All Chapters of Bayangan Cinta: Chapter 31 - Chapter 40
82 Chapters
Setelah kematian Bastian
Kara meremas sprei sutra berkali-kali. Mencoba mengartikan tatapan dan senyuman dingin Garvin. Kara tak akan menganggap respon yang diberikan suaminya suatu hal yang janggal. Jika tidak ada kejadian antara ia dan Bastian. Kembali ucapan Garvin kemarin terlintas dalam benak Kara. 'Aku harus membereskan ulahmu'."Kenapa menatap ku terus menerus, Kara. Lebih baik kamu membantu mengancingkan kemeja ku, daripada duduk seperti orang tolol di pinggir ranjang." Garvin menatap Kara dari pantulan di depan cermin. Kara menyeret langkahnya menghampiri Garvin. Ia berusaha bersikap normal memasangkan kancing di lengan kemeja Garvin."Wajahmu pucat? Jangan katakan kamu sedih dengan kematian mantan suami mu.""Tidak ... bukan itu. Ha-nya saja, terasa terlalu kebetulan." Kara menengadah mengumpulkan keberanian yang telah menguap. "Kemarin, kamu mengatakan akan membereskan ulah ku, ketika Bastian menandai akun sosial media ku sebagai pelacur.""Aku tidak tahu
Read more
Permainan Garvin
Kara kembali ke salon Natural Beauty. Setelah berganti pakaian, ia menelpon Ben agar menjemputnya. Kehidupan terasa berjalan aneh bagi Kara. Garvin menginginkan ia menjadi istri, tetapi tak sudi memperkenalkan kepada publik. Ia mencukupi kebutuhan Kara, tetapi mengontrol penuh semua tindak-tanduk Kara. Kebaikan yang terasa janggal. Kematian Amara dan Bastian juga masih menjadi tanda-tanya bagi Kara. Apakah aku harus acuh saja. Nikmatin kemewahan yang ada tanpa perlu bekerja keras. Mengabaikan apa yang terjadi di masa lalu dengan Amara.  Pertanyaan itu melintas dalam benak Kara. Mobil Ben telah terlihat, Kara memasang wajah datar ketika memasuki mobil. Ia tak mau berbasa-basi dengan Ben. "Langsung pulang, Nyonya Ra?" tanya Ben dari spion mobil. "Iya."  Kara memandang keluar jendela. Kebosanan mulai menyentuh hatinya. Ia tak tahu kapan akan berakhir semua ini. Menjadi istri yang hanya bayangan masa lalu orang lain. Ditambah dugaan tentang kema
Read more
Meladeni Garvin
Kara baru saja terlelap ketika alarm membangunkan tidurnya. Mata Kara mengerjap berkali-kali menahan kantuk yang masih menetap di kelopak matanya. Tidur Kara tak nyenyak, ia kembali mimpi buruk. Sudah lama ia tak merasakannya sekarang hadir kembali.Tangan Kara meraba samping tubuhnya hanya untuk merasakan sprei dingin. Garvin tak pulang, mungkinkah ia menghabiskan malam hangat dalam dekapan tubuh molek Berlian. Bukan mungkin lagi, tapi sudah pasti. Kara membuang napas lalu menghirup udara pagi. ia membuka tirai menyenderkan tubuh di di daun jendela. Tukang kebun sedang memangkas pepohonan yang menghias kediaman Garvin.Terasa seperti cangkang kosong saja berada dalam kediaman Garvin. Tak ada kehidupan yang normal. Kara tak tahu apa yang harus ia khawatirkan selain suaminya ternyata tidak setia. Ada perasaan jijik di hati Kara. Membayangkan Garvin bersama wanita lain, lalu akan kembali lagi melakukan bersamanya. Bagaimana jika ia menularkan penyakit? Kara bergidik nger
Read more
Garvin
Seorang raja membutuhkan ratu, istri sah raja adalah ratu. Sedangkan wanita lain yang tidak dinikahkan adalah gundik. Kara tertawa dalam hati pada pemikirannya sendiri. Nyatanya justru derajat dia lebih rendah dari gundik. Wanita itu bahkan bisa makan malam mewah bersama Garvin, sedangkan Kara tidak pernah di bawa Garvin ke tempat umum. Oh, gundik tetaplah gundik. Apa pun namanya, istilah yang digunakan, tapi arrrggghhh. Kara mengetuk kepala di jendela mobil. Ia hanya istri tak di anggap yang berusaha menghibur diri agar tampak berharga. Paling tidak bagi dirinya sendiri.Kesedihan merayapi hati Kara. Ia memang tidak mencintai Garvin pada awal menikah, hanya bersenang-senang karena bisa mengumpulkan kekayaan dengan cara mudah. Namun bukan berarti Kara sudi diperlakukan seperti ini. Garvin hanya datang ketika dia merindukan Amara, dan menagih seks pada tubuh Kara. Seharusnya ia membeli sex doll, makinya.Aku tidak yakin ini normal. Kara membatin, dia bukan
Read more
Perlawanan dalam diam
Garvin berhasil memainkan perasaannya. Ia membuat Kara terombang-ambing dalam kebimbangan. Setelah menghilang berapa hari tanpa kabar. Garvin muncul dengan buket bunga. Mawar merah dengan kuntum yang besar berada dalam genggaman Kara. Cincin berlian pun di lingkari Garvin di jari manis Kara. Membuat ia tersenyum canggung.Perasaan bersalah menyelusup hati Kara karena prasangka buruk terhadap Garvin berapa hari terakhir ini. Ia juga mengkhianati Garvin karena bertemu dengan lelaki lain, tapi tunggu dulu. Bukankah Garvin bersama artis seksi itu."Kamu kemarin kemana bersama Berlian?" tanya Kara dengan suara serak. Sial, padahal aku tak bermaksud tampak memelas seperti ini. Rutuknya dalam hati, ia merasa kesal pada diri sendiri karena tak berhasil kuat di hadapan Garvin."Aku membantu seorang teman lama, sayang.""Membantu? Dengan membawanya ke rumah?""Ada barang ku ketinggalan. Jadi kami mampir sebentar." kemudian Garvin menambahkan dengan nada pela
Read more
Perlawanan
Jejeran tas dari merek terkenal begitu menawan di walking closet. Begitu pula sepatu cantik, tapi mau dikenakan buat apa? Kegiatan yang Kara lakukan hanya bolak-balik dalam rumah. Melihat para pelayan yang mencuri pandang ke arahnya, atau sekedar berkeliling mengitari rumah. Rutinitas yang membosankan bagi wanita seperti Kara Garvita. Dia tidak punya circle friends, kehidupan sosial, Kara hanya mempunyai dirinya sendiri. Kebosanan dan sepi seakan menjadi teman dalam hidup Kara. Tidak lama kemudian diam-diam ia mengirim pesan kepada Adam dari nomor handphone satu lagi yang tidak di ketahui Garvin. Membahas investasi uang yang ia berikan. Kara meminta Adam menanamkan dalam pembelian saham.  Perlahan ia harus menyiapkan diri, membuka peluang mandiri yang tak diketahui suaminya. Iseng Kara membuka televisi hanya untuk mendapatkan kabar tentang Berlian Diatresa dan pengusaha muda, Garvin. Bola mata Kara hampir keluar dari soket. Sungguh menyesakkan mendengar tayangan
Read more
Di kurung Garvin
Kara duduk di sofa perpustakaan. Menatap Tina yang melempar pakaian ke lantai dengan pongah. Penampilannya begitu menyedihkan dengan pakaian berantakan. Tubuh berhiaskan lebam di sekujur tubuh. Ia hanya bisa menatap tajam dengan sorot mata benci ke arah Tina. Pelayan itu membalas dengan tatapan merendahkan. Siapa Kara Garvita di mata Garvin. Sekedar mainan untuk bersenang-senang. Memikirkan itu membuat bibir Tina melengkung ke bawah. Sambil bersenandung kecil tangannya menutup kedua pintu perpustakaan. Mengunci dan berlalu melewati pengawal yang berjaga. Sekarang Kara terkurung dalam perpustakaan Amara. Bersama buku-buku yang berderet rapi di rak. Dia memandang cctv sambil mengetuk jemari. Kemarahan tak tersalurkan mendatangkan energi berlimpah sekaligus ketidakberdayaan. Di mana keberanian kemarin siang, ketika ia merencanakan semua hal. Sekarang ketidakyakinan Kara mulai mempengaruhi, ia khawatir Garvin menyuruh pengawal mengikuti dirinya kemarin dan mengetahui semua
Read more
Kara
Terkurung dalam perpustakaan Amara. Membuat Kara menghabiskan waktu membaca semua buku yang ada. Bertanya-tanya dalam benaknya, apakah Amara pernah merasakan hal yang sama. Alih-alih mengurung dalam ruangan lain, Garvin justru memilih ruangan dengan buku berderet rapi. Tanpa gadget membuat Kara menggerutu seakan hidup kembali primitif. Tak terhubung dengan dunia luar, ia tak tahu apa yang terjadi di luar sana. Hanya barisan kata dari setiap buku yang membantu ia melewati hari.Kara berdiri di jendela pembatas ruang perpustakaan dan balkon. Meneliti ketebalan kaca dan kunci yang ada. Jika ia berhasil lari dari perpustakaan ini, kemana akan bersembunyi. Pulang ke rumah orangtua kah? Ah, tidak! Sama saja membuat celaka mereka. Ia menyenderkan diri di jendela kaca merenung nasib yang tak kunjung membaik. Lepas dari Bastian masuk dalam cengkraman Garvin.Terdengar suara pintu terbuka. Kara enggan menoleh, ia masih mempertahankan posisi yang sama. Elisabeth menarik napas, me
Read more
Reinhard mulai mencari Kara
Reinhard menatap pintu kayu ebony berharap terbuka dan seorang perempuan masuk menggunakan topi baseball, kacamata hitam, masker, lalu duduk terburu-buru kemudian bibirnya membuka mengeluarkan suara serak yang menjadi ciri khasnya. Aku ingin menanyakan sesuatu hal padamu. Ia mengatakan setiap kalimat dengan nada cepat seakan waktu terlalu berharga jika tidak digunakan sebaik mungkin.Apa kabarmu Kara, hampir dua minggu berlalu. Tak ada kabar dari perempuan yang nyaris serupa dengan wanita yang masih menyita tempat terbesar dihatinya. Reinhard mengetuk pinggiran meja dengan jari. Membentuk irama membuat pikiran melayang pada sosok Amara Bunga Kayla. Setelah melewati masa sekolah tanpa pernah berpacaran. Ia menemukan gadis memikat ketika duduk di bangku kuliah.Amara memiliki kecantikan yang tak biasa membuat wajahnya melekat kuat di ingatan. Sungguh sulit menolak pesona dirinya. Bagi lelaki normal yang belum pernah tertarik dengan perempuan selama sekolah. Amara berhasi
Read more
Berpikirlah Kara
Mata Kara membesar ketika pintu kamar mandi terbuka. Membuat aliran darah terasa berhenti seketika, menghasilkan wajah pias seputih kapas. Jantungnya berdegup kencang ketika sepasang kaki melangkah. Tatapan mematikan seakan menghentikan setiap tarikan napas. Rahang Duta mengetat. Setiap suara kaki yang mendekati Kara menghasilkan getaran pada tubuhnya. Merapat ke dinding berharap bisa menembus tembok tebal dan menghilang selamanya."Kamu sedang apa?" "A-ku baru saja mau mandi. Kamu mengagetkan ku." Kara menyembunyikan wajah dibalik rambutnya. Mencoba menetralisir suara agar terdengar normal. "Handphone ku ketinggalan." Garvin meraih benda pipih di wastafel dan menyimpan di saku."Sayang. Aku mimpi buruk tadi malam. Ada yang mencoba membunuh ku seakan begitu nyata, kedatangan mu membuat sedikit takut. Aku pikir ada berani menyelinap masuk.""Tidak ada yang berani melakukan itu di rumah ini. Kamu tahu sedang berada di mana kecuali dia mem
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status