tepat. Beruntungnya kalau Allura bisa menemukannya dalam dating pertamanya.   “Adek benar-benar ingin periksa kandungan hari ini? Kenapa tidak lusa atau lain hari saja saat Mas bisa menemani,” ujar Rayan. “Adek periksa hari ini saja Mas. Adek bisa sendiri kok. Mas fokus saja dengan proyek Mas hari ini.” Allura tersenyum meyakinkan Rayan. “Tapi Adek harus hati-hati ya. Dan jangan lupa katakan pada Mas apa yang dokter katakan tentang anak kita ini.” Rayan mengelus perut Allura. “Iya Mas. Sudah sana berangkat, nanti terlambat lho.” “Adek mengusir Mas nih? Dulu awal-awal pernikahan kita, Adek susah sekali melepaskan Mas yang mau berangkat kerja,” goda Rayan dengan memeluk Allura manja. “Ih, sudah sana berangkat Mas.” Allura mencoba melepaskan pelukan Rayan dengan pelan. Ia tidak ingin ben
Read more
Bab 13 Resign
Setelah gagal di pertemuan pertamanya, Allura merasa sangat putus asa. Ia tidak tahu harus melanjutkan rencananya itu atau tidak. Kemungkinan besar wanita seperti Aisyah akan menolak kondisinya lagi. Ia pulang ke rumah dengan kondisi hati yang benar-benar hancur. Ia sangat ingin menangis. Tapi jika ia terus menangis matanya akan terlihat sembab, dan Rayan akan mengetahui kalau dirinya sedang bersedih. Sebentar lagi Rayan akan pulang dari kantor. Allura pun menyiapkan makan malam untuk mereka berdua.   “Sayang, Mas pulang.” Rayan tiba-tiba memeluk Allura dari belakang. Ia sengaja mengendap-endap masuk ke dapur untuk mengejutkan Allura. “Ih, Mas ngagetin Adek saja. Hampir saja Adek pukul pakai wajan penggorengan, hehe.” Allura terkekeh. “Wah jahat sekali istriku ini.” Rayan mencium pipi Allura gemas. “Ihh, sudah sana mandi dulu Mas. Bau tahu haha.” Allua mencoba menutup kesedihannya di depan Rayan. “Emm, ini bau. Sini kamu.” Rayan t
Read more
Bab 14 Hopeless
Allura menjalani aktivitas paginya seperti biasa. Bedanya, hari ini ia tidak perlu bersiap untuk berangkat ke kantor lagi. Ia sudah resmi berhenti bekerja. Sekarang waktunya sepenuhnya hanya untuk mengurus rumah tangganya. Menjadi ibu rumah tangga ternyata jauh lebih melelahkan daripada hanya menjadi wanita karier. Harus belanja keperluan rumah, memasak, bersih-bersih. Lalu jika semua itu sudah selesai, ia harus apa? Allura hanya mengobrol dengan bayi di kandungannya dan membuka akun dating.   “Siang nanti Mas antar belanja ya?” tanya Rayan sebelum berangkat ke kantornya. “Memangnya Mas tidak sibuk?” “Tidak. Mas hanya perlu memeriksa beberapa dokumen saja di kantor hari ini.” “Baiklah. Kebetulan banyak barang yang akan Adek beli.” “Siap Sayang. Dah, Mas berangkat kerja dulu ya.” “Iya Mas, hati-hati.” Rayan mencium kening Allura seperti biasa lalu berangkat ke kantornya.   Allura membuat beberapa daftar
Read more
Bab 15 Pray
Pagi yang cerah berjalan seperti biasanya. Allura mempersiapkan segala sesuatu sebelum Rayan akan pergi bekerja. Ia memasak sarapan dengan menu sederhana. Seperti omelette, sambal terasi, dan sayur bayam. Ia juga mulai membawakan bekal untuk Rayan. Lebih baik makan masakan rumahan bukan? Apalagi masakan istri memang yang terbaik. Ketimbang harus membeli masakan orang lain dan mengeluarkan uang. Rayan sangat senang sekarang Allura lebih santai mengerjakan semua pekerjaan rumahnya. Biasanya ‘kan ia harus terburu-buru karena waktunya sangat sedikit terpotong oleh pekerjaan kantornya. Setidaknya sekarang ia bisa mempunyai banyak waktu untuk istirahat dan bersikap tenang.   “Mas, Adek sudah lama tidak berziarah ke makam Ibu,” ujar Allura setelah membereskan sarapan. “Ya? Kapan Adek ingin ke sana?” tanya Rayan yang langsung mengerti maksud sang istri. “Hari ini, bolehkah?” “Sendirian? Adek tahu ‘kan kalau hari ini Mas lembur?”
Read more
Bab 16 New Friend
Sudah hampir sepuluh menit Badai menunggu, tetapi Allura tak kunjung membuka matanya. Ia mengaku sebagai teman Allura saat ditanyai oleh petugas klinik. Ia tidak berani mencari tahu informasi tentang keluarga Allura karena ia takut jika dituduh macam-macam. Badai terus berdoa agar wanita yang ditolongnya itu segera sadar.   Allura menggerakkan tangannya. Ia memegang keningnya yang masih terasa sakit.   “Mbak sudah sadar?” tanya Badai yang langsung membantunya duduk. “Saya dimana?” tanya Allura bingung. “Mbak sedang di klinik. Tadi saat Mbak mau pergi dari makam, Mbak jatuh pingsan. Jadi, Saya membawa Mbak kemari. “Ah, begitu ya Mas. Terima kasih Mas sudah menolong Saya.” Allura ingin mengeluarkan uang dari dalam dompetnya untuk membayar pertolongan Badai. “Eh, apa ini Mbak?” tanya Badai bingung melihat uang yang disodorkan Allura. “Ini tanda terima kasih Saya Mas, tolong diterima ya. Saya sudah merepot
Read more
Bab 17 Mask
Setelah cuaca di luar mulai cerah, Badai mengantar Allura pulang ke rumahnya. Mereka terus berbincang banyak hal soal resep makanan ataupun novel-novel romantis. Tetapi Allura tidak menceritakan sama sekali tentang penyakitnya. Ia hanya mengatakan kalau ia bukanlah istri yang baik untuk suaminya, dan hidupnya tidak akan bertahan lama.   “Terima kasih sudah menolongku tadi dan mengantarku pulang ke rumah,” ucap Allura setelah turun dari mobil Badai. “Sama-sama. Aku juga berterima kasih atas traktiranmu,” jawab Badai yang sudah beraku kamu. Sebelumnya mereka hanya memanggil nama dan berbicara secara formal. “Kalau begitu aku pergi dulu ya,” sambungnya. “Iya hati-hati Mas Badai.” Allura melambaikan tangannya.   Mobil Badai mulai melaju hingga tak dapat ditangkap lagi oleh pandangan Allura. Senyumnya terus mengembang sampai ke dalam rumah. Ia baru ingat kalau sebentar lagi Rayan akan pulang kerja. Ia pun segera memasak agar merek
Read more
Bab 18 Alone
Pagi Allura bangun lebih awal. Ia tidak membangunkan Rayan karena sepertinya ia masih merasa lelah. Jadi, ia segera membersihkan diri dan memasak sarapan untuk suaminya. Ia juga tidak membuka tirai jendela karena takut kalau Rayan akan terganggu sinar matahari yang sudah mulai terlihat.   “Adek sudah mandi?” tanya Rayan yang baru saja tersadar dari tidurnya. “Iya Mas,” jawab Allura sembari menyisir surainya. “Kenapa tidak bangunkan Mas sejak tadi?” “Mas terlihat sangat lelah, jadi Adek tidak tega untuk membangunkan Mas. Toh ini juga masih pagi, Mas tidak akan terlambat ke kantor kok,” ujar Allura dengan tenang. “Ya sudah Mas mau mandi sekarang.”   Allura merapikan tempat tidurnya setelah Rayan masuk ke kamar mandi. Sekalian ia juga mencopot sepreinya untuk dicuci. Sepertinya sudah waktunya untuk diganti. Hari ini juga Allura akan di rumah saja, ia mengambil banyak pekerjaan rumah. Setelah itu ia pun bergegas k
Read more
Bab 19 What's wrong?
 Hari ini adalah hari libur. Seperti biasa, Rayan ingin mengajak Allura untuk jalan-jalan ke luar rumah. Refreshing itu sangat dibutuhkan untuk kesehatan kita sendiri. Jika terlalu lama beridam diri di rumah saja pasti akau terasa suntuk dan jenuh. Apa lagi Allura sedang dalam masa kehamilan, kondisi mentalnya adalah hal nomor satu yang harus Rayan jaga. Ia selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk istri dan calon anaknya.Pertama, Rayan akan mengajak Allura ke dokter kandungan untuk memeriksakan kondisi jabang bayi mereka. Ia memang sudah berjanji untuk menemani Allura cek kandungan kali ini. Sebelumnya, ia tidak bisa karena pekerjaannya yang begitu penting. Jujur saja, Allura sebenarnya merasa sangat takut jika harus ditemani Rayan. Ia takut kalau nanti suaminya itu akan mengetahui tentang penyakitnya. Ia berharap hal itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Karena ia harus mencari satu wanita yang tepat untuk Rayan dan anaknya. Allura
Read more
Bab 20 Are You Okay?  
  Sepertinya Allura mulai kewalahan dengan penyakitnya. Ia terus merasa pusing dan mual sepanjang waktu. Ia jadi tidak bisa konsentrasi dengan hari liburnya bersama Rayan. Bagaimana ia bisa berbelanja sekarang? Ia bahkan tidak bisa memikirkan keperluan rumah.   “Kita akan berbelanja apa saja Sayang?” tanya Rayan sembari mengikuti Allura dengan mendorong troli. “Mmm,” Allura berpikir sejenak. “Kita beli keperluan mandi dulu,” sambungnya.   Allura mengambil beberapa sampo dan kondisionernya. Lalu ia masukkan ke dalam troli di depan Rayan. Rayan hanya memperhatikan istrinya yang menaruh barang-barang itu. Ia merasa heran dengan itu semua.   “Apa Adek sedang mengganti kondisioner? Biasanya Adek beli yang warna biru,” ujar Rayan kebingungan. Ia tahu benar barang apa saja yang dibeli istrinya. Bahkan ia tahu sabun apa yang istrinya itu pakai hanya dengan mencium wanginya. Entahlah, mungkin Rayan penggemar
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status