All Chapters of Gendut Alasan Suami Mendua: Chapter 11 - Chapter 20
78 Chapters
BAB 11
POV Adit  [Ra, jangan bergadang … ] tulisku begitu saja tatkala aku memainkan ponsel.   Menunggu ….   Tidak ada jawaban ….  [Ra … udah tidur?]   Menunggu ….  Masih tidak ada Jawaban ….   Kluntang ….  Jantung berdegup mendengar bunyi dari ponsel. Dengan cepat kuraih ponsel dan membaringkan diri di kasur empuk dengan sprey berwarna putih.  [Kenapa, Dit?] balasnya.  'Sudahlah, katakan saja dengan jujur apa yang tengah kurasakan.' 
Read more
Bab 12
"Perfect, Tiara! Buka mata! Ingat, jangan cari kesempatan dalam kesempitan! Jangan modus! Kalau mau peluk, peluk aja. Adit rela kok," ucapnya penuh tawa.  "Yeeeeee!" triaku. Hampir aja kebablasan, untung masih bisa nahan diri.  "Sini, Ra. Kalau mau peluk. Nih, Adit sudah siap," ucapnya sembari membentangkan tangan. "Huuuu … ngarep!" cetusku.  "Berapa Kg?"  "52 kg. Yeeeeeeee … makasih Dokter Adit," ucapku. Sebetulnya aku ingin memeluknya, tapi ku-urungkan. Daripada dibilang modus, lebih baik menahan diri.  "Ra, beresin bajunya, kita pulang hari ini," ucapnya. Ada senang ada juga sedih. Senangnya bisa ketemu keluarga, sedihnya, tidak lagi menghabiskan waktu dengan Adit. Tidak pernah kubayangkan aku menjadi secantik ini sekarang.
Read more
Bab 13
Dua hari ini tidak ada kabar dari Adit semenjak aku bertanya soal pekerjaan. Mana lusa harus ke pernikahan Bara. Pikiranku seketika berubah menjadi kacau, ada apa dengan Adit? Beribu pikiran aneh mulai menghinggapi otakku. Aku mulai berfikir dengan apa yang pernah Adit katakan, pasti semuanya hanya tipuan semata. Laki-laki memang pandai mengobral cinta, lagipula dari mana juga seorang Dokter yang sukses bisa menyukaiku yang cuma janda ber-anak dua. Adit itu pantasnya bersanding dengan gadis lajang sepertinya. Ini yang aku takutkan dari mencintai seseorang, takut ter-PHP ….Ingin aku menanyakan kabarnya, tapi jari ini terasa berat untuk mengetik pesan itu dan mengirimkannya. ðŸ–¤Udah[Ra ,,, buka pintu sekarang. Aku ada di depan pintu rumahmu] Seseorang yang tengah kupikirkan tiba-tiba saja mengirim pesan. Karena terlalu girang, aku berlari cepat untuk menyambutnya. "Ra
Read more
Bab 14
Tepat pukul 19.30 Aku dan Adit sampai di rumah besar Bara. Bingung kenapa mereka tidak melangsungkan pernikahan di gedung. "Ra, tunggu … bedakmu dibereskan dulu. Lihat tu gara-gara air mata, make-up kamu jadi rusak." Aku mengeluarkan bedak dari dalam tas berniat untuk merapikan riasanku. Tapi, Adit mengambilnya dan mulai mengaplikasikannya ke wajahku."Nah, ini kan rapi. Cengeng si!" goda Adit menarik hidungku. "Ayok turun! Jangan kebanyakan drama deh!" sungutku. Meski aku sendiri suka diperlakukan seperti ini.🖤Saat kulihat nama yang terpajang di janur kuning, ternyata nama orang tua Sandra memakai Almarhum dan Alamrhumah. Oh, pantas saja acaranya di rumah Bara. Terlihat Ilham dan kedua anakku sudah ada di depan pintu masuk. Mereka melambai ke arahku. Aku menyuruhnya masuk terlebih dahulu. Dari turun mobil hingga masuk ke dalam, Adit terus menggandeng tanganku. Sedikit ri
Read more
Bab 15
POV Bara. Melihat perubahan Tiara yang menakjubkan, ada rasa menyesal kenapa aku tidak memberikannya modal untuk berdandan. 'Sial …'kenapa bisa secantik itu'. Ibu dan Ida pun menyesali perubahannya. Ada rasa malu pada diri sendiri. Setelah kuceraikan istri buruk rupa itu kini berubah menjadi angsa cantik.  "Gimna si kamu, Bar! Itu kok Tiara bisa digandeng sama bos-mu! Gak malu kamu?" sungut Ibu. "Sudah Ibu bilang, jangan ceraikan Tiara! Apa kata teman-teman Ibu kalau mereka tahu Tiara menjadi wow setelah dicerai dari kamu! Mau di taro mana muka Ibu ini, Bar!" protesnya dengan dada yang kembang kempis menahan amarah. "Sudah, Bu, malu. Ini lagi acara pernikahan Bara. Masih banyak tamu," ucapku. Ibu melirik dengan tatapan sinis menahan emosi. Hanya dengusan nafas yang keluar dari hidungnya. 
Read more
Bab 16
[Sayang … udah siap ketemu calon mertua?] Aku yang masih sibuk dengan kerjaan, tersenyum ketika melihat pesan di ponsel. Nama Adit tertera di depan layar. Dengan cepat kubalas pesan darinya.[Sedikit takut, takut tidak mendapat restu dari orang tuamu. Mengingat, siapalah aku ini, Dit] emot sedih dibelakangnya. [Jangan takut, Sayang. Ada aku di sini] balasnya dengan emot cium.'Dasar Adit, selalu saja mampu membuatku tersenyum' Perasaanku takut, takut kalau orang tua Adit tidak dapat menerimaku. [Baiknya, pikirkan dulu keputusanmu, Dit. Jangan sampai, akhirnya menyesal] [Apa yang harus aku pikirkan, Ra? Yang aku tahu, aku mencintaimu. Harus seperti apa aku
Read more
Bab 17
Pov Adit Setelah mendengar suara Mama sambil mengetuk pintu, aku mulai membuka mata secara perlahan. Kulihat layar ponsel, Tiara juga sudah terlelap.  "Dit!" panggil Mama. "Iya, Ma …! Sebentar!" Matakku terlihat sembab ketika bercermin.  "Kamu nangis?" tanya  Mama saat aku membuka pintu.  "Maafkan, Mama sudah egois sama kamu. Tadi Mama menghubungi Ilham, Mama tanya informasi tentang Tiara. Ternyata ucapan Pak Bara tadi siang tidaklah benar," ucap Mama membuatku sedikit lega. 'Bara ke sini?' emang brengsek ….' "Memang Bara tadi ke sini, Ma?" "Iya, Pak Bara berceri
Read more
Bab 18
POV Bara"Mas, kamu ngelakuin apa sampai di pecat sama Pak Adit? Sekarang mau nyari kerja di mana? Susah tau nyari kerja!" Sandra terus berbicara. "Kamu bisa diem, gak? Brisik!" Aku tak kalah membentak. "Kamu si, kalau ngelakuin sesuatu gak pernah mikir imbasnya." "Tapi kamu sendiri yang mau nggaggalin pernikahan Adit sama Tiara! Mana tau kalau akhirnya begini!" sungutku tak kalah kesal. "Tapi sebenarnya kamu emang pingin kan, balikan sama, Tiara? Ngaku!" tuduhnya. "Kamu ngomong apaan si? Aku cuma gak mau Tiara bahagia lepas dari aku! Aku mau, hidup Tiara hancur, sehancur-hancurnya!" sentakku. 
Read more
BAB 19
Mendambakan seorang mertua penyayang itu impian setiap menantu. Tidak sedikit kebanyakan dari mertua tidak cocok dengan menantunya. Allhamdullillah, itu tidak berlaku pada calon mertuaku yang ini. Meski kekayaan mengelilinginya, tapi beliau sekeluarga sangatlah rendah hati. Tutur katanya begitu lembut dan sopan. Karena rasa bersalah akibat kesalahpahaman kemaren, berkali-kali Bu Norma - calon mertuaku itu meminta maaf.  Kemaren, niat Adit membawaku ke kelinik, justru berbelok ke rumah besarnya. Beruntung, aku tidak mendapat perlakuan yang sama seperti pertama kali berkunjung. ****  Tawa bahagia dua keluarga yang akan bersatu, membuatku tersenyum renyah. Cincin emas bermata berlian sudah terpasang di jari manisku sebagai tanda kalau aku telah terikat oleh Adit. Kedua orang tuaku dan orang tua Adit, mencari hari dan tanggal yang baik untuk melangs
Read more
Bab 20
[Udah di telpon sama, Ayu, kamu, Mas] Ku kirim pesan itu pada calon suamiku.   [Dia cuma minta kerjaan, Sayang. Kasihan] balasnya.  [Terus kamu kasih?] Emot mikir kutambahkan.  [Kebetulan, Mela ijin keluar mau nikah.]  Mataku melotot membaca pesan darinya.   [Oh, kapan?]   [Tadi hari terakhir kata, Dokter Key]   [Ohhh]  [Kenapa, Sayang?] balasnya dengan emot senyum.  [Gak pa2]   [Oke. Met malam, dan met istrahat calon istri] balasnya dengan emot cium. Tak kuindahkan lagi pesan darinya. Ap
Read more
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status