Lahat ng Kabanata ng Malam Tanpa Noda : Kabanata 251 - Kabanata 260
278 Kabanata
Album Foto
Malam Tanpa Noda Tubuh Putra membeku dalam dekapan Azila. Afisah bergegas menghampiri adiknya. "Maafkan adik saya, Pak," ungkapnya. Melepaskan tangan Azila dari tubuh Putra. "Afisah, sakit," rintihnya. "Tak apa. Ayo kita ke kamar." Putra hanya bisa menatap kedua putrinya tanpa berkata apa-apa. Hingga mereka hilang dari pandangannya. "Kamu gak apa, Azila?" "Sakit Afisah." Merengek dihadapan sang kakak. Pengurus panti membawakan obat oles untuk Azila. "Olesin ke kepala yang benjol." Afisah mengusap bagian kepala itu. "Benjol, Bu.""Gak apa-apa nanti juga kempes sendiri. Kasih terus obatnya."Azila memeluk tubuh kembarannya. "Kapan ayah sembuh? Dia memang tak ingat kita. Dia tak sayang kita." "Jangan berkata demikian. Kalau ayah tak sayang. Mengapa dia menghampirimu dan menolongmu?" Senyum terukir di bibir Azila. "Tad
Magbasa pa
Mengikuti Airi
Malam Tanpa Noda  Putra merasa jenuh, biasanya ia akan ke kantor. Saat ini dirinya ingin menenangkan diri mencari identitas diri sesungguhnya. Hidup dalam ketidak tahuan sangat tidak nyaman. Maka dari itu, Putra menyetujui permintaan Johan untuk mengantikan dirinya sementara. Putra tidak menyerahkan semuanya begitu saja. Putra meminta supir, Roni untuk mengantarnya keliling kota Jakarta agar dirinya tak jenuh dan bosan. Anak-anak panti sedang ada acara di luar. Santunan anak yatim yang diselengarakan oleh salah satu perusahaan terkenal. "Ron, kita jalan-jalan." "Jalan-jalan ke mana, Pak?" "Ke mana saja. Asalkan keliling kota."Suasana panti sangat sepi, mereka semua ikut menghadiri acara tersebut tentu saja Putra kesepian. Supir Putra menyalakan mesin dan melaju ke setu babakan tempat kesenian betawi. Kebetulan ada acara di sana. Putra
Magbasa pa
Terbongkar
Malam Tanpa Noda"Kamu tunggu di sini," perintah Putra. "Lebih baik saya ikut, saja." "Tidak usah. Kamu tunggu saya di sini." Putra keluar mobil dan membanting pintu. Fian menghubungi ponsel Airi, tapi tak dijawab. "Aduh, bunda ngapain sih. Gak dijawab." Fian menatap punggung Putra yang semakin jauh, khawatir dengan keselamatan Airi. "Semoga tak terjadi apa-apa."Putra bertanya kepada resepsionis, tapi mereka tak tahu di mana Fian dan tak mengenalnya."Maaf Pak, tak ada nama Faisal atau Dinda." Putra berjalan menelusuri hotel mencari keberadaan mereka. "Ke mana mereka. Aku yakin mereka masih ada."Rasa lapar tak dihiraukannya. Pikirannya menerawang jauh ke langit. Suara gelak tawa Airi terdengar samar-samar. Putra mendekati arah mereka. Airi dan Faisal duduk di pinggir kolam renang. Mereka bagaikan sepasang kekasih. Tangan Faisal mengusa
Magbasa pa
Menyadari
Malam Tanpa Noda Faisal mengantar Airi ke tampat Lily. Lelaki itu khawatir dengan keadaannya. "Lebih baik kamu ke tempat ayah. Di kontrakan kamu sendirian." Airi tak menjawab. Sebenarnya, ia ingin menyusul Putra. Namun, Faisal melarang. Saat ini hati Putra merasa di permainkan. Pasti ia marah dan akan menghardik Airi. Benar sekali apa yang dikatakan Faisal. Putra sedang dalam emosi yang tak stabil. Pasti hanya keegoisan yang ia pikirkan. Menunggu Putra lebih tenang dan tak terpengaruh amarah dan cemburu. "Istirahat' lah!" Faisal membukakan pintu mobil. "Maaf, aku tak bisa mampir. Salam kepada keluargamu." "Iya, terima kasih." "Tenangkan dirimu dan aku kasih kamu cuti tiga hari." Airi berada di kamar Azila. Menatap kasur tanpa ranjang. Sudah hampir dua minggu mereka pergi. "Bunda," sapa Lily membuka pintu perlahan. Lily membawa nampan berisi teh hangat. "Aku b
Magbasa pa
Status Sosmed Prily
Malam Tanpa Noda Putra mengambil ponselnya dan mencari nomor yang dituju. "Aku tunggu kamu di cafe Nania jam sembilan pagi." Putra menyimpan buku nikah itu di dalam laci. Keluar kamar dan menatap Roni yang melamun. "Roni, kamu sedang apa?" tanya Putra. Sikap Roni terlihat berbeda. "Enggak, saya hanya kaget mendengar keributan di kamar Pak Putra." "Apa kamu juga membohongi saya?" Selidik Putra. "Bohongin apa, Pak?" Fian berpura-pura tak mengerti. Putra menuruni tangga dengan cepat. "Membohongi saya seperti mereka?" "Ah, Bapak sedang emosi jadi tak bisa berpikir positif. Mungkin mereka memiliki alasan sendiri." "Alasannya, mereka ingin memanfaatkan kondisi saya." "Kalau mereka merugikan Bapak, mereka pembohong. Tapi, mereka tak merugikan Bapak, kan?" Putra terdiam, selama ini Airi tak merugikan dirinya. Tak ada uan
Magbasa pa
Video
Malam Tanpa Noda  Suara deru mobil terdengar di samping mobilnya. Drian menoleh ke arah mobil merah. "Prily ...." Sungguh pemandangan yang menyesakkan dada. "Jadi, ini alasan kamu meminta cerai." Johan juga berada dalam mobil. Tangan Johan mengandeng Prily masuk ke mobil merah milik Johan. Drian hendak keluar mobil namun, ia tahan. Prily sudah membaca pesan yang dikirim Drian. Lelaki itu memutuskan untuk mengikuti Prily dan meminta penjelasan secara langsung.Johan dan Prily menyantap makan siang di sebuah restauran italy. Mereka menikmati steak tenderloin dengan saus mushroom. Drian mengenakan kacamata dan masker. Membelakangi mereka dan hanya memesan orange juice saja tanpa makanan. Drian yakin kalau Prily pasti akan bangkit dari duduknya."Aku mau ke toilet." Menyeka mulutnya perlahan dengan tisu yang telah di sediakan restauran.Sang pelayan men
Magbasa pa
Mengembalikan Kenangan
Malam Tanpa Noda  Putra menghubungi Airi melalui kontak bernama Dinda. Itulah keputusannya. Ia akan berusaha mengingat kembali memori yang telah lama hilang. Airi menatap layar pipihnya bertulisan Putra. Menarik napas lebih dalam agar tenang. Mengucapkan salam terlebih dulu. "Bisa kita bertemu," pinta Putra melembut. "Di mana?" Suara Airi bergetar. Menahan rasa bahagia dan terharu. Putra mau menghubunginya setelah kejadian di kolam renang. Airi berdoa semoga Putra dilembutkan hatinya. Kini, lelaki itu menghubungi tanpa ada nada tinggi maupun kasar. "Di mana pertama kali kita bertemu?" Airi mengingatnya, pertama kali bertemu Putra ketika terjadi kecelakaan. Tubuh Airi tertabrak mobil Putra hingga masuk rumah sakit. "Prapanca Raya." Airi memberikan jalur jalan secara detail. "Baik, kita bertemu di sana. Pakailah pakaiaan yang biasa kamu gunakan. Aku tunggu
Magbasa pa
Mencoba Berkumpul
Malam Tanpa Noda Airi membawa Putra ke rumah Fian. Melangkah masuk ke dalam membawa beberapa makanan dalam kantung kresek putih. Sebelum sampai tujuan, Airi membeli beberapa keperluan untuk makan malam. Cemilan dan kopi beserta gulanya. Putra mengikuti Airi dari belakang. Menatap punggung Airi dan memperhatikan wanita itu saat berbicara serta tersenyum.Tangan Airi memilih bahan makanan yang akan digunakan. Putra mendorong trolley mengikuti langkah Airi. "Sudah semua. Ayo kita ke kasir!" Mereka mengantri di kasir swalayan. Banyak pengunjung yang datang pada jam segini. Wajah Airi nampak ceria. Tak ingin memperlihatkan kesedihan kepada Putra. Senyum selalu terukir di bibir wanita itu. Mereka menuju parkiran dan melanjutkan kembali perjalanan ke rumah Airi. "Apa masih jauh?" tanya Putra. Mereka duduk di belakang kemudi."Sebentar lagi. Itu rumahnya." Tunj
Magbasa pa
Satu Ranjang
Malam Tanpa Noda Airi mengantar Putra ke kamar mereka. Membuka perlahan pintu coklat. "Maaf, kamarnya tak sebesar di rumahmu. Aku pastikan kamu aman." Putra menelusuri kamar Airi. Tak ada penyejuk atau kipas angin di kamar itu. Menatap tempat tidur ukuran dua dan hanya cukup untuk mereka. Putra melangkah perlahan dan duduk di pinggir tempat tidur. Tubuh Putra tertutup kemeja biru muda dengan jas hitam. Tidak mungkin mengunakan jas atau bawahan panjang untuk tidur. "Aku akan ambil baju ganti untukmu," cetus Airi.Dengan izin Fian. Mengambil satu stell baju untuk Putra dari dalam lemari coklat. "Apa ada lagi yang lain?" tanya Lily. "Sudah cukup. Bunda hanya butuh ini." Melihat penampilan Lily yang lebih cantik. Airi hanya bisa mengoda mantunya. "Cie, yang udah pulang suaminya," goda Airi. Mencolek dagu Lily. Wajah ma
Magbasa pa
Penelepon Misterius
Malam Tanpa NodaDrian menatap ponselnya sejak tadi. Prily belum menghubungi atau membalas pesan aplikasi hijau. Biasanya, setiap malam mereka akan melakukan video call. Mengobati rasa rindu dan saling berbagi cerita."Ke mana Prily? Gak biasanya gak kasih kabar." Tangan kekar yang tersemat cincin emas sepuluh karat sebagai tanda pernikahan mereka menghubungi nomor kontak istrinya. Tak ada jawaban dari wanita berwajah boneka.Pikirannya kalut dan hati belum tenang jika, tak melihat wajah Prily sebagai laporan kalau wanita itu baik-baik saja."Aku sudah pulang dan sampai rumah." "Aku lagi makan." "Aku mau tidur." Seperti itulah Prily. Memberikan kabar apa saja setelah pulang kerja. Drian merasa takut dan khawatir karena istrinya bekerja dengan musuh bubuyutan. Masuk kandang harimau yang sewaktu-waktu akan menerkam mangsa di depan matanya. Drian tak mau itu terjadi.&n
Magbasa pa
PREV
1
...
232425262728
DMCA.com Protection Status