Semua Bab Matahari yang Ingin Terbenam: Bab 11 - Bab 18
18 Bab
IQBAL POV
Murid teladan, tukang telat dan juga edan. . . .   Pagi, ketika matahari mulai setinggi tombak.    Kamar seorang Iqbal Ramdani.   Silau matahari mulai mengganggu mata gue yang masih betah merem, asli gue masih ngantuk. Intinya gue PW, mager berat, pengen banget bobo lagi tapi sayang jam alarm gue udah punya daritadi.   Sebentar!! Jam Alarm kok baru bunyi sekarang? Biasanya kan gue setel buat bangunin gue sholat subuh!   "Alarmnya bunyi tapi kok silau amat??"   "Apa cuma perasaan gue doang?"   "Sekarang jam berapa sih?"   Jam 07.00, itu angka yang gue liat waktu membuat mata gue perlahan.   What!! Apa kata dunia?   Seketika gue bangkit berdiri, mata gue langsung melek seperti bohlam padahal tadinya cuma segaris. Langsung sadar kalau kakak gue udah k
Baca selengkapnya
SOMEONE POV
IQBAL POV Dia cantik kok, kalau ngeliatnya pakai kacamata kuda. Hahaha..... Kadang gue mempertanyakan takdir. Kenapa gue dipersatukan sama Siti supaya jadi teman sebangku gue. Entah berkah atau musibah?? Amanda Siti Aura, biar keren gue panggil dia Siti. Dia teman sebangku gue dari kelas 10, dan ternyata kita harus sekelas lagi dan sebangku lagi di kelas 11. Padahal kerjaan sehari-hari kita adalah bacot bacotan, saling menghina, saling memaki, kagak ada akur-akurnya kek bawang merah dan bawang putih. Gue aslinya ya kagak mau sebangku sama dia. Tapi bisa apa gue karena yang ngatur posisi tempat duduk itu adalah wali kelas kita sendiri. Ibu Ika, ibu guru yang baik hati seperti malaikat. Bikin gue nggak enak hati untuk menolak. Sekedar cerita sih, jujur awalnya gue seneng banget bisa sebangku sama si Siti. Primadona sekolah coy!! Sudah manis c
Baca selengkapnya
AMANDA POV
# Kisah Cinta Amanda LAPANGAN SMA CAHAYA HARAPAN Masih di hari yang sama pelaksanaan MOS, Siang harinya perut gue sakit, gue punya maag dan akhirnya kambuh hari itu. Sebenernya gue udah bilang ke panitia, tapi kayaknya mereka nggak percaya dan anggep gue pura-pura. Ya sudahlah, istirahat juga sebentar lagi, kayaknya maaih kuat kalo gue tahan. Awalnya gue mikirnya begitu, tapi teenyata permainan selanjutnya adalah lari estafet. 1 kelompok 5 anak dan ditentukan lewat kocokan, peraturannya pelari terakhir haruslah perempuan, kalo nggak ada perempuan harus tuker anggota sama kelompok lain. Sialnya kelompok gue, cuma gue yang cewek. Mana kuat gue lari kalo perut sakit begini, terakhir pula! Dan yang kalah nggak ada jam istirahat juga dapet hukuman bersih-bersih toilet. AHHHH, pengen teriak rasanya. Matahari makin terik dan perut gue makin melilit, sakit! Tapi kita udah Stan
Baca selengkapnya
MANDA POV_ Cemburu
#Fizya, si anak baru Teettt... Teettt... Teettt Suara bel masuk pelajaran berbunyi dan anak-anak yang awalnya ada di luar mulai masuk secara teratur. Bu Ika pun masuk setelahnya, tapi kali ini ada anak cewek semanis malaikat di belakang beliau. Mengikutinya malu-malu dan penuh sopan santun. Tebakan gue dia anak baru. Kata Anak Baru memang selalu menarik untuk diperhatikan, bahkan sebelum kata itu terucap sekali pun. Dia cuma diam berdiri sambil tersenyum aja langsung menyihir seisi kelas jadi sunyi sesunyi kuburan, padahal biasanya rame kaya di pasar. Dia cantik, cantik alami tanpa polesan Make Up neko-neko. Rambut hitam lurusnya bikin gue iri barang sebentar, bisa dibilang dia imut (pake banget). Bahkan gue sebagai cewek mengakuinya apalagi cowok-cowok di kelas ini, di sebelah gue Iqbal melongo parah. Kaya liat apaan ini anak!!!
Baca selengkapnya
13. ARYA POV (sosok misterius)
Siapa yang menyuruhmu untuk mencintai kehidupan? . . . Di Kantin SMA Cahaya Harapan "Ih Awas... Monster mau lewat!""Minggir lu, jangan macam-macam. Nanti lu dibegal Arya""Gila banget ini sekolah bisa- bisanya nerima preman""Parrahhh, ada yang bilang dia enggak bakal segan-segan membunuh lu kalau dia marah. Dia itu pembunuh""Anjay!!"Gue bisa dengar suara obrolan anak-anak lain yang anehnya bisa sampai ke kuping gua meski kelihatannya mereka lagi bisik-bisik, entah sengaja atau nggak. Tapi itu udah biasa. Selalu begini kalau gue lewat di koridor sekolah, lapangan, perpus, ata
Baca selengkapnya
14. IQBAL POV( Menunggu)
Seandainya gue bisa membaca pikiran lu, andai saja. . . . . .   Parkiran SMA Cahaya Harapan   Jam 5 sore.   Langit mulai berubah jingga, sebenernya sudah jam pulang sekolah dari tadi dan harusnya gue udah di apartement gue dari tadi.   Sayangnya kakak gue yang udah gue tungguin selama setengah jam masih aja kagak nongol-nongol. Mana acara mendung lagi! Ke mana, Woi? Kenapa-napa atau gimana?   Dengan segala kegelisahan yang rajin banget mampir ke hati. Gue pelototin lagi arloji di tangan gue.   "Masih betah nungguin Arya?" tanya Siti ke gue pakai nada kelewat judesnya.   "Iya sayang" jawab gue kesel karena dia udah nanya pertanyaan tadi lebih dari 10 kali.   "Ball! Palingan juga dianya udah pulang duluan!" Ini juga ucapan Siti yang udah keluar lebih dari 10 kali dari bibir klinis
Baca selengkapnya
15. AUTHOR POV( Rindu)
Bahagia bukan Untuknya . . .     SMA CAHAYA HARAPAN     Seperti biasa Arya selalu membolos pelajaran sesuka hatinya. Meninggalkan materi sekolah dan bahkan tak pernah ada niatan untuk mengerjakan PR nya di rumah. Arya sudah sangat biasa seperti itu, tapi anehnya hal itu sama sekali tak mempengaruhi prestasinya di sekolah.   Apalagi setelah tragedi menyeramkan di kantin sekolah tadi. Arya kehilangan kendali dan lagi-lagi melukai orang-orang di sekitarnya, bukan masalah besar jika orang itu adalah perawat atau dokter yang menangani kesehatan psikis nya seperti dulu saat dirinya masih direhabilitasi. Masalahnya orang yang ia pukuli kali ini adalah Iqbal.   Bagaimana bisa Ia tak mengenali Adiknya sendiri?   Arya bahkan sempat merusak cermin di kamar mandi sekolahnya. Meninjunya sekuat tenaga sampai kaca itu retak dan berubah menjadi k
Baca selengkapnya
16. AUTHOR POV(Sesak)
Jangan cintai aku, hal itu akan menyakitimu.... Di sebuah lorong kecil yang sepi dan gelap, sosok bernama Arya menjambak rambutnya sekuat tenaga. "ARRGGHHH" Ia mengeram dalam diam. Arya tak ingin keberadaanya diketahui hingga ia menahan suaranya. Tapi itu sulit, jangan lupakan bahwa sedari tadi ia terisak. Arya menyenderkan punggungnya di tembok lorong, merosot perlahan karna kakinya mulai lemas untuk berpijak. "Sadarr diri woooyy. Sadar!!" Kalimat itu terus saja berulang ditemani air mata yang mengalir deras di pipinya. Arya menangis padahal ia sudah terlalu lelah untuk menangis( lagi). Berandal tingkat dewa ini ternyata lemah jika di hadapan ibunya. Preman sekolah ini terlihat teramat lemah sekarang. "Arya nggak pantes pulang, mah" "Arya bukan anak yang pantes dibanggain!"
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status