All Chapters of Terjebak CEO Panas - Trapped by Hot CEO (Sexy Husband): Chapter 31 - Chapter 40
88 Chapters
Part 31
“Tidak ada.” Jerome menggelengkan kepala, tatapan matanya terlihat geli dengan kepucatan di wajah Jenna. “Aku sendiri tidak tahu apa yang Liora lakukan hingga kau rela menukar hidupmu yang sederhana dan penuh ketenangan dengan kekacauan yang dibuatnya di sini.”Jenna pun dibuat bertanya-tanya. Kenapa kakaknya meminta maaf tentang Juna.“Tapi ...” Jerome sengaja mengulur kalimatnya. “Aku curiga itu ada hubungannya dengan mantan kekasihmu itu.”Jenna mulai menyusun ingatannya. Kehidupannya yang penuh ketenangan, Liora datang meminta tolong, patah hatinya ketika melihat Juna berselingkuh, dan semua itu mengantarnya ke dalam jeratan Jerome. Mengikat lehernya pada pernikahan mereka.Atau ...‘Apakah Juna tak benar-benar mengkhianati hubungan mereka?’‘Apakah semua ini hanya rekayasa Liora yang mendorong dirinya untuk memenuhi permohonannya?’Pertanyaan yang tiba-tiba m
Read more
Part 32
Jenna membanting jubah handuknya ke keranjang pakaian kotor. Bibirnya menggerutu tak jelas sambil berjalan ke bawah shower. Menyalakan shower dan langsung mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Berharap air dingin itu bisa meredakan panas mendidik di otaknya.Merasa sangat kesal dengan emosi yang begitu berapi-api memenuhi dadanya. Yang secara terang-terangan berselingkuh di depan matanya. Pria itu melarangnya berpakaian seksi di depan pria lain, tetapi bisa seenaknya menikmati wanita seksi mana pun. Sungguh keterlaluan.Kemudian Jenna menyadari kekesalannya yang terlalu berlebihan. Memukul ringan kepalanya, mengingatkan diri tak seharusnya merasa sekesal ini jika Jerome melirik wanita lain. Bukankah itu artinya bagus, Jerome tidak lagi perlu peduli padanya. Jerome bisa membuatnya terbebas jika perhatian pria itu dialihkan oleh wanita lain.Hanya saja, apakah pria itu akan membuangnya setelah mendapatkan pengganti tubuhnya? Lagi-lagi bayangan ketika Jerome membua
Read more
Part 33
Siang hari di esok hari, Jenna sengaja mengacuhkan pelayan yang tiga kali mengetuk pintu kamarnya untuk memberitahu bahwa Nicole sudah datang. Sejak pagi, ia memang tak berniat berlatih berenang dan seharian mengurung diri di kamar. Masih merasa begitu kesal akan kecentilan Nicole yang berusaha menggoda Jerome. Jenna ingin lihat, apa yang akan Jerome lakukan pada Nicole jika hari ini ia tidak berlatih berenang. Pria itu akan menghukum dirinya atau Nicole yang akan menerima akibat perbuatannya. Yang sayangnya, tidak terjadi keduanya. Sore itu, Jenna yang sedang duduk di balkon kamarnya, mendengar suara mesin mobil berhenti di halaman rumah. Jenna menjulurkan leher, mencari tahu siapa yang datang sore-sore begini. Matanya membelalak terkejut melihat itu adalah suara mobil Jerome dan melihat pria itu yang sedang turun dari mobil. Jenna bergegas masuk ke kamar, mengunci pintu balkon dan segera berbaring di tempat tidur. Menarik selimut menutupi kepala dan menunggu. ‘Apak
Read more
Part 34
Saat Jenna sadar, satu-satunya yang ia ingat adalah kebutuhan untuk bernapas yang sangat besar. Ia meraup udara dengan rakus, hinggga terengah-engah dan merasa konyol saat melihat Jerome yang duduk di sofa menyaksikan hal tersebut dengan tatapan geli.Keterlaluan! Apakah pria itu menertawakannya?“Sepertinya kau sudah sadar,” gumam Jerome meletakkan tab di tangannya ke meja sebelum bangkit berdiri dan mendatangi tempat tidur.“Apa kematianku terlihat lucu di matamu?”Jerome hanya tersenyum tipis, berdiri di samping tempat tidur untuk mengambil segelas air putih dan memberikannya pada Jenna. “Kau haus?”Bibir Jenna menipis keras. Tahu pria itu sengaja mengejeknya. Jenna pun menampar gelas di tangan Jerome hingga jatuh pecah di lantai.“Ah, aku lupa. Kau sudah minum air kolam terlalu banyak, ya,” senyum Jerome semakin tinggi.“Aku tak ingin berenang lagi!” jerit Jenna marah.
Read more
Part 35
Jenna tidak tahu berapa lama mereka berdua duduk di dalam mobil. Sejak masuk, Jerome pun sibuk dengan tab di tangan pria itu sedangkan dirinya pun tak berani mengusap dan mempertahankan keheningan tersebut dengan pikirannya sendiri. Di depan dan di belakang mobil yang mereka tumpangi, ada dua mobil khusus pengawal Jerome. Masing-masing berisi empat pengawal. Rupanya pria itu memang terniat memperketat pengawalan sejak dirinya tahu Liora dan Daniel terlindungi dengan aman. Entah siapa seseorang yang berada di balik perlindungan tersebut, rasanya begitu mustahil ada seseorang ditakuti oleh Jerome mengingat kekejaman dan kekuasaan pria itu yang seolah tidak ada tandingannya. Dan ya, ia memang belum menyerah untuk kabur dari pria itu. Entah bagaimana caranya dan meskipun ada kemungkinan ia akan tertangkap kembali, setidaknya Jenna tidak bisa tidak melakukan apa pun. Kesempatan tidak akan datang tanpa kita sendiri yang mencarinya dan setiap usaha pasti sepadan dengan hasi
Read more
Part 36
“Sejak menikah, kau jadi lebih pendiam?” Alicia memulai keheningan yang terpecah sejak keduanya membebaskan diri dari keramaian pesta menelusuri  sebuah lorong panjang dan melewati empat pintu kayu. Alicia berhenti di sebuah pintu di ujung sambil mengeluarkan sebuah kunci, kemudian masuk lebih dulu.Sesaat Jenna mengamati ruangan laus tersebut, ruang pribadi sekaligus ruang untuk beristirahat. Dengan satu ranjang besar, dua set sofa, meja rias dan beberapa cermin besar yang berjajar dengan sudut yang berbeda. Ada pintu kamar mandi di sudut dan satu koper besar di atas ranjang yang masih terbuka. Menampilkan beberapa gaun. Di dekat ranjang ada tiga sepatu dengan model dan warna yang berbeda, yang tampaknya senada dengan gaun di koper.“Apa pernikahan memang membuat sakit kepala seperti yang dikatakan Monica?”Jenna berhenti mengamati, menoleh ke arah Alicia yang melangkah mendekati ranjang.“Apa kemesraan yang ditampilkan
Read more
Part 37
Di sepanjang lorong rumah sakit, kedua kaki Jenna yang terseret memaksa melangkah. Pandangan wanita itu kosong dan merana. Satu tangan memegang tas dan satu tangan meremas amplop putih di tangan. Yang berisi hasil pemeriksaan dokter dan foto USG. Usia janin di dalam kandungannya sudah memasuki minggu keenam. Masih sekecil kacang tapi sudah memiliki denyut jantung.Hati Jenna menangis, janin itu tidak berdosa. Tetapi kenapa ia merasa begitu terbebani dengan keberadaannya. Semua usahanya telah sia-sia. Seolah semua derita ini belum juga usai, datang bertubi-tubi tanpa peduli dengan hatinya yang sudah tak sanggup lagi menampung.Ia tak pernah tahu mengenai sebuah kehamilan, apalagi seorang anak. Bayangan semacam itu tak pernah terbayangkan ada di antara hidupnya dan Jerome. Hubungannya dan Jerome jelas tak ada harapan. Bagaimana mungkin harus ada hal bodoh ini di antara mereka.“Jenna?” Suara haru seseorang tiba-tiba terdengar dari arah depan Jenna. Dip
Read more
Part 38
“Merindukanku, Jenna sayang?” sapa Jerome dalam senyuman mengerikan yang tersungging di bibir. Kedua kaki tersilang dan kedua lengan yang bersandar di lengan sofa.“A-apa yang kaulakukan di sini, Jerome?” desis Jenna berusaha keras menahan getar di sepanjang garis bibirnya. Menekan dalam-dalam rasa takutnya. “Bagaimana kau masuk?”“Kau belum menjawab pertanyaan pertamaku,” koreksi Jerome.Jenna bergeming. Wajahnya yang pucat mengembangkan kepuasan di wajah Jerome.“Sepertinya dua hari cukup bagimu untuk bersenang-senang, bukan. Aku datang untuk menjemput istri tercintaku.” Jerome mengurai silang kedua kakinya dan bangkit berdiri. Tanpa melepaskan pandangannya dari wajah Jenna.“Aku tak akan kembali ke rumahmu. Tak akan pernah.” Diam-diam Jenna memegang gagang pintu, bersiap memutar tubuh dan melarikan diri. Berharap Juna tak berada jauh dari sini. Tapi ia tak punya ponsel untuk
Read more
Part 39
Jenna terbangun seketika merasakan gejolak menyerang perutnya secara tiba-tiba. Dengan segera tangannya bergerak menyingkap selimut dan melompat turun dari tempat tidur untuk berlari ke kamar mandi. Berjongkok di depan lubang toilet dan muntah dengan keras. Jerome pun yang lengannya tadi melilit pinggan Jenna, ikut bangun karena lengannya yang disentakkan oleh Jenna. Ia mengangkat kepalanya sedikit dan mendengar suara muntahan. Bangkit terduduk lalu menyusul Jenna. “Apa kau perlu dokter?” Jerome muncul dan tangannya bergerak menyentuh punggung Jenna berniat untuk memijit dan meredakan rasa sakit Jenna. Tetapi hanya sesaat tangan itu berhasil menyentuh tubuh Jenna, wanita itu sudah bangkit sambil menutup lubang toilet. Berdiri di depan wastafel dan mencuci wajah serta kedua tangannya. Tanpa melirikkan pandangan sedikit pun pada Jerome. Merasakan sikap Jenna yang sengaja menghindarinya, Jerome menahan lengan Jenna yang hendak keluar kamar mandi. “Wajahmu pucat
Read more
Part 40
Rasa pusing teramat yang menusuk kepala menyadarkan Jenna dari ketidaksadarannya. Matanya mengerjap beberapa kali menyesuaikan dengan cahaya yang tersilau ke wajahnya. Kemudian bangkit terduduk oleh rasa haus yang terasa mencekik leher. Pandangannya langsung teralih ke arah nakas, melihat segelas air putih dan langsung meneguknya hingga tandas. Sambil menelaah ingatannya sebelum ia jatuh pingsan. Jerome yang memaksanya makan makanan di lantai dan muntah.Rasa sakit di kepala kembali muncul mengingat jambakan kuat pria itu yang rasanya nyaris menguliti rambut di kepalanya. Satu tangannya bergerak menggosok bagian belakang kepalanya. Kemarahan, rasa dongkol, dan sakit hati bercampur aduk di dalam dadanya. Menyumpahi pria itu dengan segala macam sumpah yang berjumbal di kepalanya.Hingga suara pintu kamar yang dibuka mengalihkan perhatian Jenna.  Memunculkan kembali luka hatinya yang masih ternganga lebar. Tidak cukupkah pria itu merampas segala hal di hidupnya, hing
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status