All Chapters of LANTING BRUGA: Chapter 1281 - Chapter 1290
1302 Chapters
Menjadi Salah Satu Terkuat
Saat ini yang bisa di lakukan oleh Nagin Arum hanya bisa bertahan, sembari mencari untuk melawan serangan dari pria yang tidak di kenali nya itu, akan tetapi untuk menemukan cara dalam waktu singkat tentu tidak lah mudah. Wanita itu sempat berfikir kembali dengan cepat, lalu mengambil beberapa langkah ke belakang, sembari memegangi dada nya yang masih terasa sakit. Melihat kondisi yang di alami oleh Nagin Arum, tentu saja membuat Pria itu tertawa dengan lantang lalu berkata, "Sebaik nya kau menyerah, lalu biarkan aku-" ujar pria itu, "menyicipi sedikit bagian itu," sambung nya. Tatapan tajam pria itu, tertuju tepat ke arah bagian yang sedang Nagin Arum pegang sebelum nya, hingga membuat wanita itu bergerak cepat dengan menyilangkan ke dua tangan nya ke arah dada. Pria itu sesekali menjulurkan lidah nya, seakan sedang menanti hidang yang sangat enak di depan mata, lalu berkata, "Ada apa?" tanya pria itu, "Jika kau menuruti kemauan ku, maka aku tidak akan menyakiti mu kembali..." sa
Read more
Bertopeng
Waktu berlalu terlalu cepat, hingga tiba saatnya pertemuan para sepuh berakhir, dengan terbentuk beberapa tujuan setelah pertemuan itu. Tujuan pertama ialah mengatasi setiap masalah ringan yang di akibat kan oleh serangan sosok hasrat, yang belakangan ini semakin menjadi-jadi. Tujuan yang ke dua, mengatur kembali posisi serta bagian-bagian yang harus di urus oleh setiap sepuh yang mendapat tugas, serta tanggung jawab masing-masing. "Kami mengerti Maha Sepuh lalu-" ujar salah satu Sepuh, "Bagaimana dengan Reban Giring, apakah dia masih berhak mendapatkan posisinya?" tanya pria itu. Maha Sepuh Pramudita sempat menoleh ke arah kiri dan kanan, lalu menjawab, "Untuk saat ini, aku belum menemukan cara yang tepat, untuk menyelesaikan masalah dengan-" ujarnya, "Reban Giring, memiliki potensi untuk memimpin Padepokan ini, tetapi, ambisinya yang terlalu mengerikan, membuatku tidak rela, jika Padepokan ini nantinya akan menjadi tidak terkendali," Pria itu lalu menggelengkan kepala beberapa k
Read more
Obat
Sesaat setelah kepergian orang tidak di kenal itu, Pramudita langsung berniat memasuki kuil tempat di mana Rambai Kaca sedang berada. Rasa hawatir Pria itu membuat dirinya berjalan tergesa, lalu secara spontan ia mendorong pintu besar tersebut dengan cukup kuat, hingga membuatnya bersuara sesaat pintu itu bertemu dinding. Langkah kakinya yang tegap seakan tidak menunjukkan jika pria itu sedang merasa hawatit, akan tetapi saat ini, pria itu begitu memikirkan keadaan putranya Rambai Kaca. Pramudita bergumam, sembari melangkahkan kakinya, "Semoga kau baik-baik saja, Rambai!" Selang beberapa saat, ia tiba di bibir telaga, tempat Rambai Kaca sedang menjalani proses peningkatan tenaga dalam. Namun saat ini, Pramudita hanya bisa memastikan, jika keadaan anaknya sedang baik-baik saja, hal itu dapat ia ketahui ketika melihat ke dalam telaga tersebut. Tampak Rambai Kaca sedang mengambang, dengan ke dua kaki serta tangannya terikat akar sulur, ya, tentu saja Pramudita mengetahui semuanya,
Read more
Jangan Mendekatinya
Setelah memberikan ramuan obat kepada para sepuh, tabib Nurmanik memilih untuk segera meninggalkan tempat itu, karena merasa tugasnya telah selesai dan berniat kembali ke rumah Pramudita. Beberapa menit berlalu, ketika pria itu berjalan dengan gontai lalu sesekali menoleh ke arah kiri dan kanan seakan sedang memastikan keadaan sudah benar-benar terkendali. Dalam perjalanannya, tabib Nurmanik tampak sedang memikirkan sesuatu, entah itu tentang Rambai Kaca atau tentang masalah lain. Pandangan matanya sedikit tertunduk, "Apa yang sebenarnya tengah terjadi saat ini?" gumam nya, ia tengah memikirkan serta menebak, jika saat ini sedang terjadi pemberontak dari seseorang yang ingin berkhianat terhadap Padepokan Pedang Bayangan. Dari dugaannya tersebut, hanya ada satu kemungkinan jika hal itu benar-benar terjadi, akan tetapi ia sama sekali tidak berharap, jika semua itu benar, melainkan hanya fikiran buruknya saja. "Hanya Reban Giring yang memiliki potensi, atas kejadian ini!" Merasa ti
Read more
Seharusnya
Dengan mata yang melotot Eruh Limpa benar-benar serius terhadap ucapan yang baru saja ia lontarkan, terlihat dari sikapnya yang memberonta.Namun gerakan yang di lakukan oleh Eruh Limpa tidaklah cukup, ketika ia mencoba untuk melepaskan diri, semua itu hanya mengurus tenaga yang ia miliki, sedangkan ikatan pada kedua tangannya, sama sekali tidak berubah. Hal tersebut membuat Eruh Limpa hanya bisa menggerutu, lalu mengeraskan rahangnya yang membuat suara cukup keras, dari kedua rahang yang bertemu itu. Tatapan tajam Eruh Limpa semakin menjadi, ketika pria tersebut telah berada beberapa jengkal dari keberadaan Nagin Arum saat ini, "Berhenti, kau akan mati jika berani menyentuh adikku!" Bagi Eruh Limpa sendiri, sosok pria itu bukanlah orang asing baginya, mengingat orang-orang yang berada di sana, merupakan kelompok dari pasukan husus yang di pimpin oleh Reban Giring. Memang keberadaan kelompok tersebut, cukup jauh bagi mereka, akan tetapi hal itu bukanlah sesuatu yang membuat mereka
Read more
Biarkan Aku Sendiri
Saat ini ke dua sepuh yang baru saja tiba di lokasi, tempat persembunyian kelompok pemberontak tersebut, langsung bergerak cepat dengan membunuh pasukan husus yang berhasil mereka kelabui dengan menumbangkan sebuah pohon.Namun saat ini, mereka tidak pernah menduga, jika akan berhadapan kembali dengan beberapa sosok hasrat yang datang entah dari mana.Mereka tidak pernah tahu, jika saat ini, kelompok pasukan husus tersebut telah mempunyai bala bantuan, dari sosok hasrat yang biasa mereka temui, terlebih beberapa hari yang lalu sosok tersebut menyerang Padepokan dengan brutal. Hal itu membuat mereka sedikit merasa kesal, karena tidak begitu mempertimbangkan, jika akan ada musuh yang lain, selain kelompok pemberontak tersebut. Sosok hasrat diyakini tidak pernah dapat bersahabat dengan mahluk lain, selain sesama mereka sendiri, bahkan beberapa di antara mereka, ada yang sangat kuat dan tergolong sering membunuh sosok hasrat yang lain, ketika merasa terganggu dari daerah kekuasaannya.S
Read more
Menyerahlah
Saat ini pemuda itu tengah menjelaskan semua kejadian yang telah menimpa Padepokan Pedang Bayangan, termasuk juga soal penculikan ke dua saudaranya. Hal itu membuat mereka sangat tidak percaya dengan penjelasan pemuda itu, akan tetapi saat ini mereka tidak memiliki pilihan lain, dan hanya bisa mengikuti perintah dari pemuda tersebut. Setelah beberapa saat, barulah mereka dapat memahami situasinya lalu merancang strategi untuk menghadapi pasukan husus yang di ketua oleh Reban Giring terlebih saat ini, kelompok itu mendapat bantuan dari sosok hasrat dengan jumlah yang sangat banyak. "Baiklah, kami mengerti!" "Jaga dirimu!" Pemuda itu hanya mengangguk satu kali, sebelum akhirnya mereka berniat meninggalkan tempat tersebut, akan tetapi belum beberapa depa mereka berjalan, pemuda itu memanggil, "Paman, tolong jaga Ibu ku dan sampaikan hal ini..." Ke dua orang tersebut lantas segera meninggalkan tempat tersebut, sesat pemuda itu berbicara, bahkan mereka tidak menjawab perkataan dari
Read more
Sedikit Lagi
Saat ini pemuda itu tengah memikirkan cara untuk dapat lolos dari sana, akan tetapi tampaknya rencana apapun tidak akan berhasil, mengingat musuh yang berada di depan matanya, tidak akan membiarkan ia untuk dapat kabur begitu saja. Setelah mendapat beberapa luka gores di bagian belakang, pada akhirnya ia terjatuh karena kelelahan akibat berusaha untuk dapat lolos dari kejaran Reban Giring. Namun sayangnya, pemuda itu tampak tidak berniat untuk menyerah, sesaat pria itu menatapnya dengan tajam lalu menghunuskan senjata yang ai miliki tepat di batang leher Saka. Pemuda itu menelan air ludahnya sendiri, "Sial, sepertinya tidak ada kesempatan untukku dapat meloloskan diri," gumam nya. Tanpa di sadari keringat dingin mulai mengucur cukup deras di bagian tubuhnya, hingga membuat ia merasa gemetar ketika mendapat tekanan dari pria tersebut. Matanya terlihat sesekali melirik kearah kanan dan kiri, seakan mencari sesuatu untuk dapat melarikan diri dari hadapan Reban Giring. Gerakan terse
Read more
Tidak Mendengarnya
Di sisi lain dua orang yang sedang terluka parah, terlihat begitu bersusah payah untuk menuju gerbang Padepokan Pedang Bayangan. Bahkan dua orang tersebut seperti sudah tidak mampu lagi untuk melangkahkan kaki, terlebih salah satu dari mereka terluka parah pada bagian tangan. Luka tersebut pastilah di dapat ketika berhadapan dengan musuh yang sangat kuat, jika tidak, mana mungkin dua orang sepuh itu bisa dalam kondisi yang begitu memprihatinkan. Nafas salah satu sepuh tampak begitu berat, hingga membuat ia begitu sulit untuk menarik nafas lalu menghembuskannya kembali, seakan ajal akan menjemput pria tua tersebut. Sedangkan satu Sepuh yang berada di sampingnya, hanya bisa memapah pria itu sambil sesekali menarik nafas, "Bertahanlah, kita akan segara tiba di Padepokan." Sepuh yang terluka parah itu tidak menjawab, melainkan hanya menatap pria itu satu kali, kemudian melanjutkan langkah kakinya yang ringkih. Tujuan mereka berdua saat ini, tidak lain hanya untuk mencapai Pedepokan
Read more
Berhasil
Pada saat ini, posisi Pramudita sangat tidak di Untungan mengingat jumlah mereka yang hanya beberapa orang saja sedangkan Reban Giring sendiri jauh lebih unggul karena mereka memiliki banyak pasukan. Namun hal tersebut tidak membuat para sepuh menjadi ketir sedikitpun ketika Pramudita meyakinkan mereka, jika semua hal itu akan baik-baik saja dan akan berjalan sesuai rencana. Setelah mendengar hal itu, para sepuh menjadi tenang, lalu menatap tajam ke arah Reban Giring saat ini yang seakan berada di atas angin. Dari arah yang sama, sosok tinggi besar tersebut mengeluarkan suara menggelegar, seakan memberi peringatan kepada kelompok Pramudita untuk segera menjauh. Namun sayangnya, mereka bahkan tidak bergeming sedikitpun melainkan Pramudita melangkah beberapa depa ke arah depan, lalu mengangkat kepala, "Apa yang kau inginkan, Reban Giring?" tanya Pramudita. Dari arah berlawanan, tamppak pria itu tertawa dengan lantang, "Ha ha ha, kau sungguh naif Pramudita-" timpal nya, "Bukankah ka
Read more
DMCA.com Protection Status