Semua Bab LANTING BRUGA: Bab 1271 - Bab 1280
1302 Bab
Perpisahan
Meski dalam suasana berkabung, Mahasepuh Naga Utara tampak terlihat begitu tenang, terlebih ketika petinggi aliansi meninggalkan tempat itu beberapa saat yang lalu. Pria tua itu sedikit berjalan gontai kearah salah satu meja yang terbuat dari kayu, lalu memandang jauh kearah salah satu sudut, dimana perhatiannya teralihkan. Tampak olehnya, seorang bocah yang tidak lain Rambai Kaca, sedang bersama Pramudita, dari sana pula ia mulai menebak akan sesuatu. "Apa yang sedang mereka bicarakan?" gumam nya bertanya. "Apa mungkin Pramudita ingin membawa bocah itu..?" Dalam batinnya Maha Sepuh Naga Utara sempat bertanya-tanya, akan tetapi disaat yang sama pula mereka berdua ternyata bergerak kearah pria tua itu. Melihat Pramudita dan Rambai Kaca, pria tua itu tampak tersenyum lalu bergegas berdiri dan menyusul keberadaan kedua orang yang sedang menujunya. Langkah pria tua itu tampak begitu lambat, akan tetapi dibalik perawakannya, pria tua itu masih begitu banyak memiliki tenaga untuk ber
Baca selengkapnya
Kembali Ke Semeru
Setelah semuanya telah selesai di padepokan Naga Utara, Pramudita dan Rambai Kaca telah meninggalkan alam ras naga dan kembali kepadepokan pedang bayangan. Dari kejauhan mereka sudah melihat pedepokan pedang bayangan berada, tetapi, tidak gerak cepat dari keduanya untuk segera tiba disana. Namun setelah jarak mereka tinggal beberapa depa dari gerbang padepokan, secara tiba-tiba gerbang itu terbuka dengan cepat, lalu di sambut dengan meriah. "Berikan hormat kepada Maha Sepuh Pramudita!" ucap salah satu penjaga. Dengan satu perintah, semua orang yang berada disana, langsung menundukkan kepala, lalu memberikan jalan kepada Pramudita serta Rambai Kaca yang berada disisinya. Kembalinya Pramudita dan Rambai Kaca tentu menjadi kabar baik bagi padepokan pedang bayangan, terutama keluarganya. Bahkan belum sampai satu menit, kabar kembalinya Pramudita dan Rambai Kaca sudah sampai kepada sang istri serta anak-anaknya yang tidak lain, saudara dan saudari angkat Rambai Kaca. "Ayah, aku sena
Baca selengkapnya
Tabib Nurmanik
Dalam pengobatan Rambai Kaca, tabib Nurmanik mengetahui, jika pemuda itu masih membutuhkan banyak tenaga dalam. Pasalnya, tenaga dalam pemuda itu, sudah sangat banyak berkurang, dari jumlah aslinya, hal itu pula yang menyebabkan ia berkeinginan membantu Rambai Kaca dalam meningkatkan tenaga dalam. Namun, tentu saja ia tidak bisa secara langsung mengatakan kepada pemuda itu, sebab, jika ia secara terang-terangan mengatakan hal tersebut, bisa jadi Rambai Kaca akan menolak. "Minumlah ramuan obat ini!" ujar tabib Nurmanik. Pria tua itu lantas memberikan kembali, secangkir obat berwarna hijau kehitaman kepada Rambai Kaca. Namun belum sempat pemuda itu meraihnya, secara spontan, Rambai Kaca menutup kedua lubang hidungnya menggunakan jari tangan. Melihat reaksi Rambai Kaca, saat ini, tabib Nurmanik hanya tersenyum tipis lalu berkata, "Tidak apa-apa." Pria tua lantas kembali mendorong tangannya kepada Rambai Kaca, sehingga membuat pemuda yang berada didepannya itu, terpaksa mengambilny
Baca selengkapnya
Hasrat
Setelah berpamitan kepada tabib Nurmanik, Rambai Kaca kembali kerumahnya dan berniat berpamitan kepada Pramudita guna untuk mencari tanaman obat itu. Dirinya menggunakan jurus kilat putih, sehingga terlihat melompat lompat diudara lalu dalam sekali tarikan nafas, Rambai Kaca tiba dikediamannya. Dengan sedikit merasa gugup, dirinya melangkah pelan, tetapi tidak ia sangka-sangka kehadiran dirinya berhasil dipergoki oleh saudara angkat, Eruh Limpa. "Adikku yang bodoh! kenapa kau berjalan begitu lemah? apa kekuatanmu belum stabil?" tanya Eruh Limpa. "kakak! maaf, tetapi aku harus segera menemui ayah," jawab Rambai Kaca singkat. "Oh! untuk apa kau begitu tergesa-gesa? bukankah hal itu bisa ditunda dan menemani ku berlatih, pasti akan jauh lebih menyenangkan," sambung kakaknya. "kakak! Sekali lagi, aku harus meminta maaf, tetapi aku saat ini benar-benar harus bertemu dengan ayah," timpal pemuda itu. Eruh Limpa sempat memandangi adiknya untuk beberapa saat, lalu mengangkat kedua bahu
Baca selengkapnya
Mencari Tanaman
Disaat yang hampir sama, Eruh Limpa dan Nagin Arum mendadak menjadi panik, hal itu tidak lain karena mereka baru menyadari jika Rambai Kaca tidak berada disana. Menyadari hal itu, mereka berniat berpencar untuk mencari keberadaan Rambai Kaca yang entah ada dimana. Eruh Limpa menyarankan jika ia kearah Selatan, sedangkan Nagim Arum sendiri mencari kearah Timur. "Jika kau menemukan sesuatu, cepat kembali ketempat ini!" ujar Eruh Limpa memastikan. "Baik kakak! tetapi, bagaimana jika kita tidak menemukannya, bagaimana dengan Ibu dan ayah, apa yang harus kita katakan nantinya?!" timpal Nagin Arum panik. "Maka dari itu! kita harus segera menemukannya," sambung Eruh Limpa. Nagin Arum hanya bisa mengangguk pelan, tanpa membantah sepatah katapun, pada akhirnya mereka mulai bergerak menjauh. Eruh Limpa bergerak dengan kecepatan tinggi lalu menerobos masuk kedalam hutan yang rindang. Tidak pernah ia duga, jika saat ini, mereka akan kehilangan Rambai Kaca, bahkan ia sempat menduga, jika
Baca selengkapnya
Tertusuk Mata
Disisi lain setelah berhasil membunuh sosok hasrat yang telah mengganggunya, Rambai Kaca lantas berniat melanjutkan perjalanan, tanpa memikirkan keberadaan Eruh Limpa dan Nagin Arum. Sempat ia berfikir untuk kembali, tetapi saat ini, ia telah memutuskan untuk mencari tanaman langka itu, karena menurutnya, jika kembali sekalipun akan terlalu banyak membuang waktu. Sehingga disaat itu pula ia mulai melangkah, sembari membuat tanda dibatang pohon yang telah ia lalui. "Jika mereka melihatnya, maka mereka pasti akan bisa menyusulku," gumam nya. Pemuda itu lantas melesat kedalam hutan menggunakan jurus kilat putih, tiba saatnya ia melihat satu sosok hasrat kembali dari kejauhan. Namun tampaknya kali ini, ia tidak berniat bertarung dengan sosok hasrat itu, jika belum begitu diperlukan. "Aku bisa mengurusnya kapanpun, tetapi tanaman obat adalah prioritas utama," gumam nya kembali. Pemuda itu sedikit menggelengkan kepala, lalu memutar tubuh kearah kiri dan memutuskan untuk menghindari s
Baca selengkapnya
Dalam Masalah
Setelah beberapa saat berlalu, Rambai Kaca yang sebelumnya kesakitan akibat tertusuk daun tanaman obat itu, kini sudah membaik. Namun Nagin Arum yang sebelumnya merasa sedikit kesal, akibat ulah adiknya itu, masih saja memalingkan muka, seakan tidak peduli dengan Keadaan Rambai Kaca. Sedangkan Eruh Limpa lebih memilih untuk melihat situasi disekitar sana, ketika telah memastikan keadaan mata adiknya itu tidak terlalu parah. "Bagaimana keadaan mu?" tanya Eruh Limpa. "Sebenarnya, ini bukanlah suatu masalah besar kakak!" jawabnya. "Sudah istirahat dulu!" sahut Nagim Arum, "Lagi pula, mereka tidak lagi mengejar kita," sambungnya. Meski Nagin Arum terlihat tidak peduli dengan Keadaan Rambai Kaca, akan tetapi yang sebenarnya terjadi, didalam lubuk hatinya yang paling dalam ia sangat menyayangi Rambai Kaca. Berbeda dengan Eruh Limpa yang benar-benar menunjukkan sikapnya sebagai seorang kakak. Dalam keadaan itu, Eruh Limpa masih memantau situasi disana, hingga tiba saatnya ia mulai be
Baca selengkapnya
Banyak Masalah
Dalam satu gerakan ke dua nya melepas kan jurus hampir secara bersamaan. Bahkan serangan itu mendarat tepat sasaran tidak kurang dari dua detik, yang membuat sosok tinggi besar itu harus ke hilangan ke dua kaki nya. Mendapat serangan dengan tenaga dalam tinggi tersebut, tentu sosok hasrat itu tidak dapat bertahan, hingga ia harus roboh dalam ke adaan tidak berdaya. "Adik hati-hati!" ujar Eruh Limpa. Wush. Satu serangan tidak di duga, hampir saja mengenai Nagin Arum yang saat ini, berhasil menghindari nya tepat waktu, sebelum serangan itu mengenai bagian tubuh nya. Beruntung di saat itu, Eruh Limpa dengan sigap memperingat kan adik nya itu, sehingga membuat Nagin Arum berhasil selamat dari serangan begitu kuat dari sosok hasrat tersebut. Andai saja Eruh Limpa sedikit terlambat, bisa jadi Nagin Arum mendapat luka berat akibat serangan itu, bahkan yang lebih parah nya lagi, wanita itu bisa jadi tewas."Terima kasih kakak," sahut Nagin Arum. "Kau baik-baik saja?" tanya pemuda itu
Baca selengkapnya
Reban Giring
Selang beberapa hari setelah kembalinya Rambai Kaca dengan kedua kakak nya dalam pencarian tanaman obat, Pramudita telah memberi tahu tabib Nurmanik tentang keberhasilan mereka dalam pencarian obat tersebut. Sehingga dengan segera tabib Nurmanik menyuruh Pramudita, untuk segera membawa Rambai Kaca ke tempat nya berada. Selain itu pula, ia masih harus menyiapkan beberapa ramuan lagi, sebagai tambahan atau sekaligus pelengkap di dalam pembuatan ramuan tanaman obat itu, untuk meningkat kan tenaga dalam nya. "Aku tidak menyangka kau bisa mendapat kan tanaman langka ini, dengan jumlah yang sangat banyak!" ujar tabib Nurmanik. "Itu semua berkat ke dua saudara ku! jika tidak ada mereka, mungkin akan sulit bagi ku untuk mengumpul kan semua nya," timpal Rambai Kaca. "Nurmanik, ada yang ingin aku sampai kan ke pada mu, tetapi nanti saja, sekarang aku akan pergi dulu, selebih nya ku percaya kan Rambai Kaca ke pada mu!" sahut Pramudita. "Aku mengerti Maha Sepuh!" timpal tabib Nurmanik. Saa
Baca selengkapnya
Pantas Mati
Di saat ini, Reban Giring menunjuk kan tatapan tajam dari ke dua bola matanya, hingga mengeluar kan urat-urat merah, seakan ingin melahap seseorang secara hidup-hidup. Tatapan mata tersebut berlangsung hingga bebepa detik, sebelum akhir nya Reban Giring berkata, "Pramudita, aku sudah mengetahui-" ujarnya, "Semua nya!" Mendengar kalimat tersebut Pramudita lantas menaikkan sedikit alisnya seolah ingin mencari jawaban dari kalimat tersebut, hingga perlahan ia membuka mulut, "Reban Giring, aku tidak mengerti maksud dari ucapan mu!" Pria tersebut lantas kembali berucap sembari menggerutu beberapa kali, "Jangan berpura-pura bodoh, Pramudita!" ujarnya, "Jika kita terus seperti ini, maka bukan tidak mungkin, kita akan semakin tertinggal.""Saudara ku, Reban Giring, hentikan ambisi bodoh mu itu!" timpal Pramudita, "Kita sudah hidup telah lama, bahkan sampai saat ini, kita masih hidup dengan damai.""Bedebah-"Melihat sikap Reban Giring tersebut, Pramudita lantas melangkah satu kali, lalu ia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
126127128129130131
DMCA.com Protection Status