All Chapters of Shamans: Chapter 11 - Chapter 20
32 Chapters
Kutukan
— 10 days after Yoon's family funeral —Seorang wanita paruh baya berbaju classy berjalan anggun sambil menyeret sebuah koper besar di pelataran bandara. Ia baru saja keluar dari gerbang kedatangan internasional.Dengan angkuh ia mengangkat dagunya tinggi-tinggi, menatap sekitarnya. Mencari bawahannya yang seharusnya sudah menjemputnya.Di sisi lain, si bawahan yang bernama Nam Tobias berjalan tergesa-gesa memasuki kawasan bandara. Ia tadi terjebak macet setelah sebelumnya kesiangan.Dengan langkah panik, Tobias bergerak cepat walau beberapa kali menabrak orang dan menunduk-nunduk meminta maaf. Kemarahan atasannya — si shaman paruh baya yang suka mengoleksi barang-barang kuno — lebih menakutkan.Benar saja. Baru juga ia tiba di hadapan atasannya, wanita paruh baya itu melepas kaca mata hitamnya yang bertengger apik di batang hidungnya dan menatapnya sinis."Apa lagi
Read more
Kitsune
Malam itu, Kolea Hema macet total, hingga menyebabkan beberapa kecelakaan ringan. Hal itu terjadi akibat berita yang ditayangkan di layar TV plasma besar sebagai breaking news. Seluruh stasiun TV berbondong-bondong berusaha memberitakan dan menayangkan apa yang terjadi. Tidak hanya orang-orang di jalanan yang terkejut, mereka yang menonton siaran langsungnya di rumah dan di ponsel pun terkejut. Jessica Kang mengetahuinya dan meradang. Wanita cantik itu bahkan memerintahkan anak buahnya untuk mengusir reporter yang masih berusaha masuk.
Read more
Wanita dari Masa Lalu
Tubuh Miss Lee ambruk begitu kutukan Elisa berhenti. Keadaan kantor kembali tenang, namun sisa-sisa keributan masih terlihat jelas. Karena keadaan kantor terlihat berantakan. Sedangkan Mr. Kim terkulai tidak sadarkan diri di atas karpet.Malam itu, Mr. Kim dilarikan ke rumah sakit bersama dengan Miss Lee. Sedangkan di sisi lain, tepatnya di hall tempat festival tahunan diadakan, keheningan mencekam mewarnai keadaan saat itu. Bagaikan terhipnotis, aparat yang berada di dalam hall hanya bisa memandangi tubuh Saera yang tergeletak tak bernyawa.Namun suara sirine ambulance yang baru bisa memasuki daerah hall memecah keheningan. Bagaikan gerak lambat, semua tersadar dan mulai bekerja. Team forensik dibantu dengan aparat polisi mulai sibuk mengumpulkan bukti, mendokumentasikan keadaan, dan melindungi TKP dari orang yang tidak berkepentingan.Team medis juga sibuk mengobati orang-orang yang tidak sengaja terluka ak
Read more
Miss Lee
— Seven years ago —Elisa, Ethan, dan Hikaru yang berhasil kabur melalui pintu belakang rumah milik keluarga Cha, berhenti sejenak di sebuah bukit kecil yang berada di balik rumah besar keluarga Cha.Dari ketinggian bukit dan sinar mentari pagi yang mulai menyelimuti bumi, ketiga anak yang baru saja menjadi yatim piatu itu bisa melihat dengan jelas bagaimana api melalap rumah besar peninggalan keluarga Cha.Kebakaran itu begitu hebat hingga bertahan beberapa jam. Namun bukan api yang menjadi fokus tatapan mereka. Disana — di jalan selebar satu buah mobil yang merupakan satu-satunya akses jalan menuju keluarga Cha — tidak jauh dari pekarangan keluarga Cha terparkir sebuah mobil mewah berwarna hitam.Di depan mobil tersebut, berdirilah seorang wanita bergaun merah darah dengan topi lebar dan berkaca mata hitam, menatap ke arah rumah keluarga Cha yang sedang terbakar.Cahaya dari api yang melahap rumah Cha mena
Read more
Peringatan!
Miss Lee sudah hampir tiba di belokan menuju lorong tempat pintu belakang berada saat Mr. Ha menyapanya, sehingga menghentikan langkah kakinya."Kau sedang apa, Miss Lee? Apartemenku ada di sebelah sini," ujar Mr. Ha. Perbuatannya tanpa sadar telah menyelamatkan Elisa dan Hikaru yang masih menahan napasnya saking takut ketahuan.Meski awalnya tidak ingin mempedulikan ajakan Mr. Ha, Miss Lee akhirnya memilih mengikuti asisen Mr. Kim dan melangkah menjauhi kedua orang yang masih panas dingin karena ketakutan. Sedangkan Tobias tentu saja mengekori atasannya tanpa tanya."Apa mereka sudah pergi?" tanya Elisa menatap Hikaru yang terduduk di sebelahnya."Entahlah, aku tidak merasakan ada aura aneh apapun di dekat sini. Tapi bisa saja wanita itu menyembunyikannya."Takut-takut, Elisa memberanikan diri secara perlahan mengintip keadaan lobby. Setelah memastikan keadaan aman, Elisa lantas menarik tangan Hikaru untuk berdiri dan berlari keluar
Read more
Saksi
Jane memandang dua orang di hadapannya dari pinggir cangkirnya. Ethan dan Elisa, dua orang keponakan angkat sepupunya. Si pemuda masih mengenakan pakaian dinasnya, sedangkan Elisa hanya berbalut jeans dan T shirt berwarna putih dengan gambar kartun.Saat ini, ketiganya berada di ruang rapat kantor kejaksaan. Pintu masuk pun sudah Jane kunci dan sebelumnya juga sudah memastikan kalau tidak ada alat rekaman atau semacamnya yang dapat mencuri dengar pembicaraan mereka."Apa kalian tegang?" tanya Jane, menyatukan jemarinya di atas meja besar yang memisahkannya dengan Ethan dan Elisa.Si perempuan menggeleng tidak peduli sedangkan yang laki-laki hanya diam, menatap datar atas pertanyaan Jane yang terlalu berbasa-basi."Apa sepupuku sudah mengatakan alasan mengapa aku ingin bertemu?""Unnie! Bisakah kau berhenti berbasa-basi? Hikaru sebentar lagi pulang dan aku belum memasak makan siang. Lagipula hari ini aku ada shif
Read more
Kehilangan Saksi
"Kenapa kau melakukannya?" tanya Elisa sambil memperhatikan jalanan di depannya. Keduanya kini sedang berada di dalam mobil milik Paman Kim. Karena Ethan sedang tidak bertugas, maka ia tidak membawa pulang mobil patrolinya. "Apa maksudmu?" "Kau tahu persis kalau semua yang terjadi itu kutukan kan? Walau memang belum tentu pemimpin perusahaan TellUs ada sangkut pautnya, tapi dengan mengatakan kalau kau tidak menemukan jejak kutukan ...." Elisa menoleh ke arah kirinya, menatap Ethan yang sedang menyetir disampingnya. "Dengan mengatakan itu, berarti kau berbohong kan?" "Jane Noona bukan shaman seperti kita dan Paman Kim. Kurasa ia sebaiknya tidak perlu ikut campur dengan segala keanehan yang terjadi." Elisa meniup poninya sebelum ia kembali bicara. "Tapi jika Paman Kim bahkan membuatkan janji temu dengan Jane Unnie, seharusnya Jane Unnie dan Paman Kim sudah tahu konsekuensinya kan.
Read more
Keputusan Ethan
"Kenapa kau melakukannya?" tanya Elisa sambil memperhatikan jalanan di depannya.Keduanya kini sedang berada di dalam mobil milik Paman Kim. Karena Ethan sedang tidak bertugas, maka ia tidak membawa pulang mobil patrolinya."Apa maksudmu?""Kau tahu persis kalau semua yang terjadi itu kutukan kan? Walau memang belum tentu pemimpin perusahaan TellUs ada sangkut pautnya, tapi dengan mengatakan kalau kau tidak menemukan jejak kutukan ...." Elisa menoleh ke arah kirinya, menatap Ethan yang sedang menyetir disampingnya. "Dengan mengatakan itu, berarti kau berbohong kan?""Jane Noona bukan shaman seperti kita dan Paman Kim. Kurasa ia sebaiknya tidak perlu ikut campur dengan segala keanehan yang terjadi."Elisa meniup poninya sebelum ia kembali bicara. "Tapi jika Paman Kim bahkan membuatkan janji temu dengan Jane Unnie, seharusnya Jane Unnie dan Paman Kim sudah tahu konsekuensinya kan."
Read more
Gosip lama
Mobil tua milik Paman Kim melintas menyusuri jalan berbatu setelah melewati jalanan yang diapit pematang sawah. Seperti yang telah direncanakan, Elisa, Ethan, dan Hikaru pergi ke rumah utama milik keluarga Cha. Rumah yang sama dimana tragedi pembantaian tujuh tahun lalu terjadi. Sebenarnya, pemandangan menuju rumah utama keluarga Cha begitu asri dan menenangkan jika saja ketiga anak manusia yang menuju ke sana tidak pernah mengalami hal mengerikan sebelumnya. Karena itulah ketiganya memilih diam dan memperhatikan jalanan sambil mengatur perasaan gundah masing-masing. Hanya butuh waktu sekitar hampir tiga jam jika menggunakan kendaraan pribadi untuk sampai di kediaman keluarga Cha. Ethan memarkir mobilnya di ujung jalanan sebesar satu mobil yang menuju ke rumah Cha. Jalanan itu hingga rumah serta pekarangan yang mengelilinginya adalah milik keluarga Cha. Sebagai shaman yang terkenal hingga ke pelosok negeri, keluarga Cha sangat dihormati dan
Read more
Anak Tetangga
— Seven Years ago — "Maafkan kami Nyonya. Tapi kami tidak bisa melakukan ritual seperti itu saat ini. Jadi kurasa anda salah waktu mendatangi kami." Kakek Cha berdiri di depan terasnya. Berbicara kepada beberapa orang yang berdiri di halaman rumahnya. Di salah satu hari di bulan Mei — di saat matahari sedang terik dan udara terasa lembab — seorang wanita berusia sekitar empat puluhan yang mengaku bernama Alexa Dimitri mendatangi rumah keluarga Cha. Berdiri di sebelahnya, anak lelakinya yang berusia sekitar akhir dua puluhan. "Tapi tuan, anakku butuh doa dan jimatmu. Kami akan membayar berapapun," mohon Mrs. Dimitri tanpa malu dengan penampilan mewahnya. Kakek Cha lalu turun dari teras rumahnya yang dua undak lebih tinggi dari pelataran halamannya lalu berjalan mendekat ke arah para tamunya. Menyisakan jarak sekitar dua meter diantara mereka. Manik hitamnya menelisik ke kanan Mrs. Dimitri. Tempat si anak berdiri. Tanpa diperkenalkan pun, Kakek
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status