[COMPLETED] Atlanta telah menjalani kehidupan pernikahan bersama Dylan selama dua tahun. Keduanya menikah menggunakan identitas palsu. Dylan yang bekerja sebagai agen Interpol menyelidiki kasus yang berujung pada istrinya sendiri sebagai tersangka utama. Bagaimana nasib pernikahan Atlanta dan Dylan? Akankah pernikahan mereka bisa bertahan dalam kebohongan?
もっと見るI*******m author : haniyahhputri
“Nyx Atlanta. Maksudku, Leona Veela Adams. Kau ditangkap atas kasus spionase industri. Kau berhak mendapatkan pengacara dan punya kesempatan untuk mengajukan banding.”
Dylan memborgol tangan istrinya yang sedang melayangkan tatapan terkejut padanya. Identitas pasutri tersebut telah terbongkar.
“Kau sungguh bukan seorang Pilot?” Atlanta masih tercengang.
Dylan menggenggam tangan Atlanta yang telah diborgol, menatap istrinya lekat-lekat kemudian menghela napas pelan. Menunjukkan bahwa Dylan juga tidak mudah untuk menghadapi situasi ini.
“Aku tahu, aku salah karena telah merahasiakan pekerjaanku selama kita menikah. Tapi jangan lupa jika kau juga memiliki kesalahan.”
Melihat Atlanta yang masih terbungkam, Dylan kembali berbicara.
“Tolong kerja samanya dalam penyelidikan ini Nyonya Adams.”
Dylan tak pernah membayangkan skenario terburuk sepanjang perjalanan karirnya selama tiga belas tahun. Menangkap istrinya sendiri.
***
2 tahun sebelumnya . . .
Atlanta berlari sepanjang jalan menyusuri jalan kecil demi menjauhi segerombolan orang yang terus mengejarnya. Penampilan Atlanta jauh dari kata anggun dan mewah. Dirinya hanya menggunakan hoodie hitam, celana panjang hitam, sepatu kets hitam seraya membawa ranselnya.
“Argh, sial.” Meski terus menggerutu, kaki Atlanta tidak berhenti berlari. Menjadi buronan bukanlah kali pertama terjadi pada Atlanta.
Tiba di tempat ramai, Atlanta mengubah kecepatannya menjadi berjalan dan membaur diantara kerumunan orang-orang. Diantara banyaknya toko-toko sepanjang jalan, Atlanta memilih untuk masuk ke dalam sebuah tempat makan. Tempat yang paling aman untuknya.
“Selamat datang,” sambut salah satu pegawai ketika melihat kedatangan calon pelanggan. Atlanta langsung memesan makan siang kepada salah satu pegawainya.
“Pukul berapa ini? Kenapa tidak ada meja kosong?” Atlanta mendengus kala melihat jam dinding yang menunjukkan jam makan siang.
Atlanta menyapu pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Mencari kursi kosong bersama orang asing.
“Duduk bersama si pria gendut? Aku pikir itu tidak baik.”
“Duduk bersama seorang wanita? Ah, tidak aman. Dia terlihat seperti orang yang suka menggosip.”
“Apakah tidak ada pilihan yang lebih baik?”
Sudut mata Atlanta menangkap seorang pria yang sedang makan sendirian. Pria itu berpenampilan rapih dan terlihat sopan. Tidak seperti orang yang rakus makan ataupun suka menggosip. Atlanta memutuskan untuk menghampiri pria itu.
“Hai, bolehkah aku duduk disini? Tidak ada lagi meja kosong yang tersisa.” Atlanta meminta izin.
Tanpa menatap siapa lawan bicaranya, pria itu menganggukkan kepala, memberikan izin Atlanta untuk duduk bersamanya. Terlalu sibuk makan untuk menghiraukan Atlanta.
“Terima kasih.”
Atlanta melepaskan hoodienya sebelum duduk di kursi. Tak lama kemudian, salah seorang pelayan mengantarkan makanan Atlanta berserta tagihan pembayaran yang harus Atlanta bayar. Tanpa banyak bicara, Atlanta mengeluarkan uang tunai sebagai metode pembayaran.
Selepas pelayan tersebut pergi, barulah pria tersebut membuka suara. “Aku pikir sudah tidak ada lagi orang yang menggunakan uang tunai.”
Atlanta tersenyum tipis. “Sayangnya di dunia ini masih ada aku yang lebih suka menggunakan uang tunai,” jawab Atlanta santai.
Pria itu mengulurkan tangannya, mengajak Atlanta berkenalan. “Dylan Jordan. Kau?”
“Le—On, eh Nyx Atlanta.” Atlanta membalas jabatan tangan Dylan dengan kaku. Tidak menyangka di situasi genting seperti ini sempat-sempatnya berkenalan dengan orang baru.
‘Atlanta? Astaga, apa yang aku pikirkan? Bisa-bisanya aku menyebut nama jelek Atlanta hanya karena aku melihat lukisan laut?’ rutuk Atlanta dalam hati.
Tak memiliki banyak waktu, Atlanta segera menghabiskan makan siangnya tanpa menghiraukan Dylan yang terus menatapnya sejak tadi. Seperti ada sesuatu yang ingin Dylan sampaikan.
“Katakan atau aku akan pergi?” lama-lama Atlanta merasa risih diintimidasi oleh orang yang baru dikenalnya lima menit yang lalu.
“Aku suka caramu menggunakan pisau.”
“Are you psycho?” Atlanta mendesis, “tidak ada orang yang memuji cara menggunakan pisau selain psikopat.”
Dylan tersenyum miring. Hanya melihat sekalipun Dylan tahu jika Atlanta adalah seorang profesional dalam bidang yang mengharuskan menggunakan pisau.
Mendengar suara kerincing bel pintu yang mendandakan calon pelanggan masuk, Dylan menatap seorang wanita bergaun biru yang sedang mencari keberadaannya.
“Kau tahu? Tempat yang sedang kau duduki sekarang adalah kursi kekasihku.”
Sontak Atlanta tersedak. “Kau gila? Kenapa kau membiarkan orang sepertiku duduk disini? Tunanganmu bisa salah paham.”
“Justru itulah yang aku inginkan.” Dylan menyeringai.
“Apa?” Atlanta tercengang karena Dylan tak menunjukkan rasa bersalah.
Plak!
Ketika wanita berpenampilan mewah tersebut datang dan langsung melayangkan tangannya di pipi Dylan. Refleks Atlanta menutup mulut saking terkejutnya. Saking kerasnya tamparan yang diberikan Emily, kejadian itu menimbulkan perhatian banyak pasang mata.
“JADI INI ALASANMU MEMBATALKAN PERNIKAHAN KITA?” teriak Emily berapi-api.
Emily menunjuk Atlanta menggunakan jari telunjuknya. “Kau benar-benar mengkhianatiku demi wanita berpenampilan lusuh tak tahu gaya seperti ini?”
“Apa? Lusuh? Tak tahu gaya?” Atlanta menganga mendengar hinaan yang didapatkannya barusan.
Dylan tetap tersenyum tipis dan bersikap dengan tenang. Tidak ada rasa bersalah yang Dylan tunjukkan sedikitpun. Dylan bertingkah seakan hal ini adalah hal yang paling diinginkannya.
“Emily, kenalkan. Dia Nyx Atlanta, kekasihku.”
“Atlanta? itu nama keluarga atau lukisan atlantis?” ledek Emily.
“Sialan. Seorang jalang akan selalu bernama Emily atau Sara,” gumam Atlanta.
“Tunggu dulu. Mungkin aku akan merasa lebih baik jika kau mengkhianatiku dengan pengusaha konglomerat ataupun politikus. Tapi, apa kau serius memilih untuk berkhianat dengan wanita yang berpenampilan seperti orang miskin ini?”
“Miskin?” Seumur hidup, Atlanta tidak pernah di hina seburuk ini. Atlanta berpenampilan acak-acakkan hari ini karena menjadi buronan dan harus berlari selama dua jam demi menyelamatkan diri.
“Emily, sepertinya kau sedikit salah paham.”
‘Emily? Oke, aku tandai namamu. Siapa suruh kau berani menghina mata-mata elite bayaran sepertiku?’ Atlanta mulai memberikan perhitungan pada wanita asing ini.
“Salah paham?” Emily berdecih sinis, “salah paham jenis apa lagi yang bisa aku dapatkan selain fakta kau membatalkan pernikahan kita?”
“Atlanta berantakan karena habis bercinta denganku,” alibi Dylan dengan santai. Seolah-olah yang disampaikan pria itu adalah fakta.
Mendengar jawaban gila yang Dylan berikan, Atlanta dan Emily kompak menatap Dylan penuh keterkejutan.
Plak!
Emily menampar pipi Atlanta hingga pipinya sangat merah, saking kerasnya tamparan yang Emily berikan. Atlanta tidak sempat menghindar karena masih kaget karena perkataan Dylan.
“Bitch,” umpat Atlanta. “Kau berani menamparku?”
“Kau yang jalang jangan berani mengataiku jalang,” sungut Emily.
Brak!
Terpancing emosi, Atlanta menggebrak meja lalu berdiri. Menantang Emily. Tidak peduli jika pertengkaran mereka kini menjadi tontonan banyak pasang mata.
“Pergi dari hadapanku sekarang juga sebelum kau menyesal.” Atlanta memberikan peringatan dengan nada dingin.
Tidak takut, Emily melipat kedua tangan di depan dada dan mengangkat dagunya sedikit. Belum merasa puas untuk menginjak-injak kedua orang di hadapannya ini.
Atlanta maju satu langkah kemudian berbisik. “Emily Augirel, seorang pengusaha gaun pengantin yang ternyata sudah menggunakan dan menyelundupkan narkoba selama dua tahun terakhir. Kau mau berita itu tersebar dan menghancurkan karirmu?”
Kali ini nyali Emily untung menantang Atlanta langsung menciut. Tidak ada orang selain manajer Emily yang mengetahui bahwa wanita itu seorang pecandu.
“Percaya diri sekali kau. Tidak ada bukti.” Emily masih berusaha melawan di sisa-sisa keberanian terakhirnya.
Atlanta mundur satu langkah, kemudian menunjukkan sebuah rekaman CCTV saat Emily mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Dylan ikut kebingungan ketika melihat raut wajah takut, cemas dan marah Emily menjadi satu. Tidak dapat mendengar apa yang sedang mereka bicarakan.
“Jika kau pergi dalam hitungan lima, aku akan menganggap kejadian hari ini tidak pernah terjadi. Satu, dua—”
“Aku pergi.” Emily segera berjalan cepat keluar dari tempat makan.
Melihat kepergian Emily bak kucing yang baru saja di usir membuat Dylan penasaran sekaligus merasa kagum dengan Atlanta.
“Apa yang kalian bicarakan? Bagaimana kau bisa membuatnya pergi dalam hitungan detik?” Dylan benar-benar penasaran dengan cara Atlanta.
Cuek, Atlanta mengedikkan bahunya tak acuh. Atlanta kembali mengenakan hoodie, bersiap-siap pergi sebelum Dylan menariknya kembali ke dalam kekacauan.
“Hanya percakapan antar perempuan saja,” jawab Atlanta cuek.
Tanpa berpamitan, Atlanta pergi meninggalkan Dylan. Sebelum Atlanta pergi semakin jauh, Dylan segera mengejarnya dan meraih tangan Atlanta. Mencegah wanita itu pergi.
“Atlanta, karena aku sudah menarikmu dalam kekacauan, bagaimana jika kau bantu aku sekali lagi? Jadilah kekasihku.”
Dylan meraba saku celana dan menemukan sebuah kuku palsu milik Atlanta ketika hendak menaruhnya ke dalam tumpukan pakaian kotor. “Kuku Atlanta?” Sejenak Dylan memperhatikan kuku palsu cantik tersebut dengan detail. Saat mengarahkannya ke arah sinar matahari, Dylan menyadari jika ada yang berbeda. “Ini bukan hiasan biasa. Ini chip. Manikur menanam chip.” Dlan bergegas untuk membuka data dalam chip tersebut. “Kapan Atlanta meninggalkan ini di dalam saku celanaku?” gumam Dylan. Mendapatkan info-info penting untuk menyelesaikan kasusu, Dylan mencetak informasi yang Atlanta tinggalkan untuknya. Ini sama seperti Atlanta meninggalkannya sebuah peta dengan keterangan rinci. Hal yang harus Dylan lakukan adala mengikuti semua ptunjuk yang telah Atlanta tinggalkan untuknya. “Pelaku pembunuhan hilton selama ini adalah Olivia? Ayah Olivia juga membunuh Ibu kandung Atlanta? Oliver selama ini menggunakan replika sidik jari Atlanta untuk menutupi jeja
Johnattan menggebrak pintu kantor Interpol. Ada Leondra membuntuti Johnattan. Tak lupa Johnattan membawa beberapa ajudannya. Johnattan datang ke kantor dengan penuh emosi setelah mendapati kabar darii Dylan apa yang terjadi dengan putri kesayangannya.“DIMANA ANAKKU?” bentak Johnattan.Ketika ada salah seorang anggota Interpol yang hendak menenangkan Johnattan, dengan cepat Johanattan menghempaskan tangan tersebut lalu memaksa untuk masuk.Langkah kaki Johnattan berhenti ketika melihat Dylan berdiri lesu. Hidung dan mata Dyan merah, menunjukkan Dylan telah nangis untuk waktu yang lama.“Apa yang terjadi dengan anakku? Aku tahu jika anaku pergi jauh untuk keluar dari orginasasi sialan itu, tapi bagaimana bisa Atlanta bunuh diri?” Johnattan mencengkram kemeja menantunya.Dylan sendiri diam saja. Perasaan Dylan sama hancurnya dengan Johnattan saat ini. Dylan tak bisa mengatakan apa-apa selain kata,“Maaf,” gu
Atlanta pergi keluar setelah selesai berpakaian menggunakan kaos milik suaminya. Ketika membuka pintu toilet, Atlanta dikejutkan dengan kehadiran Dylan. Sesaat Dylan dan Atlanta saling menatap tanpa kata-kata. Detik selanjutnya Atlanta menarik kerah seragam Dylan dan mencium bibirnya. Dylan yang awalnya terkejut pun perlahan menetralkan reaksinya sebelum membalas cumbuan itu. Tangan Dylan terangkat untuk merengkuh pinggang Atlanta. Betapa besarnya kerinduan yang terpendam dalam diri mereka satu sama lain. Meskipun tidak ada kata-kata yang terlontar, tetapi Atlanta dan Dylan tahu betul bagaimana perasaan pasangannya yang sesungguhnya. “Aku merindukanmu dengan buruk. Sangat merindukanmu,” bisik Dylan begitu pangutan mereka berakhir. Atlanta mengulum senyum dan menundukkan kepala. Tak berani menatap Dylan sebagai seorang suami setelah apa yang ia lalui selama ini. “Maafkan aku. Sebenarnya aku—” “Aku tahu, aku tahu jika kau sebenarnya melakukan in
CHAPTER 146 Atlanta membaca satu persatu kertas tersebut. Pembunuhan, perampokan, sabotase, spionase Industri, penyerangan siber, dan penipuan. Lengkap sekali. “Kenapa sejak awal kalian tidak menunjukkan ku semua bukti ini? Jika sejak awal aku melihat ini, bukankah akan lebih cepat selesai?” Atlanta berdecak kagum membaca buku kasus dalam rentang tiga belas tahun yang mengarah kepada namanya, Leona. “Ini lebih buruk dari buku kasusku ketika masih SMU dulu,” komentar Atlanta. Atlanta memisahkan tumpukan dokumen bukti-bukti sesuai jenisnya. Pertama, Atlanta menyingkirkan tumpukan dokumen mengenai kasus pembunuhan. “Aku juga baru tahu jika sidik jariku pernah ada di bukti-bukti pembunuhan. Pasti selama sepuluh tahun terakhir, kalian kehilangan jalan untuk menyelesaikan kasus bukan karena bukti selalu mengarah kepada orang yang sudah meninggal. Menemukan sidik jari yang tidak ada pemiliknya. Tapi aku yakin jika sidik jarik
“Kau terlambat lima belas menit. Tidak ada waktu. Letakkan saja barang milik Leona di sini dan pergi dari sini,” pinta Lay dingin, tanpa menatap Dylan. “Apa?” Dylan mundur satu langkah, menyadari ada sesuatu yang janggal. Lay berbalik badan, melayangkan tatapan meremehkan kepada Dylan. “Aku pikir kau setampan dewa hingga Leona rela menjadi orang normal ketika menikah denganmu. Ternyata kau tidak sehebat yang aku bayangkan.” “Letakkan saja barang Leona disini. Aku akan membereskannya,” sambung Dylan. Dylan menaikkan alisnya sebelah. “Setidaknya kita harus berkenalan terlebih dahulu bukan? Aku rasa kita memerlukan sedikit formalitas.” Lay memasang kaca mata hitam. “Untuk apa? Bukannya aku sudah mengenalmu?” Dylan tersenyum miring dan melemparkan ransel hitam ke arah Lay. “Itu yang kau inginkan? Ransel Atlanta? Kau memintanya secara paksa seakan ini berisi harta karun,” Ketika Lay menunduk, Dylan menodongkan pistol ke arah Lay. Be
Dylan membuka video terakhir, video yang belum lama di ambil. Tepat hari jadi kedua tahun pernikahan mereka.“Hari ini adalah hari jadi tahun kedua pernikahan kita. Aku tidak menyangka jika pernikahan kita masih bertahan.”Di dalam video itu Atlanta tampil anggun menggunakan gaun putih pendek. Rambutnya yang penjang di sanggul dan membiarkan anak rambut menjuntai. Video ini diambil sebelum mereka makan malam.“Sayang, Atlanta, manis, cantik, kenapa aku sangat menyukai setiap panggilan itu setelah menikah denganmu? Setiap kali kau memanggilku ‘sayang’ atau ‘Atlanta’, aku sangat menyukainya hingga ingin melupakan namaku asliku.” Sejak detik pertama, di video terakhir ini Atlanta tersenyum sendu. Tidak ada lagi senyuman ceria yang ia pancarkan.“Mungkin, ini akan menjadi video terakhir yang aku rekam untukmu. Aku tahu jika Interpol mulai menyelidikiku. Untuk kali ini aku akan
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
コメント