Semua Bab My Wife is My Suspect: Bab 81 - Bab 90
149 Bab
CHAPTER 81
Leondra datang menghampiri Atlanta. “Bukankah aku sudah bilang jika kau lebih cocok menjadi artis?” Atlanta berdecih sinis dan menunjukkan telapak tangannya pada Leondra. “Aku tidak haus pusat perhatian seperti dirimu. Tangan dewiku ini terlalu sayang untuk di sia-siakan.” “Temanilah anakmu. Dia terlihat kesepian. Kenapa Dylan terlihat lebih cocok menjadi Ayah Leonis daripada dirimu?” sarkas Atlanta. Menegur dengan cara yang berbeda jika Leondra kurang lihai menjadi seorang ayah. “Jika kau merasa begitu, kenapa kau tidak membiarkan Dylan menjadi seorang Ayah saja? Sorot mata Dylan setiap kali melihat Leonis sama sepertiku ketika melihat anak kecil di jalan dan menantikan kehadiran Leonis waktu itu. Dylan tidak bisa membohongi sorot matanya.” Atlanta tersenyum miring. “Lebih baik kau yang hamil,” balasnya sebelum minum soda. Leondra berdecak pelan. “Kau memang belum siap menjadi ibu,” cibirnya. Atlanta mengangguk. Membenarkan hal itu se
Baca selengkapnya
CHAPTER 82
Tiba-tiba Leonis memberikan kecupan manis di pipi Atlanta dan Dylan secara bergantian. Sepasang pasutri itu terkejut dengan apa yang Leonis berikan. Tak menyangka jika Leonis akan melakukannya di hadapan publik. Jika ini area privasi, mungkin saat ini Atlanta sudah memarahi Leonis karena sudah menciumnya. Tapi berada di area publik seperti ini Atlanta dibuat terbungkam. Tak bisa memarahi bocah kecil yang cantik itu. “Leonis, kau—” Atlanta berusaha menahan diri. Sementara tersangka kecil itu menyengir tak berdosa dan berlari kecil kembali ke pelukan ayahnya di atas panggung kecil itu. “Kenapa dia mencium kita?” tanya Atlanta kepada Dylan. Bersikap pura-pura bodoh di hadapan suaminya. Dylan tersenyum senang dan merangkul Atlanta dengan sayang. “Kau tidak lihat sorot mata Leonis jika dia sangat menyukai kita? Berbaik hatilah sayang, Leonis pasti menginginkan seorang Ibu.” Atlanta mengernyitkan dahi. “Maksudmu, kau ingin aku berselingkuh d
Baca selengkapnya
CHAPTER 83
“Leonis tadi sangat menggemaskan.” Dylan memecah keheningan. Atlanta tidak menjawab. Dylan menggunakan tangannya sebagai bantalan kepala lalu menoleh ke samping, menatap istrinya sendiri. “Ini aneh. Jika di pikir-pikir lagi hubungan kita dan Leonis hanyalah orang asing. Kenapa Leonis memperlakukan kita dengan spesial? Aku juga merasakan jika kita dan Leonis adalah orang yang sudah lama saling mengenal meski faktanya bukan begitu. Sesuatu seperti ikatan batin.” Atlanta masih diam, sedang memikirkan jawaban yang tepat untuk di berikan kepada Dylan. “Takdir? Mungkin? Bukankah sekarang banyak jika yang tak memiliki hubungan darah justru lebih dekat daripada yang memiliki hubungan darah?” sahut Atlanta. Dylan bergumam panjang memikirkan jawaban Atlanta. “Kau benar juga.” *** Atlanta tidak memiliki kegiatan lain selain memakan sereal sembari menikmati acara talk show di TV jika ada Dylan di rumah. Atlanta juga tidak bisa beke
Baca selengkapnya
CHAPTER 84
Ponsel khusus Atlanta bergetar, Atlanta diam-diam berjalan ke balkon apartemen ketika Dylan sedang berada di kamar mandi. Tak lupa Atlanta menutup pintu sorong pemisah ruang tengah dan balkon. “Leona. Kau bertemu dengan siapa saja selama di Las Vegas kemarin? Apa yang telah kau lakukan selama di sana?” tanya Oliver tanpa basa-basi. “Ada apa?” tanya balik Atlanta. Berusaha memahami keadaan. “Salah satu panitia penyelenggara CTF tahun ini mengetahui jika kau masih hidup. Dia menghubungiku dan memintamu secara khusus untuk datang ke acara perlombaan CTF tahun ini.” Atlanta terkejut. “Ini gila. Tidak mungkin aku melakukannya.” “Aku tahu jika kau tidak akan melakukannya atau semua usaha kita selama ini sia-sia. Kematian seorang Leona adalah penutupan kasus paling sempruna yang pernah ada. Maka dari itu aku bertanya kau bertemu saja selama di Las Vegas kemarin.” Suara Oliver terdengar frustasi dari sebrang sana. T
Baca selengkapnya
CHAPTER 85
“Mereka memiliki anggota wanita? Siapa mereka? Hilton?” tanya Dylan. Orion menganggukkan kepala. “Dugaan sementara adalah Hilton. Kau tadi menggenggam tangan pengemudi motor tadi?” Zunaira mengendarai mobil mengejar motor sport yang di bawa oleh Atlanta. Dylan bergumam. “Dia wanita. Tangannya kurus. Tendangannya tendangan terlatih, profesional. Seharusnya tadi aku memaksa membuka helm wanita itu,” gerutunya gemas. Zunaira melirik Dylan melalui cermin kecil. ‘Wanita? Siapa? Leona?’ pikirnya. Dylan berdeham, sudah selesai mengatur napas. “Tambahkan wanita itu ke dalam list tersangka kita. Bagaimana pun caranya kita harus menangkap mereka.” Kedua alis Zunaira terangkat. ‘Apakah Dylan bercanda? Dia memasukkan istrinya sendiri ke daftar tersangka?’ “Zunaira? Ada apa? Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?” tanya Dylan, menyadari jika Zunaira tengah menatapnya dengan aneh sejak tadi. Zunaira segera
Baca selengkapnya
CHAPTER 86
Setelah berkenalan, Atlanta duduk di kursi kerja yang sudah di siapkan unutknya. Atlanta menggunakan softlens berwarna abu-abu selama bekerja. Tidak dimana-mana, pekerjaan Atlanta jika tidak menghajar orang lain maka duduk manis di depan komputer. Atlanta menghentikkan gerak-gerik jemarinya ketika ada seorang pria berjas hitam datang menghampirinya. “Halo Nona Nyx. Perkenalkan aku Kevin dari bagian Minister Counseller ekonomi.” Mendengar kata ‘ekonomi’, sontak Atanta menatap pria itu berbinar. Astaga, bagaimana bisa semuanya berjalan selancar ini? Padahal ini baru hari pertama, tapi ikan yang akan Atlanta pancing sudah menyerahkan diri secara sukarela ke pancingan Atlanta. “Lihatlah, Kevin sudah menemukan target baru.” “Tak heran. Nona Nyx memang cantik. Dia juga anggun.” “Aku belum pernah melihatnya berbicara bahasa asing. Jadi aku masih penasaran sebagus apa kemampuannya hingga bisa langsunng menepati jabatan tinggi saat baru masuk k
Baca selengkapnya
CHAPTER 87
Hari hari Atlanta kembali sibuk. Bangun pagi, beli sarapan, berangkat ke kantor, pulang dari kantor, pergi ke hilton dan bermalam di apartemen. Sudah berhari-hari juga Atlanta tidak menyalakan ponselnya yang mati kehabisan daya. Atlanta menjadi karyawan yang paling sulit untuk di hubungi secara pribadi. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam dan Atlanta memutuskan kembali pergi ke kantor yang sudah gelap. Sebelum masuk ke dalam gedung, ruangan pertama yang Atlanta kunjungi adalah ruang kontrol. Atlanta sudah siap menggunakan masker oksigen, dan melemparkan bom gas ke dalam ruang kontrol. Setelah menunggu dua menit barulah Atlanta masuk ke dalam ruang kontrol dan meretas ruang kontrol kantor kedutaan besar. Para penjaga sudah hilang kesadaran. Membuat ruang kontrol tersebut terhubung dengan perangkat Hilton. Setelah mematikannya, Atlanta baru pergi ke ruang Kevin. Ada beberapa pintu di gedung kedutaan besar yang masih menggunakan kunci manual. Atlan
Baca selengkapnya
CHAPTER 88
“Duduklah. Aku akan menjelaskannya.” Tanpa sempat berganti pakaian terlebih dahulu, Atlanta menyiapkan dua gelas teh hangat. Setelah meletakkan kedua gelas tersebut di atas meja, barulah Atlanta duduk di samping Dylan. Atlanta menanggalkan blazer hingga menyisakan kemeja putih berenda. “Aku berencana memberitahumu secara langsung.” Atlanta membuka suara. Dylan terdiam. Mendengarkan penjelasan Atlanta dengan saksama. “Aku mulai bekerja di kedutaan besar sejak tiga minggu yang lalu. Sebagai penerjemah.” Dylan tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Seorang Atlanta yang Dylan tahu sebagai orang yang tak pandai bergaul tiba-tiba memutuskan bekerja secara formal di kantoran? “Kedutaa besar sedang membutuhkan seorang penerjemah? Bagaimana bisa kau tiba-tiba memutuskan kerja di kedutaan besar tanpa berbicara padaku?” ‘Oliver menggunakan koneksinya dan membuatku bekerja di kedutaan besar. Tentu saja aku tidak bisa memberi
Baca selengkapnya
CHAPTER 89
Tak perlu maps digital untuk mengantarkan Atlanta ke tempat bekerja. Kantor kedutaan adalah tempat yang sering Dylan kunjungi. Maka dari itu dirinya tak bisa turun dari mobil saat mengantarkan Atlanta. Orang-orang akan mengenal Dylan dengan mudah. “Kau pulang jam berapa?” tanya Dylan begitu mobilnya sudah berhenti dengan sempurna di depan gedung kedutaan besar. “Aku pulang pukul enam.” “Lalu kenapa kemarin kau pulang begitu larut?” tanya Dylan lagi. “Kemarin aku lembur karena ada yang harus aku selesaikan. Aku juga makan malam di luar,” alibi Atlanta. Padahal dirinya sangat di sibukkan dengan pekerjaan ganda. Boro-boro makan malam, ingat makan saja tidak sempat. “Jadi hari ini kau akan pulang tepat waktu?” “Akan aku usahakan tepat waktu.” Dylan menarik tengkuk Atlanta dan mencium kening Atlanta cukup lama. “Selamat bekerja istriku.” “Terima kasih.” Atlanta baru tahu jika bekerja formal bisa semenyenangka
Baca selengkapnya
CHAPTER 90
Rutinitas Atlanta kali ini berjalan sangat menyenangkan. Bangun pagi dibuatkan sarapan oleh Dylan, diantarkan pergi bekerja dengan suaminya dan di jemput dengan orang yang sama. Rutinitas orang normal sibuk yang hidup dalam genre romantisme. Dylan sendiri membuat alibi jika masa liburnya di tambahkan kepada Atlanta. Tentu saja karena selama Atlanta bekerja maka Dylan pun tetap bekerja walau tak sesibuk biasanya. Atlanta menunduk hormat membawa tamu-tamu dari Perancis tersebut keluar ruang rapat. Hari ini Atlanta menerjemahkan rapat secara lisan mengenai perlindungan beruang kutub di zaman es semakin banyak yang mencair. Sebelum pergi keluar ruangan, Atlanta menukarkan souvenir boneka beruang yang ada di dalam ruang rapat dengan miliknya sendiri yang sudah Atlanta taruh penyadap suara dan kamera. Dikarenakan masih ada rapat lain yang berlangsung di dalam ruang rapat ini. Atlanta kembali ke meja kerjanya sendiri. Mengenai data yang Atlanta curi belum di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
15
DMCA.com Protection Status