All Chapters of Tamming The Jerk Billionare: Chapter 11 - Chapter 20
84 Chapters
Lembah Hitam Kenikmatan
Blue House Club Adley yang tengah bicara dengan Ignacio melalui earphone mini di telinganya dikagetkan dengan tepukan di pundak Adley yang tiba-tiba. "Hey!!" ucap pria berbadan tegap, berkacamata hitam dan berpakaian kasual berdiri di hadapan Adley. "Ah, T--Tuan!" serunya langsung memutus komunikasi dengan Ignacio. "Apa kau mau masuk atau mau buat masalah di tempat ini?!" tanya pria tegap itu menyilangkan tangannya. "Bukankah dia pria yang kemarin aku temui?" gumam Adley kemudian menyapa dan tersenyum ke arah pria garang itu. "Tuan, ini aku. Apa Anda lupa? Bukankah Anda yang menyuruh saya untuk datang lagi ke sini?" Adley meyakinkan. Menatap tajam pria itu ke arah Adley dan berkata, "Siapa kau?"  "Hah? Apa Anda lupa, aku Teonna Lovandra, mahasiswi yang menanyakan pekerjaan kemarin malam pada Anda," yakinkan Adley pada pria itu. Ignacio yang melihat keadaan sekitar Adley melalui layar kamera yang terpasang d
Read more
Wawancara Panas
Adley yang terkejut dengan wajah Blue House sebenarnya langsung masuk ke dalam ruangan Cleon tanpa banyak menunda waktu. Wangi khas cinnamos sangat menyeruak dan merasuk indera penciuman Adley. "Silakan duduk," perintah Cleon dengan suara dingin sedingin Arktik. "Terima kasih, Tuan." "Jadi namamu Teonna Lovandra?" tanya Cleon sambil menuangkan segelas brandy ke dalam gelas kecilnya. Adley mengangguk. "Dari mana asalmu?" tanya Cleon lagi melirik Adley saat menggoyang-goyangkan gelasnya. "Lanchester, Tuan." "Wow, lumayan tangguh juga ya untuk seorang wanita muda seperti dirimu. Kudengar kau seorang mahasiswi. Apa jurusanmu?"  "Hukum," sahut Adley. "Hukum?" Cleon menghentikan tangannya yang sedang menggoyang gelas berisi brandy. "Benar, Tuan. Apa ada masalah?" pancing Adley. "Tak ada. Tahun ke berapa sekarang kau kuliah di sana?"  "Ini sudah tahun ke-5 dan kuharap tahun depan aku sudah bisa lulus.
Read more
Kejadian tak Terduga
Blue House Club Seraya menghapus saliva dan lipstik merah yang menempel di bibirnya, Cleon merapikan kembali baju dan rambutnya. "Hebat! Luar biasa! Magnifico! Kau cocok bekerja di sini!" ucap Cleon kembali menuangkan brandy di gelas kecilnya. "Jadi, apakah aku lolos tesmu, Tuan?" tanya Adley sekali lagi menegaskan. "Aku bukan orang yang suka mengulang ucapanku!" tegas Cleon melirik tajam Adley yang sedang merapikan baju serta rambutnya. Terdiam sejenak. "Aku mengerti." Balas Adley kembali menyelipkan rambut sebelah kanannya dan menyalakan kembali kameranya.  "Kenapa kau selalu menyelipkan rambut di telinga kananmu? Is that your habit?" tanya Cleon dengan ekspresi curiga. Adley segera menurunkan tangannya dan berucap, "Aku ingin memiliki ciriku sendiri sehingga 'mereka' bisa mengenaliku dengan mudah." Kilah Adley tersenyum bak Lilith dalan rupa Athena. "Hmmm, Lilith dalam rupa Athena ... aku jadi ingin tahu bagaima
Read more
Wanita Cantik Pemikat Birahi Calon CEO - 1
Blue House Club "T--Tuan ..." Adley membelalakkan matanya melihat seorang pria yang mirip dengan Cleon sedang berdiri di hadapannya. "Kau tak apa-apa?" sebuah tangan terbuka dengan jari jemari panjang dan lentik warna putih berbintik-bintik merah diulurkan oleh seorang pria dengan seulas senyum mempesona. "Tuan Cleon? Sejak kapan Anda di sini?" tanya Adley tiba-tiba melihat pria serupa dengan Cleon. Belum sempat pria itu menjawab, ponsel miliknya segera berbunyi dan pria itu seketika meninggalkan Adley begitu saja setelah membantu membangunkannya. "Hnn, aku segera ke sana." Ucap pria bertubuh tinggi itu langsung pergi ke sebuah ruangan paling dalam. "Cleon, bukankah tadi dia ..." Adley menatap pria yang tak lagi mampu dijamah oleh matanya dan melihat pria yang kurang ajar padanya terkapar tak berdaya di lantai. "Aku harus cepat pergi dari sini. Cari mati jika aku tetap berlama-lama di tempat ini!" pikir Adley segera meninggalka
Read more
Wanita Cantik Pemikat Birahi Calon CEO - 2
"Ternyata, kau bukan wanita biasa ya ..." Seutas senyum disematkan di bibir seorang laki-laki bertubuh tinggi dan berotot yang mengenakan kaus Levi's warna hitam ketat serta celana jeans warna hitam pula dan sneakers warna putih bersih.  "Siapa kau?" suara mezzo-sopran Adley tampak jelas terdengar di sebuah jalan sepi tak jauh dari mobil pengintai. "Jangan takut, Nona. Saya di sini ingin membantu Anda." Ucap laki-laki itu kemudian menghampiri Adley dan menampakkan dengan jelas ukiran wajah nan tampan dengan light-brown eyes, alis hitam tebal menyambung menyiku, bibir bawah yang tebal memerah, bibir atas yang tipis serta lesung pipi sebelah kiri yang memberikan kesan feminin namun maskulin ... maskulin namun feminin. "Tuan Cleon!!" seru Adley langsung menutup mulutnya dengan kedua tangannya. "Cleon? Wanita ini pasti mengira aku adalah kakak." Gumam laki-laki itu menatap Adley dari kepala hingga ujung kaki, dan sebaliknya tanpa berkedip.
Read more
Kolam Kenikmatan Pembawa Petaka
Ignacio yang telah selesai menerima laporan Adley melepas sejenak penat yang menghinggapi tubuhnya. Keluar dari van warna hitam, dia menyalakan rokok di tengah udara dingin kota London. Netranya menyeloroh melihat sekitar yang ramai dengan lalu-lalang kendaraan yang akan menuju Blue House. Kepulan asap yang berasal dari rokoknya cukup membantunya menghangatkan tubuh dan membantu melegakan pikiran serta penat tubuhnya. Tak lama kemudian, netra Ignacio teralihkan oleh gelagat tiga orang yang sedikit menyita perhatiannya. Satu wanita dan dua pria. Itulah gambaran yang dilihat oleh netra Ignacio. Wanita itu tak teriak, namun dari sikapnya Ignacio tahu jika sang wanita sedang dalam masalah. Awalnya dia hanya membiarkan kejadian itu, namun tanpa sengaja, sorot lampu jarak jauh pada mobil yang dinyalakan membuatnya tahu jika sang wanita itu adalah Adley.  Tanpa pikir panjang, Ignacio melangkahkan kakinya ke tempat Adley dan dua pemuda tadi. Mengamati dan mengawasi! Setidaknya
Read more
Sebuah Tanda di Leher Belakang
Blue House Club, Ruang Kerja Cleon Byur!!! Suara air jelas terdengar dari kamar mandi milik Cleon di ruang kerjanya. Kamar mandi yang berukuran cukup besar dan lux itu kini sedang digunakan sebagai tempat 'eksekusi' bagi Adley! Siraman air dingin di malam hari dirasakan oleh Adley hingga menusuk dan seakan mematahkan tulang-belulangnya, bak hipotermia, seketika tubuh Adley bergetar menggigil menahan dinginnya air yang disiramkan padanya. Bibirnya yang awalnya merah merekah, kini menjadi kebiruan dan pupil netra yang membesar serta kedua tangan yang saling mengeratkan untuk menutupi bagian depan tubuh Adley yang tertera cukup jelas. "Tu--Tuan ..." ucap Adley melihat Cleon dengan tubuh bergetar. "Ke--kenapa ... kenapa Tuan menyiram saya? Apa salah saya, Tuan?" tanya Adley lirih. "Bukankah sudah kukatakan kau akan mulai bekerja esok hari? Tapi kenapa ..." Cleon menangkupkan tangan kirinya ke wajah Adley yang mulai membiru karena dingin, "Kau malah bersam
Read more
Menyusun Siasat - 1
Lyn yang melihat tanda merah di leher belakang Adley dengan segera menarik tangannya kencang dan membawanya ke tempat yang biasa dijadikan tempat bergumul para anggota. "Kenapa aku merasa sangat terganggu dengan tanda merah itu? Hah! Apa yang sudah kulakukan sebenarnya? Kenapa aku seperti orang bodoh begini!" rutuk Lyn seraya menginjak rokok yang masih tersisa setengah batang di mulutnya. Dia kemudian merogoh kantong celananya dan mengambil ponsel miliknya. Item kontak menjadi target manik birunya, tangan panjang namun berisi milik Lyn segera menekan papan tombol yang berisi angka-angka di layar ponsel sentuh miliknya. "C'mon ... kenapa tak diangkat juga!? Ke mana si brengsek ini?" gerutu Lyn yang berulang kali mencoba menelepon seseorang namun tiada jawaban. "Kurang ajar! Cari mati rupanya dia!" Kesal Lyn ingin membanting ponselnya, namun dia berusaha menahan emosinya dan berkata, "Tunggu dulu! Bukankah Adley sedang menjalankan misi di Blue House? Kenapa aku tidak .
Read more
Menyusun Siasat -2
"Selamat pagi, Tuan-tuan." Sapa dan senyum Kael menyapa dua pria tersebut. Manik Kael melihat ke arah pelayan restoran milik kakaknya dengan tatapan tajam dan menyipit seakan mengatakan 'kau bodoh!'  "Maaf, jika pelayanan di restoran kami kurang menyenangkan. Apa ada yang bisa saya bantu?" ucap Kael mengembangkan senyumnya. "Apa kau manajer restoran ini?" tanya pria berbadan tinggi besar itu menghalangi pria bertopi fedora. "Benar, saya adalah manajer restoran ini. Jika ada yang bisa saya bantu, akan saya bantu." Jelas Kael menyatukan kedua tangannya sembari tersenyum hangat. "Tuanku ingin mencoba makanan di restoran ini. Karena menurut informasi, restoran ini adalah yang paling terkenal di London." ucap pria tegap itu menyilangkan kedua tangannya ke depan dengan mimik arogannya. "Ah, terima kasih atas pujian Anda, Tuan. Tapi, bolehkah saya tahu apakah Anda telah reservasi sebelumnya di restoran kami?" sopan Kael bertanya pada lak
Read more
Layani Aku!
"We'll meet again tonight! I'll be waiting waiting for you!" Entah mengapa Kael tak dapat melupakan ucapan wanita cantik yang baru saja ia temui. Pikirannya selalu terngiang pada sosok wanita ber-mini dress warna hitam nan menggoda yang saat ini masih duduk manis di restorannya. Sesekali manik coklat itu menilik ke arah wanita yang selalu mengulas senyum manisnya pada pria di sampingnya. "Ah, wake up Kael! You must be insane! What am I thinking?" gerutunya sesaat setelah dia menggantikan posisi salah satu pelayannya yang mengalami insiden tak menyenangkan."T--Tuan," salah satu pelayannya menghampiri dan membungkukkan sedikit badannya."Kau baik-baik saja? Apa kau terluka?" tanya Kael datar."Ti--tidak, Tuan. Saya baik-baik saja. Ma--maaf, Tuan. Karena saya, Tuan jadi harus menggantikan saya," jelas pelayan itu tak enak hati."It's fine. Tak apa ...."Belum sempat Kael menyelesaikan ucapannya, sesuatu yang bergetar di balik kantong cel
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status