All Chapters of Kunikmati Suami Mendua: Chapter 11 - Chapter 20
44 Chapters
Bab 11 Menemui Ferdi
     Di rumah orang tuaku, Aku menyusun strategi.  Aku ingin menghubungi seseorang untuk mendukung keinginanku. Orang itu adalah  Ferdi suaminya Alwa. Aku memang belum mengenal pria itu. Berbekal nomor ponselnya. Aku mengajaknya bertemu di suatu tempat. Awalnya dia menolak. Tapi setelah aku berhasil meyakinkannya, dia setuju.     Untuk menemuinya, memang sedikit memakan waktu  sih. Tapi tak apalah.      "Bu hari ini Vina mau antar orderan. Agak jauh Bu."     "Lhoo kamu mau antar sendiri, kenapa nggak dikirim  saja, nak?"     "Kebetulan yang pesen teman lama Bu. Jadi ya Vina mau antar sendirilah, sekalian  mau silaturahmi. Vina titip anak-anak ya Bu. Oh ya Vina pake mobil Ayah ya, Bu!"     "Yang penting kamu ha
Read more
Bab 12 Ingin Menikah Lagi
"Jadi apa yang kira-kira harus kita lakukan , Fer?"     "Baiklah pertama kali sebaiknya kau amankan aset yang kalian miliki. Rumah, mobil atau apa yang menurutmu penting. Kamu tidak boleh jatuh sebelum terlambat, Vina. Pikirkan masa depan anak-anakmu."          "Ya soal itu Aku mengerti. Aku berusaha semampuku.  Aku tahu dalam beberapa waktu ke depan Mas Gavin akan menceraikan Aku."          "Oleh sebab itu kamu harus mengambil langkah yang cepat, Vina. Kalau tidak kau akan kalah dengan mereka. Kalau kau butuh bantuan jangan sungkan untuk menghubungiku."          Sepulangnya dari sana Aku berpikir memang benar apa yang Ferdi katakan. Aku harus sedikit mempercepat langkahku. Sekarang Aku harus memutar otak bagaimana caranya agar mobil
Read more
Bab 13 Kau Salah Menilaiku, Mas
"Mmm kamu mau mengenalkan wanita itu padaku? Boleh. Siapa takut. Walaupun sebenarnya itu tidak penting bagiku."          "Kau boleh mengatakan dia tidak penting untukmu, Vina. Tapi dia teramat penting dan spesial buatku. Bisa saja kau berkata demikian karena kau iri kan? Iri dengannya yang berbeda 180 derajat di banding kamu. Kalau kau di sandingkan dengannya, maka tak lebih terlihat seperti seorang nyonya dengan pembantunya."          "Oh begitu ya. Baguslah kalau begitu. Boleh saja kamu bilang Aku iri. Kau pikir Aku bisa iri dengan seorang wanita yang menggaet suami orang? Iya? Pikiranmu dangkal, Mas. Harusnya Aku prihatin dengan wanita seperti itu. Sampai-sampai harus memanfaatkan uang suami orang untuk memenuhi kebutuhannya. Tapi tak apalah, Karena perkataanmu sudah ku anggap angin lalu."     
Read more
Bab 14 Ingin Mengurus Perceraian
       Pagi-pagi buta Aku dikejutkan dengan kedatangan Mas Gavin.  Untuk apalagi bajingan itu kemari. Merusak pemandangan di pagi hari saja.           " Ada  perlu apalagi kamu datang kemari?"          " Memangnya kenapa? Masalah buat kamu? Ini adalah rumahku. Terserah padaku mau datang, mau tinggal, mau apa saja. Sekarang Aku mau mengambil brankas yang berisi surat-surat penting itu. Soalnya Aku ingin segera mengurus perceraian denganmu."          "Baiklah, ambil saja. Aku tidak keberatan."          Dengan melengos dia pergi menuju ruang kerjanya dan mengambil brankas itu. tidak masalah, toh dia mau mengambil buku nikah buat mengurus perceraian kami. Tapi ada sedikit ketakutan merasuki pikiranku. Bagaiman
Read more
Bab 15 Kujual Rumahku
     Surat panggilan dari pengadilan sengaja tidak ku tanggapi. Agar tidak ada perselisihan pendapat dengan Mas Gavin. kubiarkan saja saja sampai akta cerai itu keluar. Malas Aku melayaninya bicara.Tidak ada gunanya juga Aku datang. Tidak ada yang perlu di bahas lagi. Kalaupun datang, itu hanya membuang waktu percuma.     Dengan begitu ku biarkan Mas Gavin merasa dia telah menang. Menganggapku menyetujui semua yang dia inginkan. Mungkin saja image bodohnya diriku sedang memenuhi pikirannya saat ini. Aku tak ambil pusing. Bukankah selama ini mereka berdua menganggapku bodoh. Jadi untuk apa orang bodoh ini menemui manusia pintar seperti mereka. Pintar dari hongkong kali ya. Orang pintar tidak akan menjual diri demi uang. Orang ointar tidak akan mengambil suami irang, ataupun istri orang.  Justru merekalah orang orang yang menghalalkan segala cara untuk kepentingan mereka sendiri. 
Read more
Bab 16 Bertemu Alwa Kembali
     Hari ini Alwa mengajakku bertemu di suatu tempat. Aku menyetujuinya. Siapa takut. Dengan berdandan seperti biasanya Aku menemuinya. Aku memang belum berniat untuk menunjukkan siapa diriku sebenarnya. takut kalau terlalu cepat untuk membuatnya terkejut, setelah tahu siapa Aku sesungguhnya.           Aku meluncur dengan taksi online yang telah ku pesan dari awal. Aku sengaja pergi lebih awal karena tidak mau menunggu lama. Akhirnya orang yang ku tunggu akhirnya tiba.           " Syukurlah kalau kamu mau menyetujui kita bertemu di sini. Aku kesini hanya sekedar memberi tahu, bahwa sebentar lagi Mas Gavin akan menikahiku. Jadi semua foto-foto kami itu akan sah-sah saja bukan?"          "Tapi kamu belum bisa menghentikan uang untukku sebelum kalian menikah. Dan sebelum kamu bercerai denga
Read more
Bab 17 Pergulatan Seru
     Sekarang Aku harus menghubungi Mas Gavin. Ada sesuatu yang ingin Aku bicarakan. Menyangkut apa yang harus Aku dapatkan. Ku tekan tombol panggilan pada kontaknya.          "Hey mengapa kamu masih menghubungiku. Mau minta duit ya? Aku tidak ada duit buat di kasih ke kamu, Vina. Sono minta saja sama orang tuamu!"          "Aku bukan mau minta duit, Mas. Tapi ada yang harus Aku bicarakan ke kamu. Ini penting, Mas. Apa kita bisa bertemu?"          "Memangnya kamu ingin membicarakan soal apa lagi. Katakan saja kamu kaget hidup tanpa Aku kan?. Susah cari duit buat menghidupi diri kalian. Makanya jadi perempuan jangan sok-sokkan. Sok mampu, sok mandiri. Tahu-tahunya baru ditinggal sebentar sudah nelpon-nelpon. Ooh atau kamu baru menyadari bahwa Aku ini penting ya? Tapi walau bagaimanapun Aku tidak mungkin menari
Read more
Bab 18 Siap Meninggalkan Rumah
Bab 18 Siap Meninggalkan Rumah     Mas Gavin... Mas Gavin. Asalkan kamu tahu saja Aku sudah siap sedia meninggalkan rumah ini ke rumahku yang baru. Karena rumah ini telah resmi terjual. Berkat bantuan Pak Nugraha, rumah ini terjual dengan harga fantastis. Tak lupa ku beri bagian padanya, karena telah berjasa menolongku. Jadi tanpa Mas Gavin paksa pun Aku akan keluar.          Setelah lama mencari, Akhirnya Aku menemukan tempat tinggal yang lebih baik dari ini. rumah itu terletak tak jauh dari kota  tempat perusahaan tempat Ferdi bekerja. Dan rumah itu juga ku dapatkan atas rekomendasi Ferdi sendiri. Lokasinya yang strategis sehingga memudahkan Aku untuk memajukan bisnisku. Jadi selain berkecimpung di dunia online, Aku juga membuka toko langsung di rumah.           Rumah baruku ini terletak jauh dari kota sebelumnya Aku tinggal.
Read more
Bab 19 POV Ferdi
      Ketika sibuk mengurusi pekerjaan tiba-tiba saja ada seseorang yang menelponku. Dan memintaku untuk menemuinya. Aku telah berusaha menolak. Tapi tetap saja ngotot. Katanya ada hal penting yang ingin di bicarakan. Terpaksalah Aku menyetujuinya, siapa tahu juga ada yang penting.          Pada hari dan waktu yang telah di sepakati Aku menunggunya di tempat yang sudah kita janjikan. Lewat via telepon, dia mengatakan bahwa dia telah dekat. Tidak lupa ku sebutkan nomor mejaku. Tidak lama setelah itu datanglah seorang wanita tinggi semampai menuju ke arah mejaku. Berhijab khas wanita kekinian. Setelah Aku perhatikan, Aku seperti mengenali wanita ini. Tapi siapa ya?. Ooh Aku baru ingat sepertinya dia Vina teman SDku dulu. Teman dekat malah. Eh tapi apa dia benar-benar Vina. Terlihat wanita itu juga sedikit bengong.          "Kamu Ferdi y
Read more
Bab 20 POV Gavin
     Aku memiliki seorang istri yang cantik, Vina. Aku menikahinya dengan penuh cinta. Rumah tangga kami bahagia walaupun masih terbilang pas-pasan. Katanya sih begitu. Tapi menurutku Aku telah memberikan yang terbaik untuknya. Lima juta setiap bulan bukanlah jumlah yang kecil. Kukira pas buat mencukupi berbagai kebutuhan. Kredit rumah, cicilan mobil ke mertua, membayar listrik dan lainnya. Tapi masih saja dia seperti kesusahan mengatur keuangan. Sampai-sampai dia bekerja keras untuk buka usaha online. Katanya untuk membantu mencukupi kebutuhan yang semakin mahal.          Halaaah itu hanya alasannya saja ingin membantu. Memangnya berapa penghasilannya? Paling-paling cuma pas buat bumbu dapur. Uang dariku sudah cukup. Lama-lama tingkahnya yang sok repot itu mulai membuatku kesal. Mungkin saja dia mau meremehkan Aku. Tuh istri belajar kurang ajar. Apalagi karena kerepotan
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status