All Chapters of My Horrible Romance: Chapter 71 - Chapter 80
200 Chapters
71 Jangan Jatuh Cinta Sama Aku Lagi
"Yara." "Hmm." Panggilan dari Adam itu berhasil membuat Yara yang masih mengantuk dan hampir tertidur, kembali membuka matanya lebar-lebar. "Masih ngantuk?" Andai Adam tahu, semalaman ia tidak bisa tidur karena ingatannya sedang mereka ulang kisah kasih mereka dulu di sekolah. Biasanya Yara tidak pernah seperti itu. Tapi kenangan satu tahun bukanlah hal yang gampang dilupakan. "Ya udah tidur aja. Nanti aku bangunin kalo udah sampe." "Nggak, nggak. Kamu tadi mau ngomong apa?" "Itu, masalah Lintang. Kapan kamu bakal ngajuin laporan ke polisi?" "Setelah kasus Kak Bisma, Dam. Aku pusing banget kalo sekarang juga ngajuin kasus itu ke polisi, barengan sama kasus Kak Bisma. Dan lagi, takutnya ada yang bilang aku cari sensasi atau apa lah." "Tapi kan berbahaya, Ra." "Ada Yuniar yang jagain aku di kantor. Lagian kamu nggak lihat kenapa aku selalu pake sepatu boots ke kantor? Bukannya pake heels kayak cewek lainnya. Ini j
Read more
72 Mau ke Rumah Camer?
“Si bos baru, cantik-cantik gatel juga ya!”Wanita yang berjalan di sampingnya terbahak setelah mendengarkan kalimat yang dilontarkan temannya.“Hai, Kak. Udah lama?” Yara bergegas menghampiri Alsen yang duduk di sofa yang disediakan di lobby.Tadinya Alsen sama sekali tidak mengacuhkan kedua pegawai wanita yang tadi sibuk bergosip sambil berdiri di dekat loket penerimaan surat. Tapi begitu kedua wanita itu terdiam, kemudian saling sikut dan menatap Yara dengan tatapan ingin tahu yang benar-benar kentara, Alsen jadi yakin yang tadi mereka bicarakan adalah Yara.“Ra. Gimana kerjaan di sini? Lancar?” tanya Alsen sambil melirik ke arah dua wanita yang kini mulai menunduk sungkan. “Ada yang rese? Atau ada yang bikin kamu nggak nyaman? Kamu bilang ke aku kalau ada yang perlu dikirimin somasi atau dilaporkan atas pencemaran nama baik.”Yara ikut melihat ke mana arah pandang Alsen. “Kakak denger ada ya
Read more
73 Flood
"Yara, aku parkir di basement ya. Hujannya deres banget, kalo kujemput di area drop off nanti kamu basah semua." Adam sedikit berteriak untuk mengalahkan suara hujan yang sejak pagi mengguyur kota Jakarta."Ok.""Yara membereskan barang-barangnya. Biasanya Adam sudah hampir sampai kantornya kalau sudah meneleponnya seperti itu.“Ra, pulang?” tanya Nana yang sedang sibuk mengulir layar ponselnya.“Iya. Lo? Pulang buruan, nggak mood kerja juga kan hujan gini. Mending molor di kasur.”“Iya nih, gue lagi nyari info dulu jalan mana yang nggak kena banjir.”What the …. Setelah sekian lama Jakarta tidak diguyur hujan lebat, hari itu memang intensitas hujan yang mengguyur kota Jakarta memang tidak main-main. Sudah hampir enam jam hujan deras tanpa henti, itu di daerah kantornya yang berlokasi di Kuningan, ia tidak tahu dengan daerah lain, bisa jadi lebih parah atau tidak separah itu.“Kenapa mu
Read more
74 Hujan, Dingin, Berduaan adalah Paket Combo
“Dam, perasaan badanmu dulu nggak segede ini.” Yara memperhatikan kaos lengan panjang milik Adam yang menenggelamkan tubuhnya. Setelah Yara mengecek isi tas ranselnya, hanya ada pakaian ke kantor dan peralatan mandi, sama sekali tidak ada pakaian rumahan di dalamnya. Pasti si Bibi lupa memasukkannya. Padahal Yara selalu berpesan untuk menyiapkan juga beberapa kaos untuknya kalau-kalau ia harus mendadak menginap di luar. “Badanku nggak berhenti berkembang di kelas 1 SMA, Yara. Kamu kali yang berhenti berkembang pas kelas 1 SMA.” Yara menunduk, melihat tubuhnya yang … berkembang kok. Sialan! Perkembangan cewek dan cowok kan berbeda. “Makan seadanya ya, Ra. Nggak mungkin delivery kalo dalam kondisi begini. Di minimarket bawah, adanya tadi cuma nasi sama beef blackpaper gini.” Yara mengangguk-angguk. Tidak masalah makan apa pun. Setelah menghabiskan waktu di jalan untuk mencari jalan yang tidak tergenang banjir, hujan, dan dingin, adalah perpaduan
Read more
75 Mantan Itu untuk Dibuang, Bukan Disayang
Yara mengerjap pelan, berusaha menyesuaikan retina matanya dengan kamar yang hanya diterangi lampu tidur. Seketika pikirannya kembali ke malam sebelumnya di mana ia bercumbu dengan Adam di atas sofa. “No, just kissed. Jangan berlebihan, Yara!” Tapi hubungan mereka apa? Apa mereka kembali pacaran? Mereka sudah cukup dewasa untuk berhubungan tanpa ada pernyataan cinta di depan seperti remaja pacaran kan. Bukankah hubungan orang dewasa semacam itu. Tapi itu artinya Yara melanggar prinsipnya yang tidak akan kembali dengan mantan. Atau mereka hanya terbawa nafsu? Wajar kan. Lelaki dan perempuan seumur mereka, suasana yang mendukung, ditambah dengan perasaan yang pernah ada. Tidak mustahil rasanya mereka bisa melakukannya. Yara menjitak kepalanya yang seperti tidak bisa diajak berpikir sejak semalam. “Yara! Udah bangun belum? Sarapan.” Suara ketukan di pintu diiringi dengan suara Adam itu membuat Yara hampir terlonjak dari kasur. “Iy
Read more
76 Timbul Tenggelam
“Yara!” Teriakan dari Nana itu membuat Yara kaget dan tersadar dari lamunannya.“Apa sih, teriak-teriak, ngagetin orang aja,” gerutu Yara yang langsung menyalakan layar komputernya, rupanya sejak tadi ia masih bengong di kursinya tanpa menyentuh tombol on/off komputer.“Ngopi yuk. Enak nih, adem gini minum yang anget. Udah nggak ujan, tapi kok masih mendung aja ya.”‘Kayak hati gue.’“Ayo, Yara. Gue yang nraktir kali ini.”Yara berdiri, bukan karena ditraktir, tapi ia sedang tidak ingin sendiri. Setidaknya mendengar ocehan Nana jauh lebih menyenangkan daripada berkubang dalam kesedihannya.Lagipula untuk apa dia sedih. Kalau Adam menganggap ciuman mereka sebuah kesalahan, ia tinggal menganggap kalau Adam adalah seekor soang yang sedang lepas kendali.“Mau apa, Ra?”“Hah?” Yara menyernyit bingung. ‘What? Kenapa udah sampe lobby aja? Gue nge
Read more
77 Did You Kiss Him Back?
“Pak Adam kenapa ya? Biasanya sih dingin tapi hari ini bener-bener ngeselin banget. Kita cuma telat ngasih laporan, nggak perlu marah-marah juga kan.”“Lagi ada masalah pribadi kali. Emangnya kamu belum denger? Katanya pernikahan Pak Adam dibatalkan.”Kedua wanita itu baru keluar dari ruangan Adam dan langsung menggosipkan atasan mereka yang hari itu menjadi sangat menyebalkan.Adam melonggarkan dasinya dengan kasar, dan ketika rasa sesaknya masih saja terasa, ia menarik dasinya hingga simpul dasinya terlepas dan melemparkannya asal. Ia memang tidak suka memakai dasi, tapi pekerjaanya di bidang perhotelan memaksanya untuk menggunakan dasi. Namun kali ini ia membuang dasinya bukan karena rasa tidak suka, hanya rasa kesal dan sesak yang ada di dadanya.Adam memejamkan mata, teringat pembicaraan dan janjinya dengan orang tua Yara saat itu.“Gimana tanggung jawabmu, Dam? Mantan kamu loh yang bahayain nyawa Yara.” Nar
Read more
78 Penyelesaian Secara Kekeluargaan?
“Kak.” Yara langsung berdiri saat Alsen datang dan menyambutnya. Hanya butuh tiga puluh menit sejak panggilan teleponnya kepada Alsen, dan laki-laki itu kini telah berdiri di hadapannya.Beruntung. Yara merasa lega karena Alsen sedang bertemu klien di lokasi yang tidak terlalu jauh, kalau saja Alsen sedang berada di kantor, mungkin Yara harus menghubungi Adam, yang kantornya hanya sepelemparan batu.‘Damn it! Kenapa ke Adam lagi sih?’Alsen menatap ke arah meja yang tadi ditempati Yara, tapi tidak menemukan keberadaan Bisma.Yara menunjukkan keberadaan Bisma melalui sorot matanya. Berjarak tiga meja dari tempat mereka berdiri saat ini, Bisma tengah menatap mereka dan menunggu waktu sampai ia dipanggil untuk mendekat. Bagaimana pun ia pernah salah langkah menghadapi Yara dan membuat kehidupannya sekarang runyam.Setelah menghubungi Alsen, Rian memerintahkan Bisma secara tegas untuk menjauh dari mereka atau tendangannya yang a
Read more
79 Young and Broken Heart
“Lega, Ra?” tanya Alsen saat mereka tinggal berdua.  Rian sudah pamit lebih dulu untuk memberikan waktu kepada Yara dan Alsen sebagai kuasa hukumnya bicara.“Lega apaan? Makin kesel, Kak. Kok nggak ada rasa bersalahnya sama sekali tapi berani minta penyelesaian secara kekeluargaan,” gerutu Yara yang saat ini tengah mengantre di salah satu gerai donat.“Ini karena banyak contoh yang beredar, semuanya merasa bisa beres dengan tanda tangan di atas meterai. Jadinya ya … begini. Kesadaran orang-orang semakin rendah.”“Kak Alsen mau rasa apa?”“Hah? Kok nanya aku?”“Aku mau nraktir Kakak donat. Karena tadi di sana aku kebawa emosi, jadinya lupa nawarin minum sama makan buat Kakak, malah langsung cabut aja abis itu,” jawab Yara sambil tersenyum kepada Alsen.‘Oh, God! Kalo kamu sama aku bakal kubuat senyum terus, Ra. Nggak mungkin juga buat nangis, si Ervin ya
Read more
80 Distraksi
Yara menatap tumpukan bajunya yang ada di dalam lemari. Ini yang ia tidak suka ketika jadwalnya berkantor di DN Fashion. Ia harus memperhatikan penampilannya karena perusahaan itu bekerja di bidang fashion. Tidak seperti saat ia berkantor di kantor lamanya, ia tinggal mengenakan kaos dan menutupinya dengan plaid shirt, beres.“Maaa.” Yara berteriak setelah membuka pintu kamarnya sedikit. “Bantuin, Maaa.”Beberapa saat kemudian mamanya muncul di kamar Yara sambil memberengut kesal. “Kebiasaan deh, Dek.”“Bingung Ma mau make yang mana. Apa aku bikin peraturan baru aja, boleh pake celana jeans dan kaos.”Pasalnya selama ini peraturan di DN Fashion memang melarang pegawainya untuk mengenakan celana jeans dan kaos karena mereka diwajibkan menjaga penampilan yang proper bila sewaktu-waktu harus menemui klien.Mamanya menimbang sejenak. “Kayaknya bisa dicoba deh, Dek. Maksud Mama, kalaupun pake celana
Read more
PREV
1
...
678910
...
20
DMCA.com Protection Status