Semua Bab Shamans: Bab 21 - Bab 30
32 Bab
Ritual Hitam
"Kau mengingat anak itu?" tanya Ethan melihat bayangan Elisa di kaca spion tengah mobil Paman Kim. Ketiganya kini sedang berada di dalam perjalanan pulang setelah mendengarkan cerita kedua nenek yang berbaik hati. "Bukan anak itu, Ethan. Kim Oppa lebih tua darimu. Harusnya kau memanggilnya Hyung!" tegas Elisa. Ethan baru saja mau melayangkan protes tapi Elisa duluan melanjutkan ucapannya. "Jika bukan karena cerita nenek Yoo dan nenek Ji, aku pasti tidak akan mengingatnya. Bagaimana mungkin aku bisa melupakannya," lirihnya sedih, merasa bersalah. "Padahal Kim Oppa sangat baik padaku." "Noona," panggil Hikaru yang memutar kepalanya untuk menatap Elisa. "Lalu apa yang terjadi setelahnya? Kalau kata kedua nenek tadi, setelah itu Mrs. Kim selalu mabuk-mabukkan dan di hari yang sama dengan kematian keluarga kita, temanmu menghilang. Apa kau tidak pernah bertemu dengannya lagi? Kita menghabiskan wa
Baca selengkapnya
Mereka Menemukannya
Nam Tobias sedang sibuk menghitung buku besar milik Miss Lee di ruangan kantor yang hampir mirip seperti museum ketika ketukan tidak sabaran memecah konsentrasinya. Dengan tergopoh-gopoh, Tobias berlari mengintip melalui celah gerbang besi untuk mengetahui siapa tamu kurang ajar yang datang. Betapa terkejutnya Tobias saat ia melihat mata kucing yang memicing marah kala ia mengintip. Pria kurus itu bahkan hampir terjungkal karena terkejut. Namun ia tidak memiliki keberuntungan untuk terus meratapi keterkejutannya karena suara bentakkan yang menyuruhnya membuka pintu menyadarkannya. "Kami akan menggeledah tempat ini karena adanya kecurigaan me
Baca selengkapnya
Melarikan Diri
Kaki jenjang Elisa terus membawanya berlari. Melewati keramaian dengan lincah. Beberapa orang yang tertabrak sempat mengomelinya, tapi ia tidak boleh berhenti jika tidak ingin tertangkap. Sesekali ia menoleh, hanya untuk memeriksa orang-orang yang mengejarnya. Terkadang bahkan membuatnya hampir terbentur pilar-pilar besar penyanggah gedung pertokoan.Melalui sudut matanya, ia memperkirakan ada sekitar enam orang bodyguard sudah berpencar untuk mengejarnya. Sosok berhoodie merah maroon diantara kerumunan orang. Elisa bersyukur karena mereka berada di daerah pusat pertokoan. Setidaknya ia bisa berbaur dan menyusahkan orang-orang yang mengejarnya.Lagipula bajunya bukan baju bermerk, jadi terlihat biasa dan warnanya pun bukan warna yang unik. Meskipun dalam hatinya ia mengutuk diriya sendiri karena tidak memakai pakaian berwarna umum seperti putih atau hitam.Dalam ketergesa-gesaannya, samar-samar Elisa masih bisa
Baca selengkapnya
Gerbong Kereta
Elisa masih terus menunduk, meskipun secara naluri ia tahu kalau Miss Lee, orang yang telah membunuh keluarganya mulai mendekat. Ia merasa seperti sedang menggali kuburnya sendiri dan terus menyalahkan dirinya yang tidak mengikuti peringatan Hikaru sedikitpun. Inginnya sih cepat-cepat berdiri dan berusaha kabur dari gerbong itu. Ia cukup yakin dirinya bisa menyelinap di antara keramaian di dalam gerbong.Semua skema pelarian sudah dibayangkan olehnya. Dari buru-buru berdiri dan menembus orang-orang yang sedang berdiri hingga skema melarikan diri dengan melompat ke luar jendela., walau akhirnya ia batalkan karena teringat kalau ia menaiki kereta bawah tanah. Yang artinya jika ia melompat ke luar jendela, maka ia akan tetap tewas karena terbentur dinding rel kereta dalam kecepatan penuh pula.Entah beberapa kali ia menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan tangan dan kakinya yang gemetar ketakutan. Berharap ia sudah cukup tenang dan bisa bergerak sebelum Miss Lee tiba
Baca selengkapnya
Gerbong Kereta
“Aku pulang!” teriak Hikaru sambil membuka sepatu sekolahnya dan menukarnya dengan sandal rumah. Kembali menenteng ransel hitamnya ia melangkah memasuki ruangan apartemennya yang tidak terlalu besar. “Noona, aku pulang!” teriaknya lagi karena tidak mendapatkan jawaban dari orang yang diharapkanya. Kepalanya menoleh ke arah kananya, tepatnya ke ruangan yang merupakan dapur sekaligus tempat makan. Dahinya mengernyt bingung karena hanya mendapati potongan sayur yang teronggok di atas meja dapur dan sebuah panci di atas kompor tanpa ada sosok yang mengerjakannya.Masih tidak berpikiran yang negatif, ia menaruh ranselnya ke
Baca selengkapnya
Aftermath
Ethan membuka pintu apartemennya setelah sibuk mengatur keamanan di tempat kejadian perkara. Untungnya hari ini dia bisa pulang. Tubuhnya benar-benar lelah mengatur sebegitu banyak orang."Astaga!" Ethan terkejut melihat keberadaan Elisa yang berdiri menjulang di hadapannya. Ia baru saja mengganti sepatunya dengan sandal rumah saat mendapati gadis itu bersender di dinding, menyilangkan tangan sambil menatapnya."Kau terkejut?" Elisa benar-benar terpana melihatnya, mengekori Ethan yang berjalan menuju kulkas untuk mengambil minum.
Baca selengkapnya
Permintaan Ethan
"Mr. Kim,” panggil Mr. Ha kepada atasannya yang sedang duduk di meja kerjanya. Hari sudah malam, tapi Mr. Kim masih sibuk memantau website miliknya, TellUs. “Mr. Yamato baru saja menghubungi saya dan mengatakan kalau Miss Lee telah tewas,” lapornya tanpa menunggu jawabaan atas sapaannya.“Lalu?” tanya Mr. Kim tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitornya.“Menurut Mr. Yamato, kematian Miss Lee jelas bukan pembunuhan biasa.”"Dan apa urusanku?" Mr. Kim mengangkat wajahnya, sepen
Baca selengkapnya
Shaman Lain
Hawa dingin langsung menyergap keduanya saat mereka masuk. Sambil mengenakan sarung tangan dan menuup setengah wajah mereka menggunakan masker medis, keduanya melangkah menuju rak aluminium yang memiliki banyak pintu seukuran tidak sampai satu kali satu meter persegi. Mirip seperti lemari untuk menyimpan file, bahkan hingga tempat menaruh label namanyanya.Yang berbeda adalah meskipun luasnya mirip, panjangnya tidak. Lemari yang setengahnya di tanam masuk ke dinding itu memiliki beberapa kali lipat lebih panjang dari lemari file biasa karena digunakan untuk menyimpan jenazah.Setelah menemukan laci yang mereka cari, Ethan membuka pintunya dan hawa yang lebih dingin kembali menerpa mereka. Lelaki berkulit putih itu lalu menarik keranda di dalamnya dan menyibak sedikit kain putih yang menutupi hanya untuk memeriksa kalau jenazah yang mereka cari benar."Minta Inugami melakukannya dengan cepat, okay."Elisa mengangguk kemudian memejamkan matany
Baca selengkapnya
Hantu Dari Masa Lalu
Di satu-satunya villa yang ada di daerah lembah, Yamato duduk di atas sebuah alas duduk. Di hadapannya terdapat sebuah meja pendek yang di atasnya dilapisi lembaran kertas tradisional Iapana. Di bagian sisi kanan meja, satu buah kuas besar dan baki tempat menggerus tinta."Apa kalian sudah membawa jenazahnya?" Yamato bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari baki tinta di atas meja kayu di hadapannya. Tangannya sedang sibuk menggerus tinta yang akan digunakannya untuk melukis."Sudah Sir. Sedang dalam perjalanan.""Good! Apa semua persiapan sudah selesai?"“Sudah, Sir,” sahut asistennya tanpa bergerak dari bagian sisi Yamato."Mr. Kim?""Beliau menolak untuk datang, Sir," jawabnya lagi. Kali ini dengan kepala tertunduk merasa bersalah."Benar-benar wadah yang menyusahkan. Kalau begitu awasi terus dia. Aku akan bersiap." Yamato beranjak menuju kamarnya yang berada di balik punggungnya
Baca selengkapnya
Inugami
Setelah kembali dari toilet sambil memikirkan ucapan Kim Ahjumma, Elisa duduk kembali di tempat duduknya yang berada di sisi L. Sampai pertunjukan berakhir, gadis itu sama sekali tidak mengingat apa yang telah ia tonon, bahkan saat orang-orang dengan antusias melambaikan tangan membalas penyelam yang menyapa mereka pun, Elisa masih terlarut dalam ucapan hantu yang baru ditemui.Bahkan di perjalanan balik, dari sejak di mobil hingga berhenti di cafe depan sekolah Hikaru pun, Elisa masih sibuk dengan pemikirannya sendiri. Sedangkan L, hanya diam, tidak mengganggu ataupun bertanya. Lelaki itu membiarkan Elisa terlarut.Elisa masih bengong ketika mereka duduk dimeja di luar cafe. Sampai minumannya sampai sekali pun, yang gadis itu lakukan hanya menatap wajah tampan L lamat-lamat. Membuat L salah tingkah karena tiba-tiba Elisa terus menatapnya tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Meskipun begitu, L tetap menyukainya. Setidaknya dengan begitu, ia bisa ikut memperhatikan gerak
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status