Semua Bab Eleanor: Bab 61 - Bab 70
103 Bab
61-Berbeda Sikap
“Setelah ini, lo balik ke studio lagi?” tanya Reno seraya menoleh ke arah Alva yang sedang memejamkan matanya.Jawaban belum Alva berikan, ia terlihat begitu lelah. Pagi sampai sorenya ia habiskan berkutat dengan pekerjaan modelingnya. Hal yang sudah biasa untuk Alva memang, namun mungkin karena tubuhnya yang kurang baik membuat Alva merasa lebih lelah dari sebelumnya.“Gila si, gue yakin lo bakal go internasional kalau gini caranya,” ujar Reno yang kini sedang melihat beberapa cuplikan video pada layar ponsel miliknya. “Lihat, lo gak kalah sama Dave model asal amerika itu,” tutur Reno lagi yang kini mendekat dan memperlihatkan layar kecil itu pada Alva.Alva membuka matanya sebentar dan kembali terpejam. Manajernya ini terlihat sangat senang Alva bersanding dengan seorang model internasional asal Amerika Serikat bernama Dave. Tawaran menjadi model sebuah brand luar negeri itu datang tiba-tiba dan tentu Reno sangat antusias, b
Baca selengkapnya
62-Merasa Tak Pantas
Dalam hitungan menit mobil Alva sudah terparkir di basement apartemen. Ia segera keluar dan melangkah ke arah lift. Reno pun masih setia mengikutinya sejak tadi walaupun lelah ia rasakan karena Alva yang bergerak terlalu cepat.“Gini banget lo mau ketemu Elena Va, cape gue ikuti lo.” Reno bersandar di dinding lift dengan nafas yang tersengal-senggal. “Gue gak suruh lo ikutin, ngapain lo disini?” ketus Alva.“Ya iya, ngapain gue ngikutin lo ya,” kata Reno membuat Alva memutarkan bola matanya malas.Lift terbuka dan Alva keluar dengan tergesa. Ia berlari kecil menuju pintu apartemen yang ditempati Elena. Tangannya hendak menekan beberapa tombol itu, tapi Alva urungkan. Sebaiknya ia memencet bel dan membiarkan seseorang yang ada di dalam sana membuka pintu.Suara bel yang pertama itu terdengar. Alva menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya pelan. Menunggu seseorang yang sangat ia rindukan yang ada di dalam
Baca selengkapnya
63-Khawatir
“Siapa gadis yang ada di ruang tamu?” tanya Roy pada Rosie yang sedang bercermin mengenakan aksesorisnya.“Oh, apakah dia sudah datang?” Rosie balik bertanya seraya menampilkan senyum lebarnya.“Apa dia tamu undanganmu?” tanya Roy lagi yang masih penasaran dengan seseorang yang tak ia kenal berada di ruang tamu rumahnya.“Ya, dia Rachel. Seorang model satu agensi dengan Alva. Bagaimana menurutmu? Dia cantik bukan?” Rosie berucap masih berdiri di depan cermin merapikan penampilannya yang sebenarnya sudah terlihat sempurna. Roy mendekat dan memeluk pinggang Rosie dari belakang.“Apa tujuan kamu mengundangnya?” tanya Roy seraya melihat pantulan dirinya dan istri cantiknya pada cermin.“Aku ingin mendekatkannya dengan Alva, aku rasa gadis itu sangat serasi bersanding dengan putra kita,” penuturan Rosie membuat Roy mengerutkan kening.“Bukannya kamu menjodohkan Alva den
Baca selengkapnya
64-Meminta Untuk Datang
“Dia butuh istirahat yang cukup. Ingatkan Alva untuk membatasi aktivitasnya untuk sementara waktu ini,” tutur Dokter Rasyid. Anggukan Roy berikan, setelah itu mereka keluar meninggalkan Rosie, Rachel dan Felic yang masih menemani Alva di sana.Mata Alva perlahan terbuka, ia menoleh ke arah mereka  yang berada tak jauh dari keberadaannya. Hanya sebentar Alva membuka matanya, setelah itu kembali terpejam.“Alva sayang, bangun dulu nak makan malam dulu,” ucap Rosie seraya mengusap kepala Alva. Gelengan Alva berikan, tangannya terangkat memijat area pelipisnya.“Va makan dulu ya, setelah itu minum obat supaya sakit kepalanya mereda.” Mendengar suara itu, Alva kembali membuka mata dan melihat keberadaan Rachel.“Elena mana? Apa dia udah pulang? Jam berapa sekarang?” tanya Alva yang menoleh ke arah Rachel dan Felic bergantian.“Kak Elena? Kak Elena gak ada pulang Kak,” jawab Felic. Hembusan
Baca selengkapnya
65-Semakin Tak Pantas
“Jadi kakak serius punya tempat tinggal baru?” Felic terus menanyakan hal itu sejak Elena menceritakan kemana ia semalam. Elena tak bisa menyembunyikannya dari Felic, ia tak bisa mengurai cerita lain untuk menyembunyikan kebenaran itu. Kata lain Elena tak ahli dalam berbohong.Anggukan pun kembali Elena lakukan untuk menjawab pertanyaan Felic. Hembusan nafas lemah terdengar, Felic melipatkan kedua tangannya di depan dada seraya menyandar pada dinding lift.Elena mengerutkan keningnya, Felic menekuk wajahnya seperti tak terima dengan jawaban yang entah berapa kali Elena sudah meyakinkan Felic bahwa dirinya memang memiliki tempat tinggal baru.“Kenapa harus cari tempat tinggal baru, kalau Kak Alva tahu dia pasti gak setuju,” tutur Felic membuat Elena terdiam. Kemungkinan besar memang seperti itu, Alva tak akan setuju kalau Elena pindah dari tempat ini karena itu Elena tak memberitahukannya.“Kapan-kapan Felic mau main ke tempat
Baca selengkapnya
66-Tempat Tinggal Baru
Angin sore itu membawa asap yang mengepul dari mulut Alva ke arah dalam. Sampai menerpa wajah seseorang yang berdiri di ambang pintu balkon, mengawasi Alva yang sedang menikmati suasana sore dengan sebuah rokok elektrik yang berada di genggamannya sejak tadi. Rachel masih berada di apartemen Alva, kebetulan ia pun sedang tak ada pekerjaan membuatnya masih menahan diri untuk berada di tempat ini sejak kemarin malam.“Va,” panggil Rachel seraya menyentuh pundak Alva dengan salah satu telapak tangannya. Panggilan itu tak membuat Alva menoleh atau hanya sekedar merespon. Alva masih memandangi suasana sore di depan sana dengan sesekali menghisap asap beraroma manis.“Kenapa lo masih disini?” pertanyaan Alva membuat Rachel mengerjap. “A..aku aku khawatir ninggalin kamu Va?”“Ada Felic, lagi pula gue udah gede gak perlu diawasi kayak gini,” tutur Alva yang masih belum menoleh ke arah Rachel yang berdiri di sampingnya. Rac
Baca selengkapnya
67-Terbuka Pada Felicia
Entah sudah berapa lama Alva berdiri di depan unitnya, memandangi pintu unit apartemen yang sempat Elena tempati. Alva merindukan saat dimana setiap pulang selalu bertemu dengan gadis itu, makan malam bersama dan merecoki waktu istirahatnya.Alva juga teringat saat dimana ia memergoki Elena yang hanya mengenakan sehelai handuk untuk menutupi tubuhnya. Alva ingat betul raut wajah ketakutan Elena saat itu, karena Alva yang  mem perangkapnya. Senyuman Alva tersungging kala mengingatnya, gadisnya sungguh menggemaskan.Namun, saat ini dia memilih untuk menempati tempat tinggal baru. Meninggalkan tempat lama yang menyisakan banyak hal yang berkesan. Ya, begitulah menurut Alva. Seorang desainer butik Mei yang menarik perhatiannya dan begitu saja menimbulkan sebuah rasa dalam dadanya.“Aku akan membawamu kembali El, aku tak akan membiarkan tempat ini tak berpenghuni,” ucap Alva masih dengan mata yang tertuju pada pintu berwarna coklat yang ada di hadapa
Baca selengkapnya
68-Cemas
Sudah tiga hari setelah ia datang ke apartemen Alva terakhir kali, Elena belum mengetahui kabar Alva lagi sampai sekarang. Dirinya juga belum mencoba menghubungi Alva lebih dulu, Elena enggan melakukannya. Melihat kedekatan Alva dan Rachel ditambah Rosie yang sedang berusaha mendekatkan keduanya membuat Elena tak berani untuk melangkah mendekat. Setelah hari itu pula Felic tak menemuinya lagi bahkan telepon pun tak ada, kejadian ini membuat Elena cemas.Apa Felic marah sama aku ya karena pergi gitu aja, batin Elena. Padahal dirinya kini sudah tidak tinggal di tempat Alva, ini artinya rasa tak enak karena sudah merepotkan itu sudah hilang. Seharusnya dirinya lega, tapi kenapa rasa ini berbeda. Elena merasa tak nyaman dengan keadaan ini, apa karena tak adanya kabar dari Alva.Sesuatu mengejutkannya, usapan pada pundak membuat Elena terperanjat.“Ops maaf aku mengagetkanmu ya?” kata Mei seorang penyebab keterkejutan itu. Memang tak main, sungguh Elena t
Baca selengkapnya
69-Tak Dapat Menolak
Seperti apa yang dikatakan Mei tadi, Gisel dan karyawan lain butik pergi untuk mencari hiburan akhir pekan, menonton bioskop, makan di café dan berkeliling untuk melihat-lihat barang yang mungkin akan mereka beli. Gisel juga sempat mengajak Elena, tapi kini Elena menolaknya karena memang sejak siang ia berniat untuk langsung pulang. Tidak ada hal yang begitu mendesak, hanya saja ia merasa ingin langsung pulang saja. Mungkin memasak sesuatu yang berbeda dan menonton di kamar kost sendiri akan Elena lakukan malam ini.Gisel sempat sedikit memaksa memang, tapi jika dibandingkan dengan Elena yang memiliki pertahanan kuat Elenalah lebih unggul. Akhirnya Gisel menyerah dan membiarkan Elena pulang ke kost lebih dulu.Taksi yang ditumpangi Elena sudah berhenti tak jauh dari pagar kost putri banurasmi, tempat tinggalnya saat ini. Sang pemilik kost tidak memberikan peraturan yang begitu ketat bagi mereka yang tinggal di sini, karena sebagian besar dari kita bukanlah seora
Baca selengkapnya
70-Membawanya Kembali
“Ka..kamu ngapain?” Elena sungguh terkejut dengan aksi nyeleneh Alva.“Cicipi makanan kamu,” jawab Alva santai seraya mengambil makanannya dalam kantong.“Ta.. tapi kenapa harus-“ ucapan Elena tertahan, ia tak sanggup melanjutkannya. Kedipan mata Alva berikan, ia segera melahap bagiannya dan menatap lurus ke depan. Sedangkan Elena merasakan pergerakan kaku pada tubuhnya. Ia memalingkan wajah ke arah lain seraya menetralisir degup jantungnya.Keduanya menikmati makanan masing-masing, hanya suara dari luar dan pergerakan mereka yang terdengar. Keduanya belum kembali membuka suara. Elena sudah selesai dengan makannya, ia pun melipat bungkusan kecil bekas makanan cepat saji itu. Alva menyodorkan satu cup minuman ke arah Elena. Elena mengerjap kemudian menerimanya.“Makasih,” ucap Elena. Ia merasa tak enak padahal ia bisa ambil sendiri tanpa di sodorkan seperti itu. Setelah beberapa kali menenggaknya, Elena kemba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status