All Chapters of Love life hope: Chapter 11 - Chapter 20
46 Chapters
11
Taufik hampir setiap hari datang ke kelasnya setelah hari itu. Mengajaknya bercerita, dan bahkan terkadang membawa cemilan untuk dirinya dan untuk Nana  Dan itu sangat mengganggu bagi Rion, terutama Nana. Karena dia tak bisa leluasa bercerita atau bercengkrama bersama Nana seperti biasanya. Taufik selalu saja muncul seperti setan yang tak di harapkan, lalu mencampuri cerita apa saja yang sedang mereka ceritakan. "Rin, lama-lama aku jadi benci banget sama kehadiran Taufik, tau gak sih? Udah kelewatan gangguinnya." Nana melipat tangannya di dada dan menekuk wajahnya. Rion tertawa cukup keras, walau harus dia akui kalau Taufik memang mengganggu belakangan ini. "Itu bukti kalau kau emang mempesona hari itu, coba kalau make overmu dipakai ke sekolah?" Rion mencoba menyemangati Nana  dengan melihat sisi positif dari tingkah Taufik. Tawaran Rion membuat fikiran Nana melanglang
Read more
12
"Betul banget kak." Jawab Rion dengan riang. Marina membisikkan sesuatu yang hanya Nana dan Marina yang bisa dengar, bahkan Rion yang berada tepat di samping Nana pun tak mendengarnya. "Oke kak, dengan senang hati." Nana langsung memperlihatkan jempol dan senyuman terbaiknya yang membuat Marina langsung bergegas keluar ruangan tersebut. "Dibisikin apa sih?" Rion penasaran tentu saja, namun Nana hanya tersenyum menjawab pertanyaan Rion lalu kembali menekuri buku di hadapannya. Rion  dan Leon hanya menghela nafas pasrah, percuma juga dia memaksa, karena tak mungkin Nana akan mengatakan sesuatu yang rahasia. Butuh lebaran monyet untuk itu.Rion pun ikut kembali menekuri soal-soal seperti yang dilakukan Nana. "Bro, ngelamun aja, udah mutusin hadiahnya apa?" Taufik menepuk pundak Sandy yang sedang melamunkan sesuatu. Mendengar kata hadiah dari Taufik, me
Read more
13
Dan seketika mereka menjadi pusat perhatian ketika melewati gerbang sekolah. Setiap mata menatap mereka walau hanya sekedar ingin mengetahui siapa yang lewat."Rin, jagain tuh princess hari ini, dia pasti bakalan banyak yang gangguin." Ucap Leon ketika sudah berada di depan kelasnya."Nana!" Teriak Taufik ketika melihat Nana singgah di depan kelasnya. Dia segera berlari ke arah pintu."Ya ampun," Nana langsung bersembunyi di belakang Rion dan memegang bajunya erat ketika melihat Taufik dari balik tubuh Leon."Ya ampun, cantik banget, kalo kayak gini tiap hari bakalan bantu ngedonkrak nilaiku, soalnya makin semangat. San, liat deh, Nana secantik hari itu." Taufik cukup histeris dan ribut sehingga beberapa anak - anak lain juga penasaran dengan apa yang di teriakkan oleh lelaki cerewet satu itu.Sandy hanya menoleh sepintas dan tersenyum, lalu kembali bercerita dengan yang lain, seakan tak memiliki minat apapun. Padahal dia b
Read more
14
Akibat dari kekacauan tersebut, Nana, Leon, Rion, Sandy, dan Taufik dihukum membersihkan lapangan basket selama seminggu. Tentu saja membuat Sandy menggerutu karena dia tak ada niatan sama sekali untuk ikut dalam huru hara tersebut.Tapi Nana tak peduli dengan hukumannya, bahkan dia terlihat seperti zombie dalam setiap aktivitasnya. Kalimat yang dilontarkan Sandy hari itu membuat Nana tak semangat, bahkan mengabaikan permintaan Marina untuk di rias kembali di hari ulang tahunnya.Rion semakin pusing, karena Nana tak sesemangat hari biasa ketika bercerita. semuanya hanya ditanggapi dengan 3 kata, ya, tidak, mungkin, hanya kata itu, selebihnya dia memilih menelungkupkan kepalanya selama waktu istirahat.Sepulang sekolah dan melakukan beberapa pemotretan, dikamar si kembar, Rion sedang berbaring di atas ranjang sementara Leon sedang asyik dengan laptopnya. Nana sendiri memilih berbaring di samping Rion untuk beristirahat
Read more
15
"Pelit amat sih Na?""Gak mau Rin? ya udah, gak apa sih, bisa lebih hemat lagi kalau gitu.""Ya nggak lah, maksudnya yang elit dikit gitu, kan kamunya udah beberapa kali gajian.""Aku lagi nabung Rin, ada hal yang pingin banget aku beli. Dan uangnya masih jauh dari kata cukup."Rion kembali menghela nafasnya berat.*Ujian semester pertama baru saja selesai. Karena Rion dan Leon adalah murid pindahan, mereka di tempatkan di satu kelas dimana semua isinya adalah murid pindahan."Akhirnya selesai. Males banget sih, gak bisa barengan pas ujian." Rion mengeluh ketika pulang dari sekolah. Kini, mereka sedang berada di kamarnya, bersama Leon dan Nana."Kamu gak dicariin Na?" Leon memilih mengabaikan gerutuan saudara kembarn
Read more
16
Nana masih menguap beberapa kali ketika sudah melewati gerbang sekolah. Semalam dia menemani Rion chat sampai ketiduran, Rion tak mengizinkannya beranjak ke alam mimpi. Dan akhirnya sekarang dia tak bersemangat untuk mengawali semester baru.Andai omnya tak membangunkannya dengan cara ekstrim, mungkin dia tak akan masuk di jam pertama, atau paling buruk, dia masuk di jam kedua karena menunggu jam pertama selesai lalu memanjat pagar seperti beberapa temannya yang sering terlambat."Pagi, Nana." Rion menyapa Nana setelah menguap beberapa kali sembari menggaruk kepalanya. Rion yang biasanya sedikit rapih sekarang sangat berantakan, bahkan rambutnya pun terlihat acak-acakan seperti baru saja bangun tidur.Nana tak merespon, karena dia benar-benar mengantuk dan masih membutuhkan tidur lebih."Hei, kalian berdua! Ini masih pagi, ayo upacara!" Rahma, ketua kelas mereka menggebrak meja yang membuat Nana dan Rion kaget, bahk
Read more
17
Nana mendapatkan sebuah pesan dari seseorang. Tanpa tanda pengenal atau apapun, hanya mengatakan hai, dan tak lebih dari itu. Dia sudah bertanya, namun sudah beberapa hari dia tak mendapat balasan pesan."Kurang ajar!" Ucap Nana dengan nada meninggi dan disertai amarah, membuat Rion yang ada disampingnya terkejut."Kamu kenapa lagi sih?" "Tau nomor ini gak sih?" Nana memberikan ponselnya untuk memperlihatkan nomor yang sudah mengganggunya beberapa hari terakhir.Rion meraih ponsel Nana dan mengetik secara cepat nomor tersebut. Tapi tak ada nama yang muncul."Aku akan coba di ponsel Leon, mungkin saja dia punya." Rion memberikan ponsel Nana dan menyimpan ponselnya setelah merubah deringnya menjadi mode getar. Dia sudah pernah terkena amukan dari gurunya karena di tengah pelajaran, ponselnya berdering keras dan membuatnya diusir dari dalam kelas selama jam pelajaran guru tersebut.*Nana masih uring-uringan dengan nomor ponsel yang mengi
Read more
18
Nana bertanya-tanya, kenapa dia mengiriminya pesan dan hanya mengatakan hal tersebut?"Berikutnya apa yang akan kau lakukan?"Nana menggeleng dan membiarkan apapun terjadi, terjadilah.setidaknya dia sudah tahu dan dia tak perlu memperdulikan hal tersebut lagi.Nana mengajak Rion ke kantin, mentraktir walau hanya roti dan teh kemasan.*Siang itu, beberapa senior memasuki kelas mereka, mereka berseragam basket, lengkap dengan sepatu ratusan ribu dan beberapa atribut yang sering dipakai oleh pemain basket nasional. Mereka memperkenalkan beberapa pemain andalan laki-laki dan perempuan serta beberapa chearleader, wanita cantik dengan makeup yang ikut dengan mereka."Kau ikut Rin?""Dimanapun kau pergi, aku ikut." Jawab Rion dengan antusias, membuat Nana menampakkan wajah masamnya."Bukan itu maksudnya Rin, basket ini. Aku kayaknya tertarik deh," ucap Nana menimbang-nimbang. Dan pada akhirnya, keduanya mendaftarkan
Read more
19
Nana berjalan gontai kelasnya pagi itu. Dia masih lelah dengan semua aktifitas dalam beberapa bulan terakhir, belum lagi dia sangat ingin menjadi lebih baik dari sekarang, tapi perjalanannya cukup melelahkan. Mengalahkan lelahnya jadwal padat yag diberikan Leon selama seminggu."Lesu banget sih na? Ada masalah lagi dengan Sandy?""Bukan masalah Sandy, aku bahkan lupa dengan manusia satu itu saking capeknya dengan semua kegiatan." Nana mendesah berat, dia menjatuhkan pantatnya ke kursi dengan cukup keras."Kau harus belajar berdamai dan menerima semuanya dengan tenang Nana, jika tidak kau akan lebih sulit ke depannya." Rion mencoba menyemangati Nana."Kau benar Rin, kedepan pasti lebih sulit lagi, tapi ini berat!" Nana memilih menyandarkan kepalanya pada meja yang begitu menggoda di depannya."Semangat Nana!"Di jam istirahat pertama, Nana mengajak Rion menuju perpustakaan, target masuk di kelas ipa 1 masih menjadi prioritasnya di atas apapun, sehi
Read more
20
Nana sudah mulai terbiasa setelah seminggu menerima keadaan dengan susah payah, dan Rion harus terus berusaha tiap hari menyemangati Nana agar tak menyerah dengan semua hal dan terus berusaha bekerja keras. Tak ada yang mudah dengan perjuangan, namun hasilnya tak pernah mengecewakan. Nana bukan si jenius seperti Sandy, sehingga dia harus benar-benar berusaha keras jika ingin mengejar jenius satu itu. "Nanti sore kamu siap kan?" Tanya Leon ketika mereka sedang berjalan pulang ke arah rumah mereka masing-masing. "Akan ku usahakan!" ucap Nana dengan penuh semangat. Mendengar kalimat yang penuh percaya diri dan bersemangat Nana membuat si kembar merasa bahagia dan ikut bersemangat. Akhirnya, pekerja wanita mereka kembali seperti hari-hari sebelumnya. Dan setidaknya Leon tak perlu memutar otak lebih banyak agar bisa memberikan Rion solusi untuk kegundahan Nana. Karena rasa tak nyaman Nana seperti bola ber
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status