Semua Bab Truly in Love 2: Bab 11 - Bab 20
69 Bab
11. Pertemuan
Di hari pertama kuliah ini, cuma ada tiga mata kuliah. Setelah semua kelas berakhir, Alena dan Jill pergi ke perpustakaan untuk mencari materi. Jill seorang gadis bertubuh kurus tinggi, berambut pirang sebahu, dan bermata hijau. Orangnya selalu bicara blak-blakan, tapi bagi Alena, ia teman yang enak diajak diskusi. Mereka juga punya beberapa kesamaan, seperti senang belajar di perpustakaan. Mereka duduk di salah satu sudut bagian dalam perpustakaan, dekat jendela. Di sini, suasana lebih sepi, karena agak tersembunyi."Tadi yang duduk di samping kamu siapa sih?" Jill tiba-tiba bertanya."Itu Paula, dari Jurusan Akting. Dulu kami satu kelas, waktu di Studienkolleg," jawab Alena."Oh… Orangnya agak berisik ya...," keluh Jill terang-terangan. Alena tersenyum kecut, ternyata bukan hanya dia yang terganggu. Mereka masih terus membaca, sampai akhirnya Jill berkata, dia harus pulang lebih dulu. Alena sudah ada janji bertemu Alva
Baca selengkapnya
12. Drama Musikal
Di kampus, Alena berusaha tidak mempedulikan gangguan kecil seperti Luis dan Paula. Luis hanya mengajar di kelas Seni Akting sekali lagi, selanjutnya diteruskan oleh dosen yang seharusnya, Professor Moretti.Alena dan Jill juga sudah sepakat, setiap kali kelas Seni Akting, mereka akan menunggu agak jauh di luar kelas, sampai Paula masuk lebih dulu. Kemudian sesaat sebelum dosen masuk, barulah mereka berdua masuk ke ruangan kelas, sehingga mereka bisa memilih tempat duduk yang jauh dari Paula. Rencana mereka berhasil sejauh ini. Alena dan Jill tertawa berdua, mereka merasa seperti partner in crime dalam hal menjauhi Paula.Hari ini, kelas Seni Akting mengadakan kunjungan ke International Acting Academy, sebuah akademi yang mengkhususkan diri melatih akting para mahasiswanya, untuk mempersiapkan mereka menjadi aktor atau aktris. Kelas mereka akan mengikuti kuliah langsung dari para pengajar di akademi itu. Pihak kampus telah menyediakan dua buah bus besar untuk kelas m
Baca selengkapnya
13. Casting
Hari berikutnya adalah hari casting untuk drama musikal. Casting baru dimulai jam sebelas siang, setelah semua jadwal kuliah berakhir, karena casting akan memakan waktu cukup panjang. Ada sekitar lima puluh tiga orang mahasiswa dari dua jurusan, Teater dan Akting.Casting diadakan di ruangan kelas yang lebih kecil, yang biasanya disebut ruang latihan, karena ruangan ini memang digunakan untuk latihan akting oleh para mahasiswa dari angkatan yang lebih senior. Ada lebih dari sepuluh ruang latihan di gedung Fakultas Seni Pertunjukan. Semua ruang didesain sama, dengan dipasangi cermin memanjang di ketiga sisinya. Gunanya supaya para pemain bisa melihat gerakan dan akting mereka sendiri. Di luar ruang latihan, ada ruang ganti pakaian untuk pria dan wanita, serta ruang yang berisi loker untuk menyimpan barang-barang. Alena dan teman-temannya menanti giliran dipanggil di lorong panjang, di luar ruang latihan. Alena sudah pernah menjalani seleksi untuk drama
Baca selengkapnya
14. Dansa Pertama
Setelah berganti pakaian, Alena berjalan keluar dari gedung fakultasnya. Alva mengirim chat, bahwa ia menunggu di bangku taman, dekat pintu masuk fakultasnya. Alena melihat Alva sedang duduk sendiri, sambil mendengarkan sesuatu dari ponselnya, headset terpasang di telinganya. Ia tampak serius. Mendadak, Alena merasa sangat merindukan Alva. Kejadian hari ini membuat pikirannya agak kacau. Rasanya ada yang harus dikatakannya secara terus terang pada Alva. Alva langsung berdiri menyambut Alena begitu melihatnya. "Pasti udah lama banget ya kamu nunggunya...," sapa Alena, saat mereka sudah berdiri berhadapan.Alva merangkul pinggang Alena dan mengecup keningnya. "Nggak apa-apa, Sayang... Gimana casting-nya?" tanya Alva dengan suara lembut."Hasilnya baru diumumkan besok...," Alena menjawab singkat. "Kita cari tempat buat ngobrol yuk..."Alva memandangnya. Sepertinya Alva sudah mengerti, bahwa ada hal serius yan
Baca selengkapnya
15. Alena vs Paula
Hari Rabu, hasil casting diumumkan oleh Professor Moretti di kelas. Ternyata kelas mereka akan dipisah menjadi dua kelompok, sesuai jurusan. Jurusan Teater dengan pemain mereka masing-masing, begitu pula dengan Jurusan Akting. Mungkin ini karena standard penilaian yang digunakan berbeda antara kedua jurusan.Dari Jurusan Akting, pemeran utama yang terpilih adalah Paula sebagai Putri Odette, dan Henry sebagai Pangeran Siegfried. Sedangkan dari Jurusan Teater, Alena yang akan menjadi Putri Odette, didampingi oleh Matteo sebagai sang pangeran. Matteo adalah seorang pemuda dari Italia. Alena sudah mengenalnya karena mereka sekelas, dan menurut Alena, dia cowok yang baik dan ramah. Matteo langsung menghampiri Alena begitu kelas usai. Ia berkata, ia senang karena akan berpasangan dengan Alena. Mereka semua akan memulai latihan di siang hari, setelah kuliah berakhir."Aku masih nggak percaya Paula bisa jadi Odette... Pasti itu gara-gara dia ngerayu Herr
Baca selengkapnya
16. Nice
Mereka berangkat hari Rabu pagi dengan pesawat. Penerbangan ke Nice memakan waktu dua jam lebih. Sampai di bandara, mereka lanjut menaiki trem, sejenis kereta listrik yang berjalan di jalur rel di atas jalan raya. Suasana di kota Nice cukup ramai.Nice adalah kota di pinggir Pantai Mediterania, sudah pasti pemandangannya sangat indah. Tante Jenna memang benar, cuaca di Nice tidak sedingin di Berlin saat musim dingin. Matahari masih bersinar dengan hangatnya. Rasanya seperti musim gugur di Berlin. Alena tak perlu memakai mantel musim dingin, cukup sweater dan syal untuk menjaga tubuhnya tetap hangat. Alma sudah berusia tiga tahun sekarang, ia makin lincah, dan rasa ingin tahunya sangat besar. Ia duduk dekat Alena dan Alva, terus-menerus berceloteh sepanjang jalan, bertanya dan berkomentar tentang apa pun yang dilihatnya. Alva dengan sabar meladeninya.Mereka tiba di depan sebuah rumah bergaya Italia. Dahulu, Nice memang termasuk daerah Ita
Baca selengkapnya
17. Tertawa Kembali
Esok paginya, Tante Clara dan Om Hanz pergi berziarah ke makam ayahnya Om Hanz. Mereka berangkat jam enam pagi, dan meminta tolong Alena untuk menjaga Alma. Alma tadinya masih terlelap di tempat tidur. Tapi mungkin karena mendengar suara mobil di halaman depan, ia pun terbangun dan mulai rewel.Alena mengajaknya ke dapur, membuatkan sereal untuknya. Alma cuma makan beberapa sendok, lalu berlari ke pintu kamar Alva, dan memanggil-manggil kakak tirinya itu."Alma, ayo sini... Kak Alva masih tidur, jangan diganggu...," panggil Alena dengan suara pelan.Ia menaruh mangkok sereal di meja makan, bermaksud untuk menggandeng Alma kembali ke meja makan. Ternyata pintu kamar Alva tak tertutup rapat, Alma langsung mendorong pintu, dan berlari masuk ke dalam kamar itu. Alena mengejar dari belakang. Ia terpaksa melangkah masuk ke kamar Alva juga."Alma... Kak Alva masih..." Alena terdiam, tidak meneruskan kalimatnya. Alva ternyata sudah ban
Baca selengkapnya
18. Tahun Baru
Hari berikutnya adalah malam tahun baru. Paginya, Om Hanz mengizinkan Alva mengemudikan mobil sewaannya, untuk pergi berdua dengan Alena, sedangkan Tante Clara, Om Hanz, dan Alma tetap di rumah. Alena dan Alva menyukai hal-hal yang berbau seni, jadi mereka pergi ke daerah Cimiez, di mana terdapat Museum Nasional Marc Chagall dan Museum Matisse. Kedua museum tersebut benar-benar memanjakan pecinta seni dengan pameran beraneka karya seni dari kedua seniman tersebut.Setelah puas berkeliling di kedua museum tersebut, mereka mampir ke Monastere Notre Dame de Cimiez, yang merupakan gereja Katolik sekaligus biara. Di kawasan ini, terdapat sebuah taman yang sangat indah. Dari taman ini, pengunjung dapat menikmati pemandangan kota Nice dan Bay of Angels yang menawan dari atas.Menjelang makan siang, Alena dan Alva sudah kembali ke rumah. Mereka berlima makan siang bersama, lalu bersiap-siap melewatkan malam pergantian tahun. Tu
Baca selengkapnya
19. Cedera
Puas berwisata kuliner, mereka naik trem untuk kembali ke rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Mereka turun di tempat pemberhentian trem terdekat dengan rumah, lalu meneruskan dengan jalan kaki.Cuaca sore ini masih tetap nyaman untuk berjalan-jalan tanpa kedinginan. Cuma tinggal melewati beberapa rumah lagi, untuk sampai di rumah.Mendadak, Alena melihat seorang wanita dengan tangan penuh kantong belanjaan, mendorong stroller bayi dari arah berlawanan dengan mereka. Wanita itu sepertinya kehilangan kendali atas stroller, ia menjerit ketakutan. Jalan tersebut menurun, sehingga stroller meluncur turun menuju ke arah jalan raya!Alena dengan refleks berlari cepat ke arah stroller itu, menariknya ke belakang tepat pada waktunya, sebelum sebuah mobil truk melaju dengan kencang melintasi jalan itu. Pengemudi truk membunyikan klakson dengan nyaring dan berteriak marah. Wanita itu berlari sambil menjerit. Alena terpaku lemas di tempat, strol
Baca selengkapnya
20. Perhatian Luis
Untunglah kuliah baru dimulai tiga hari kemudian. Pada saat ini, kaki Alena sudah jauh lebih baik. Ia masih memakai bebat perban untuk mengurangi rasa sakit. Tapi Alena sudah bisa berjalan sendiri, tanpa dibantu lagi.Latihan drama musikal adalah yang paling dicemaskannya. Ia tidak yakin bisa menari saat ini. Alena mengutarakan kondisinya pada saat latihan sore itu, di depan semua teman sekelasnya dan Luis. Luis memandangnya dengan penuh perhatian."Nggak apa-apa...," akhirnya Luis berkata. "Kita tunggu sampai kamu sembuh, baru kita mulai lagi latihan menarinya, khusus untuk kamu. Untuk sekarang ini, kamu masih bisa latihan dialog dan menyanyi."Alena merasa tidak enak, karena menghalangi proses latihan. Setelah latihan selesai sore itu, ia mendekati Luis, yang masih membereskan barang-barang. Teman-teman yang lainnya sudah meninggalkan ruang latihan."Herr Sanchez...," sapa Alena.Luis menoleh. Wajahnya tampak ceria melihat Ale
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status