All Chapters of Eleanor: Chapter 41 - Chapter 50
103 Chapters
41-Felic Datang Berkunjung
Gara-gara permintaan menyebalkan itu, Elena enggan untuk beristirahat. Kalau tidak Mei yang menyuruhnya mungkin ia akan terus bekerja. Alva membuatnya malu, bisa-bisanya ia nekat melakukan itu. Keterlaluan, sungguh ia tak nyaman.Elena hendak memencet sandi unitnya, namun ia berbalik dan menatap tajam pintu unit yang ada di depannya itu. Apa aku harus memarahinya sekarang?Setelah melakukan pertimbangan singkat, ia pun berjalan mendekat ke arah pintu unit Alva. Ia memencet bel dan mengetuk pintu.Dia ada di unitnya kan? Apa lagi-lagi dia sedang berada di ruang musiknya?Pintu unit Alva tak kunjung terbuka padahal ia sudah memencet dan mengetuk pintu beberapa kali, Elena pun berbalik dan segera membuka pintu unitnya dengan tergesa. Pintu terbuka dan apa yang ia harapkan tak terjadi. Tak ada sepatu yang berada di dekat pintu. Sepatu milik Erick biasanya, karena kalau Alva sendiri selalu mengenakan sandal rumahnya dan langsung masuk menggunakan sandal itu.
Read more
42-Acuh
Dinding lift yang dingin menjadi sandaran tubuh Alva. Percakapan Roy dan Rosie malam itu kembali terngiang di telinganya mengingatkan Alva akan rencana yang beberapa hari lalu ia sepakati bersama Erick. Pencarian akan siapa ibu kandungnya.“Va, tentang masa lalu lo…” Secara kebetulan Erick mengatakan apa yang sedang Alva pikirkan saat ini. “Apa lo punya orang yang bisa lo tanyain, tentunya yang bisa lo percaya,” lanjut Erick.“Belum ada langkah yang gue ambil sampai sekarang,” jawab Alva karena memang ia belum melakukan apapun untuk pencarian siapa perihal orang tua kandungnya itu.Suara getaran ponsel terdengar. Alva yang merasakan getaran dari saku celananya langsung merogoh benda itu. Alva kembali memalingkan wajahnya malas ketika melihat siapa yang sedang menghubunginya. Erick melirik ke arah layar kecil yang masih menampilkan nama seseorang di sana.“Bokap lo?”“Hm,” jawab Alva
Read more
43-Sikap Manis Alva
Elena kembali dari dapur dengan nampan yang berisi minuman untuk disuguhkan pada Alva dan Erick. Namun, ia melihat Alva maupun Felic masih berdiri dengan saling diam. Beberapa saat lalu perbincangan kedua orang itu Elena dengar dan memang merupakan topik yang cukup serius.“Ayo duduk dulu.” Alva dan Felic menoleh ke arah Elena dan mengikutinya bergabung dengan Erick yang sudah sejak tadi pada sofa panjang itu.“Makasih cantik pasti ini enak banget,” kata Erick yang mengambil salah satu gelas yang Elena simpan di atas meja. Alva melihat Erick yang mengerlingkan matanya jahil ke arah Elena dan hal itu membuat Alva sedikit kesal. Elena tersenyum atas apa yang Erick ucapkan.Elena duduk pada single sofa yang tak jauh dari sofa panjang yang di duduki Alva, Erick dan Felic. Mata Elena melirik Alva dan Felic bergantian. Perbincangan itu belum berlanjut lagi. Sepertinya ia perlu memberikan ruang hanya untuk Alva dan Felic agar perbincangan periha
Read more
44-Perselisihan
Felicia mendekatkan kursinya dengan kursi yang ditempati Alva. Ia memperhatikan wajah Alva dari dekat. Mendengar permintaan Alva barusan membuat Felic ingin menggoda kakaknya itu.“Sejak kapan kakak kesulitan menaklukan hati perempuan?” Felic bertanya masih dengan posisinya dekat dengan Alva. Alva menempelkan telunjuknya di kening Felic dan memundurkan wajah itu.Setahu Felic kakaknya ini selalu mudah mendapatkan seseorang yang ia inginkan, bahkan malah mereka yang mengejarnya bukan Alva yang sengaja mencari. Hidup menjadi seorang model menjadikan Alva dikenal banyak orang dan banyak yang menyukainya. Banyak juga dari teman-teman Felic yang menanyakan banyak hal tentang Alva, terkadang ia lelah menjadi adik seseorang yang terkenal dan didambakan banyak orang seperti Alva.“Tak semudah itu mendapatkan Elena, untuk itu Kakak butuh bantuan kamu,” kata Alva yang mulai memakan sarapannya.“Jangan bilang Kakak tertarik karena dia s
Read more
45-Tamparan Keras
Alva maupun Roy masih berdiri di tempatnya. Alva memusatkan perhatiannya ke arah lain, sedangkan Roy menatap nanar putranya.“Ya, Rosie bukanlah ibu kandungmu. Tapi dia yang merawatmu sejak kecil hingga dewasa Alva.” Roy melangkah mendekat menyimpan tangannya di pundak Alva. “Dia sangat menyayangimu, dia menganggapmu seperti anak kandungnya sendiri,” tutur Roy yang mencoba memberi pengertian pada Alva.“Dia hanya gila akan reputasi, bukan menyayangiku.” Plak! Suara nyaring itu terdengar, tangan Roy lolos melayangkan tamparannya. Ucapan Alva sangat ia tak sukai. Posisi wajah Alva menoleh ke arah samping karena tamparan keras Roy pada wajahnya.“Jangan sembarangan kamu kalau ngomong, kamu tidak akan menjadi sesukses ini tanpa dirinya,” suara tinggi itu menggema. Alva menoleh perlahan menghadapkan wajahnya ke arah Roy. Mata Roy membulat ketika melihat ada cairan merah di sudut bibir Alva. Tangannya bergetar, semua ini
Read more
46-Butuh Waktu
Wajah tampan menyebalkan itu masih ia pandangi, permintaan Alva tak Elena hiraukan. Ia terus mengobati sudut bibir pria itu. Alva hanya diam menikmati wajah Elena dari dekat, tak ada ringisan yang ia keluarkan walaupun sudut bibirnya terasa perih.“Apa yang terjadi sebenarnya?” Suara pelan Elena terdengar jelas dipendengaran Alva karena jarak mereka begitu dekat.“Tidak ada apa-apa,” jawab Alva tanpa pikir panjang. Elena melirikkan matanya, membalas tatapan Alva. “Ceritalah, siapa tahu aku bisa membantu,” kata Elena yang kini mulai menjauh karena pekerjaannya sudah selesai. Elena merapikan kotak obat itu dan menutupnya kembali.“Kamu mau bantu?” tanya Alva menolehkan wajah Elena. Anggukan Elena berikan dan mulai berdiri menghadap Alva.“Jika aku mampu melakukannya, aku akan berusaha untuk bisa membantumu,” tutur Elena. Senyum Alva terbit, ia berdiri dari duduknya dengan kedua tangan
Read more
47-Tujuan Awal
Elena mengeluarkan tawanya, tawa yang sangat dibuat-buat. Apa yang Andres katakan sebelumnya membuat Elena gugup setengah mati. Teman tapi mesra? Apa iya? Elena merasa tidak bersikap seperti itu terhadap Alva. Tapi kalau tidak, kenapa dirinya segugup ini? “Bukannya itu judul sebuah film?” kata Elena menganggapnya candaan. Andres terkekeh, rupanya Elena seru juga di ajak mengobrol seperti ini. Bincang singkat itu terhenti, saat di mana sang model sudah kembali siap dengan busana yang berbeda. Elena kembali memperhatikan proses pengambilan gambar itu, matanya menatap intens wajah Rachel yang entah kenapa semakin ia melihatnya dengan seksama, wajah itu semakin mirip dengan Alva. “Pemilihan model yang bagus,” suara itu membuat Elena menoleh ke arah samping. Dimana ia melihat keberadaan Rosie dengan jarak beberapa langkah dari tempatnya. Rosie sedang berbincang dengan Mei yang berada di sampingnya. “Rachel satu agensi dengan Alva, mereka juga pernah berada
Read more
48-Calon Suami?
Nomor tujuan itu masih belum bisa dihubungi. Alva mencobanya beberapa kali tapi tetap saja nomor ponsel Elena belum aktif. Kakinya berjalan ke sana kemari tak bisa diam, membuat Mei maupun Reno geleng-geleng melihatnya.“Dia lagi asik sama temen-temennya Va, biarlah,” ucap Mei entah yang keberapa kali berusaha menenangkan Alva yang uring-uringan.“Tapi apa harus gak bisa dihubungi gini?” katanya. Mei menahan senyumnya melihat keponakannya ini yang sepertinya sudah tak bisa jauh dari Elena.“Kasih dia waktu buat main sama teman-temannya Va, lagi pula ini pertama kalinya loh Elena jalan bareng mereka.” Reno yang mendengar itu sontak menoleh pada Mei.“Serius Tan?” tanyanya yang tak percaya. Anggukan Mei berikan.“Elena selalu langsung pulang setelah pekerjaannya selesai, ia lebih memilih istirahat di rumah daripada ikut jalan sama yang lain. Padahal sudah bisa dikatakan lama mereka bersama. Tapi s
Read more
49-Jaga Hati
Suara berat Alva terdengar jelas di telinga kirinya. Bagaimana tidak, Alva menumpukkan dagunya di sana. Elena terbatuk sebentar lalu menurunkan gelas yang ia pegang. Ia pun memegang tangan Alva yang melingkar di pinggangnya, ingin melepaskannya dari sana.“Lepas Va,” pinta Elena. Bukannya melepaskan, Alva malah mengendus rambut setengah basah Elena.“Rambut kamu wangi,” katanya membuat Elena merasakan sesuatu bergejolak di dalam perutnya. Posisi ini cukup intim, ia harus mengakhirinya.“Va lepas, jangan gini,” kata Elena lagi berusaha melepaskan pelukan Alva.“Alva!” Suara itu menggema, Elena sontak menoleh ke arah tangga. Audy menatapnya dengan tajam. Derap langkah itu begitu berisik, sepatu hak tinggi yang dikenakan Audy menimbulkan suara nyaring. Ia berjalan cepat menuruni tangga lalu berjalan ke arah dapur di mana Elena dan Alva berada.“Va,” lirih Elena menoleh ke arah samping. Rupany
Read more
50-Tawaran
Elena menarik nafas dalam dan menghembuskannya kasar. Ia mendelik beberapa kali ke arah Alva yang masih saja berdiri di ambang pintu kamarnya. Ingin melihat proses tidur Elena katanya. Tentu Elena merasa keberatan dengan keinginan nyeleneh Alva itu.“Aku gak akan tidur sebelum kamu pergi.” Elena berbicara dengan pandangannya ke arah lain, sedang malas menatap Alva yang masih bersikukuh berada di ambang pintu. Alva berdiri di sana agar Elena tak menutup pintunya, dan juga tak dapat keluar dari tempat itu.“Aku akan terus di sini, selama kamu belum tidur,” balas Alva lebih kukuh lagi. Keduanya masih diam di tempatnya masing-masing mempertahankan keinginannya. Elena juga masih memalingkan pandangannya ke arah lain, sedangkan Alva betah memperhatikan penampilan Elena yang mengenakan gaun tidur putih dengan panjang di bawah lutut begitu cantik dan juga menggemaskan padahal ia akan pergi tidur.“Cantik,” kata yang akhirnya lolos dar
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status