All Chapters of The Memories (BAHASA) : Chapter 11 - Chapter 20
84 Chapters
Chaps 10: The Chances Is Now Mine
Azra’s Current POV Nggak ada acara penting dari ferry cruise hari ini selain untuk lebih saling mengenal antar devisi sales baik inbound maupun outbond dari berbagai Negara tempat kantornya tersebar. Kantor pusat mereka yang di Bangkok menyewa satu kapal ferry yang biasa beroprasi di Chao Praya River, salah satu sungai yang menjadi destinasi wisata air terkenal di Bangkok, untuk mengakomodasi mereka seharian ini. Karena semua berkumpul jadi satu, Azra nyaris nggak punya kesempatan untuk menemani Icha. Dia sibuk menyapa balik orang - orang yang menyapanya dan yang ingin ngobrol dengannya. Duh, nasib jadi orang terkenal. Ke sana - sini ada aja yang menyapanya. Di acara seperti ini nggak jarang juga teman - teman seprofesinya memanfaatkan momen untuk ajang mencari jodoh. Lumayan lah, siapa tau klop. Yang cuma cari one night stand juga ada. Memang jarang dibahas, tapi bukan berarti it
Read more
Chaps 11: Your Heart's Matters
Icha Current POV "Gak usah ngaco!" Nisya masih tidak terima saat Icha menceritakan kejadian hari ini pada mereka. "Bikin dia minta maaf dengan tulus. Kadal kayak dia gak layak dikasih gampangnya aja. Tapi balik lagi ke kamu ding, Cha. Your feelings matter here." Itu nasehat teman - temannya saat dia menelepon mereka untuk meminta saran. Sambil sekalian curhat. Icha tau itu. Sepayah apapun pilihannya, teman - temannya akan terus mendukungnya dan akan selalu di sana untuk menemaninya. Seberuntung itu dia memiliki mereka. "Ya udah lah. Aku juga masih bingung sama maunya Azra. Udahan ngobrolin dia. Gimana persiapan merit kalian, Calon Manten?" Ida dan Hafid akan melepas masa lajang mereka dalam enam minggu. Icha merasa agak bersalah karena tidak ada di sana untuk membantu persiapannya. Padahal mereka sengaja memilih tanggal itu dengan asumsi Icha sudah kembali dari yearly meeting yang hampir selalu diadakan di luar neger
Read more
Chaps 12: I Miss You, That's The Truth
Azra Current POV "Kamu kenapa? Dari tadi diajakin ngobrol aku dicuekin terus." Dia mengulang lagi pertanyaannya, masih sambil berjongkok. Dia suka posisi ini, membuatnya bisa melihat wajah Icha dari dekat. Tapi sepertinya Icha agak keberatan. Sejak tadi dia terus - terusan membuang muka dan melirik apa saja kecuali netra cowok yang sedang berlutut di depannya ini. Kenapa, sih? Dia tadi udah cuci muka sama gosok gigi loh! Jadi nggak mungkin belekan atau malah sampai bau jigong. "Nggak denger." jawabnya kaku. Kesal, sih sebenernya dengan jawaban asalnya, tapi apa daya, dia tidak bisa marah pada gadis ini. Selalu. Sejak awal mereka bertemu 12 tahun yang lalu. "Mau langsung berenang atau mau makan dulu? Kamu nggak fokus jangan - jangan laper." Icha mengerucutkan bibirnya sebal. Menurutnya, dia paling jelek saat membuat ekspresi seperti itu, tapi dia nggak tau aja, bagi Azra, malah itu salah satu ekspresi gemas favoritnya.
Read more
Chaps 13: I Knew Since The First Time I Saw You
Azra POV 12 Tahun Lalu Hari itu, adalah saat pertama kali dia bertemu Icha. Saat itu hari senin, satu minggu setelah UTS, Azra menjadi siswa pindahan pertama di kelas tujuh. Sepanjang jalan dari kantor kepala sekolah ke ruang kelasnya, semua mata memandangnya melalui jendela yang terbuka. Pasti bertanya - tanya, kenapa pindah sekolah padahal baru saja selesai ujian tengah semester? Kenapa nggak pas kenaikan kelas kemarin? Itu karena Papanya. Papa yang sudah bertahun - tahun mengidap kanker paru-paru akhirnya bersedia melakukan operasi setelah mendapat rujukan ke Singapura. Dokter dan Mama menyakinkannya selama berbulan - bulan bahwa tumornya bukanlah tumor ganas dan kemungkinan sembuhnya mencapai enam puluh persen. Karena Mama akan menemani Papa di Singapura selama beberapa waktu selama pengobatan Papa, maka Azra dan sang adik perempuannya Azizah, pindah ke Jogja. Di sana ada sepasang Eyang dan Adik bungsu Mama Bulik Indah yang rumahnya sebe
Read more
Chaps 14: Chance To Reach You
Azra Current POV Sudah tiga hari sejak Icha tidak satu hotel dengannya. Jujur, dia merasa kelabakan. Banget. Karena itu artinya satu - satunya tempat di mana dia bisa bertemu dengan Icha adalah kantor. Dan nggak mungkin sekali baginya jika terlihat terus – menerus mendatangi Icha saat dirinya ingin melihat gadis itu. Dia harus professional. Dan lagi, Icha juga bisa jadi nggak nyaman karenanya. Untuk main ke mess juga bukan pilihan bijak, karena satu kamar mess bisa diisi dua hingga empat orang. Icha juga pasti merasa nggak nyaman. Dan kalau Icha nggak nyaman, dia bakal menarik diri, dan kalau dia menarik diri, artinya dia nggak lagi punya kesempatan. Jadi, no, it’s not a good choice. Sama seperti karyawan lain yang ikut dalam yearly meeting, yang berarti nggak buka email kerjaan selama beberapa waktu, emailnya juga mendadak membludag. Nggak sampe yang bikin orang mendadak nyebut dan diikuti dengan sumpah serapah seperti yang terdengar dari kolega - koleganya
Read more
Chaps 15: Mission Begin
Azra Current POV "Ini dalam rangka apa?" Kegugupannya yang sempat agak reda kini kembali. Kali ini malah dua kali lipat lebih besar saat pertanyaan itu dilontarkan. Pertanyaan yang ditunggu sekaligus nggak ditunggu olehnya. Dia sampai meneguk setengah gelas air putih saking gugupnya. Beser, beser deh dia nanti malam. Icha cewek yang cerdas. Dia pintar dan peka. Tidak mungkin tidak ada alasan kalau dia tiba - tiba diajak makan ke tempat mewah seperti ini. "Makan dulu, deh. Keburu dingin, nggak enak." Icha malah semakin waspada. Garpu yang sudah siap diangkat kembali diturunkan lagi. Azra merutuki pemilihan kalimatnya. Sekarang Icha malah berpikir kalau ada yang tidak beres sedang terjadi. "There's nothing wrong. Swear!" Dia mengangkat jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya ke atas. "Makan dulu, ya. Aku ngomongnya nanti abis makan, Okay?" Icha masih belum sepenuhnya percaya, tapi dia men
Read more
Chaps 16: If Its You, I’ll Take The Chance
Azra’s Current POV Lagi - lagi Rashida terbengong karena permintaannya. Kemarin minta pindah hotel, sekarang minta ganti flight. “Kamu nggak ikut famtrip?” Azra menggeleng, membenarkan pertanyaannya. “Are you sure?” “Yes Rashida. You’ll help me right?” “Aku paham sih, kalo Cuma kamu yang pulang. But this girl too?” Keningnya semakin berkerut saat melihat kembali tiket Icha. Tadi pagi dia meminta gadis itu untuk membawa tiketnya ke kantor dan memberikan padanya untuk diurus reschedule nya. Dan dia melakukannya, tapi Rashida lagi dalam mode detektif dan malah menanyainya macam - macam begini. “She knows my Mom personally.” “She knows Ibu Shinta?!” Katanya semakin kaget. Cewek itu siapa? Jadi makin mecurigakan. Apa dia....hmmm,mau nggak mau dia jadi ikut berspekulasi. Dia bilang pada Rashida bahwa dia harus pulang karena Mamanya memintanya pula
Read more
Chaps 17: Petit A Petit
Azra’s Current POV "Ngetawain apa?" Icha nyaris melempar hapenya karena kaget. Azra urung duduk saat melihat wajah piasnya yang baru pulih dari kekagetan. "Sori, aku udah manggil. Kukira kamu udah denger." Icha mengangguk - angguk. Diambilnya botol air putih yang disodorkan Azra. "Pelan - pelan aja..." "Thanks." "Emang lagi ngapain, sih? Fokus banget." Icha tersenyum kecil, "Ida sama Nisya lagi bully si Hafid." Azra ikut tertawa. "Mereka masih nggak kapok aja sama Hafid. Ini, boarding pass nya disimpen ya." "Kamu nggak sarapan? Mau croissant?" Icha heran karena Azra tidak memesan apapun di depannya. "Aku udah makan tadi di hotel. Kamu abisin aja makannya." “Terus kamu ngapain?” Azra menopang dagunya di depan Icha. “Liatin kamu.” "Yah? Masa aku makan sendiri sih?" "Mau ditemenin?" Icha langsung mengangguk. Makan sendiria
Read more
Chaps 18: Touchdown, Baby
Azra Current POV "Hey sleepyhead, wakey." Dia berbisik di telinga Icha. Dia baru tau kalau Icha selalu grogi saat terbang, dan harus meminum obat tidur atau pereda mabuk untuk menenangkan dirinya saat take off dan landing. Selain mabok laut, dia ternyata juga mabok darat dan udara. Dia meminum obatnya tadi setelah sarapan. Katanya obat anti mabok. Dia pengen protes, karena Icha habis minum kopi, tapi terlanjur dimasukin ke mulut dan didorong oleh hashbrown yang tinggal segigit itu. Icha memeng bukan tim minum obat pake air. Dan tadi, dia langsung tertidur begitu kepalanya menyentuh sandaran kursi. Azra jadi was - was, selama ini jika bepergian sendiri, apakah dia juga seperti ini? Mengkhawatirkan sekali, bagaimana jika teman seperjalanannya orang yang iseng. Icha bergerak, mengumpulkan kesadarannya sebelum mata sayunya mengerjap dan akhirnya terfokus padanya. Azra bersyukur sekaligus mengumpat dalam hati. J
Read more
Chaps 19: A Little Closer To You
Azra Current POV Dia agak bete sebenarnya, karena sejak dari bandara tadi dia nggak dibiarkan berdua sendirian dengan Icha. Tersangkanya? Siapa lagi kalau bukan nenek lampir Farida... Zein future Al-Hafid di sebelah sana itu. Adaaa saja alasannya untuk menjauhkan Icha darinya. Masih mending pas tadi masih ada Mama, mereka masih bisa ngobrol berdekatan. Ida walaupun garang, masih segan sama Mama juga ternyata. Sekarang setelah Mama balik ke kantor dia ngekor aja kemana pun Icha pergi. Bahkan pas Azra berniat membantu Icha membongkar kopernya, Ida langsung teriak nggak usah!!! Kalau begini, kapan berduaan dengan Icha nya? Kan jadi menyesal pulang ke Jakarta. Tau gitu pas di Bangkok kemarin dia bawa Icha kabur aja, nggak usah balik Jakarta. Azra membatin sebal. "Yang, nanti jam tujuh kita ada janji ya sama Mas Fendi." Hafid mengingatkan, masih dengan posisi rebahannya di sofa. Mereka sedang di ruang keluarga Azra di lan
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status