All Chapters of Slave: Chapter 41 - Chapter 50
53 Chapters
41.
Suasana antara keduanya kembali terasa kaku dan juga canggung. Ayesha menguatkan dirinya untuk bisa mengatakan dengan jujur fakta yang sebenarnya tentang dirinya. Ayesha harus bisa memberitahukan semua rahasia penting yang menyangkut tentang dirinya, baik yang dulu maupun yang sekarang. Sedangkan Adnan sendiri sudah tak sabar menunggu pengakuan Ayesha secara berani. "Adnan, a-aku...." ucapan Ayesha tersendat."Ya, kamu kenapa?" tanya Adnan tak sabar. Ayesha kembali di rundungi kegelisahan, tenyata mengumpulkan keberanian diri untuk mengatakan secara jujur itu tidaklah mudah. Semuanya terasa sangat sulit dan membutuhkan keberanian yang lebih ekstra lagi. "Ayesha, kenapa diam?""Beri aku waktu," kata-kata spontan yang Ayesha berikan saat ia tak urung
Read more
42.
Hasan suntuk sekali, setelah mendengarkan curhat keluhan Cavia bukannya membuat ia senang malah semakin gelisah. Pada akhirnya Hasan memutuskan pergi ke night club untuk menenangkan pikiran dan dirinya.Hasan baru akan pergi saat tengah malam tiba, dimana semua orang sudah tertidur lelap. Namun ketika Hasan hampir sampai menggapai gagang pintu dan hendak membukanya terdengar suara seseorang menganggetkannya."Mau kemana kamu?!"Spontan Hasan mengurungkan niatnya dan berbalik menghadap ke arah sumber suara, Hasan memperhatikan sosok itu dalam kegelapan sebab ketika malam semua lampu memang sengaja dimatikan."A-ayah?" panggil Hasan menebak jika orang tersebut adalah Nando."Mau pergi kemana kamu malam-malam begini?" bukannya menjawab panggilan Hasan, orang tersebut malah balik bertanya.Hasan yakin bahwa sosok itu adalah Nando, ia baru mengenali dengan sangat j
Read more
43.
Ayesha berlari ke arah pintu saat terdengar suara ketukan yang nyaring. Diluar sedang hujan deras setelah Adnan berpamitan pulang sekitar lima menit yang lalu. Ayesha berpikir sejenak sebelum membuka pintu utama rumahnya. Dengan berbagai macam banyak pertanyaan bersarang di kepala cantiknya. Apakah mungkin Adnan kembali ke rumahnya karena ada sesuatu barang yang tertinggal? pikir Ayesha tanpa mengintip dulu siapa orang yang datang lewat jendela. Cklek...."Adnan—" ucapan Ayesha terhenti begitu saja saat pintu sudah terbuka dan menampilkan sosok itu lagi. Sosok yang ia benci sekaligus yang ia rindukan. Rindu? Sejak kapan Ayesha merasakan yang namanya rindu pada sosok Hasan? Tidak, lebih tepatnya sejak kapan Ayesha mau mengakui jika dirinya merindukan Hasan? "K-kau!" suara Ay
Read more
44.
"Aku ingin menemuinya, Pak." kata Ayesha mengakui jujur. "Maksudku, aku ingin melihat apakah dia masih ada disana atau tidak.""Kalau Hasan masih disana memangnya kenapa? Kau merasa kasihan dan ingin menyuruhnya masuk, juga memberinya tumpangan untuk berganti baju kering yang baru, dan bersih. Begitu?""Tidak!" Ayesha menggelengkan kepalanya, "a-aku hanya ingin menyuruhnya agar segera pergi dari sini."Ucapan Ayesha entah kenapa sangat sulit untuk Ridwan percayai, akhir-akhir ini gelagat putrinya terlihat aneh. Sikap peduli Ayesha jelas tampak terlihat di mata Ridwan, namun anaknya itu lebih memilih untuk menyembunyikannya. "Kalau begitu lakukanlah!" ujar Ridwan tiba-tiba, "kau harus segera mengusirnya dari sini. Jika memang itu yang ingin kamu lakukan, Ayesha."Ayesha tercekat dan terlihat bingung, namun sejurus kemudian ia menganggukkan kepalanya dan
Read more
45.
Aahhh.Suara desahan saling bersahutan itu terdengar memenuhi seisi ruangan kamar bernuansa putih tersebut. Kamar milik seorang pria di sebuah apartemen mewah miliknya.Adnan tampak begitu bersemangat menghujamkan miliknya ke lembah  sempit nan hangat milik wanita bayaran itu, atau yang biasa di panggil dengan sebutan jalang favorit Adnan.Ya, favorit karena Adnan selalu meminta jasa berupa tubuh dan tenaga wanita itu untuk memuaskannya. Dengan kata lain, wanita tersebut berhasil membuat Adnan kecanduan akan dirinya. Tidak, pada tubuhnya. Padahal Adnan adalah tipekal pria yang mudah bosan, sekali pakai buang alias tidak ada kata yang kedua, ketiga, dan seterusnya.Tapi, dengan Maya? Lihatlah! Adnan seperti tak pernah puas akan tubuh montok itu. Tubuh yang saat ini tengah di gagahinya dengan sangat buas, panas dan liar."Oh, fu*k!" Adnan mengumpat dengan keras, persetubuhan mereka memang se
Read more
46.
Pagi ini Ayesha memutuskan untuk menemui Adnan di apartemen milik pria itu saja. Setahu Ayesha, Adnan jarang pulang ke rumahnya dan lebih sering menghabiskan waktunya di apartemen sama seperti Hasan.Astaga! Ayesha mengumpat dalam hati, disaat seperti ini bisa-bisanya ia malah kepikiran si berengsek Hasan. Tidak, Ayesha harus bisa mengenyahkan Hasan dari pikirannya sejauh mungkin. Dan sekarang Ayesha harus fokus pada Adnan, pria itu mungkin saja memang sedang marah padanya.Ayesha sebenarnya juga merasa bersalah karena belakangan ini kurang perhatian pada Adnan, dan malah lebih mementingkan lamunan konyol yang selalu memikirkan pria berengsek itu. Sungguh bodoh! Tak seharusnya ia memikirkan pria lain disaat seorang pria yang berstatus tunangannya itu lebih penting dan lebih berarti setelah kedua orang tuanya.Ayesha tersenyum sumringah menatap bangunan unit apartemen, ia langsung segera masuk ke dalam li
Read more
47.
"Kenapa menatapku seperti itu?!" hardik Hasan merasa risih sekaligus kesal dengan tatapan Ayesha padanya.  "Tatapanmu seolah menunjukkan bahwa kau tengah melihat hantu saja." dengkus Hasan benar-benar tak suka dengan tatapan Ayesha.  Mendengar itu Ayesha memalingkan wajahnya tak ingin melihat ke arah Hasan lagi. Pria itu terlalu cerewet dan berisik, telinga Ayesha terasa kebas dan panas mendengarnya.  "Hei, kenapa kau cuek? Aku sedang bicara padamu," Hasan menyentuh lengan Ayesha langsung segera menepisnya.   "Pergi!" sentak Ayesha mengusir Hasan.  "Tidak, aku tidak akan pergi meninggalkanmu disini sendirian." tolak Hasan menggelengkan kepalanya, "apalagi di jalanan sunyi seperti ini. Oh, tidak akan aku meninggalkanmu." Mungkin jika wanita lain yang mendengar ucapan manis Hasan in
Read more
48.
Ayesha meremas ke sepuluh jari rampingnya yang saat ini saling bertautan, beragam perasaan cemas dan panik berkecamuk dalam dirinya. Bagaimanapun usahanya yang sudah susah payah mencari berbagai alasan agar Hasan tak mengantarkannya sampai ke rumah nyatanya sia-sia. Rupanya pria itu lebih licik sehingga mampu membalas ucapan Ayesha secara telak. Dan, pada akhirnya Hasan telah sampai mengantarkan Ayesha tepat di depan rumah wanita itu. Hasan mengamati rumah baru Ayesha yang tampak lumayan mewah, tidak se-sederhana seperti rumahnya yang dulu. "Bagus," ucap Hasan tiba-tiba, reflek Ayesha menoleh padanya dengan mata berkedip berulang kali. "Uhm, maksudku rumah barumu bagus. Dan juga cantik."Mendengar itu Ayesha menjadi malu, ia pikir pujian bagus dan cantik itu ditujukan untuknya namun nyatanya tidak. Hmm, sepertinya Ayesha terlalu berha
Read more
49.
Ridwan meradang mendengar pengakuan putrinya yang bercerita tentang penghianatan Adnan yang begitu teganya berselingkuh dengan wanita lain.Ia sungguh tak percaya jika Adnan ternyata juga seorang pria berengsek, yang sialnya selama ini tertutupi oleh sikapnya yang baik bak seperti malaikat pelindung untuk putrinya. Ridwan pikir itu murni sifat alamiah dari diri seorang Adnan, namun nyatanya hanya kepalsuan belaka.Ridwan benci, kesal, dan marah. Ya, tentu saja. Orangtua mana yang tak marah jika ternyata selama ini anaknya hanya di permainkan dan terus-menerus dibohongi."Sini," ucap Ridwan merentangkan kedua tangan kekarnya lebar-lebar sebagai kode untuk Ayesha agar memeluknya.Tentu saja Ayesha langsung menerima pelukan bapaknya yang terasa begitu hangat dan nyaman. Apalagi ditambah sebuah kecupan yang mampir di puncak kepalanya secara beruntun. Ayesha mendongakkan kepalanya menatap wajah Ridwan yang tersenyu
Read more
50.
Hasan berjalan mengendap-endap seperti maling saat hendak ke kamar yang sekarang ini di tempati Ayesha, kamar yang dulu sering di tempati Ayesha saat tinggal di kediaman keluarga Wicaksana.Selama seminggu lebih ini Ayesha dan Ridwan menginap di rumah keluarga Wicaksana, dan rencananya siang nanti kedua orang itu memutuskan untuk pulang.Klek.Satu keuntungan bagi Hasan atas kecerobohan Ayesha untuk yang satu ini, sebab Hasan sangat hafal dan tahu betul jika Ayesha jarang menutup pintu kamarnya saat tidur.Mendapatkan kesempatan emas seperti ini tentu saja Hasan tak menyia-nyiakannya, dengan langkah riang yang disertai senyuman kebahagiaan yang tampak terbit menghiasi wajahnya.Hasan menatap lekat wajah Ayesha yang tertidur damai dalam jarak sedekat ini, perlahan tangannya terulur menyentuh surai panjang nan hitam yang terasa sangat lembut itu.Ayesha menggeliat kecil m
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status