Semua Bab Istri Kedua Tuan Kaya: Bab 1 - Bab 9
9 Bab
1 | Sejatinya, Tidak Ada Kasih Sayang
"1 Milyar!"Syok. Aku kaget. Saking kagetnya aku bahkan sampai menggebrak meja dan menunjuk pria yang menyeringai padaku, saat ini. "Orangtuaku tidak mungkin punya hutang sebanyak itu!" Ucapku tidak percaya.Aku melihat mama dan papa yang terus saja menunduk, sama sekali tidak pernah mengucapkan apapun setelah kedatangan Tuan ini. Pulang kuliah, aku sudah mendapatkan Tuan ini bertamu. Aku pikir hanya tamu biasa saja, karena sebelumnya papa juga sering kedatangan tamu serupa. Nyatanya, tidak. Aku baru mendapatkan kabar kalau papa bankrut, dan mempunyai hutang yang besar pada Tuan yang satu ini. Papa sudah tidak punya apapun, bahkan rumah yang kamu pijak saat ini sudah digadaikan, tapi belum menutupi hutang mereka.Tuan ini berdiri, mengancingkan jasnya dan berjalan mendekatiku. Aku sangat tidak menyukai tatapannya itu, terlalu sombong bagiku. "Tenang, baby girl. Jangan emosi seperti itu," ucapnya. Tangannya sudah mulai nakal denga
Baca selengkapnya
2 | Bukanlah Istri Kedua yang Sesungguhnya
Tak ada apapun yang bisa aku gunakan untuk berkomunikasi, sekedar menelpon mama. Ini sudah dua hari lamanya, aku sendirian di rumah ini. Tanpa ada siapapunun yang menemaniku, hanya bertemankan sepi.Sudah dua hari pula setelah malam pertama itu, Ryan tidak kelihatan batang hidungnya. Ia bak menghilang setelah mengambil keperawananku. Terlalu klise membuatku cepat bosan. Aku melakukan aktivitas yang itu-itu saja selama dua hari ini. Tidur, makan seadanya, melamun, mandi, tidur, bangun, dan mengulangi hal yang sama. Untungnya adalah Ryan telah mempersiapkan isi dapurnya, sehingga membuatku tidak kelaparan ada di rumah ini. Satu helai pakaian pun, aku tidak punya. Aku menggunakan baju kebesaran yang aku duga ialah milik Ryan.Biasanya, aku akan selalu disibukkan dengan tugas kampus, kini hilang sudah. Harapan cita-cita yang disusun rapi, sudah tidak ada gunanya lagi. Bahkan aku tidak tahu sampai kapan Ryan mengurungku di tempat i
Baca selengkapnya
3 | Istri Kedua Hanya Sebagai Formalitas
Dia berbohong. Dia berjanji akan kesini 2 hari lagi, tapi ini sudah dua minggu lamanya dia tidak pulang ke rumah ini. Aku tentu tidak terlalu mengharapkan kedatangannya. Toh juga nantinya dia akan meninggalkanku dalam keadaan yang sama seperti sebelumnya. Setelah ia mendapatkan apa yang dia inginkan, dia akan pergi meninggalkan coretan luka untukku.Sama sekali aku belum pernah mengelilingi rumah ini. Seputar kamar dan dapur, itu saja. Tentu saja aku masak, aku tidak mungkin membuat diriku sendiri sia-sia saja di sini. Oke, dia memang membayar 1 Milyar, tapi dia tidak bisa membeli harga diriku dengan uang sebanyak itu. Sebenarnya ada satu ruangan yang sangat membuatku penasaran. Ada di pojok sana. Terlihat menarik perhatian, seakan memang tujuannya seperti itu. Aku takut berani mencoba masuk ke sana. Takutnya, itu adalah privasi Ryan. Terlebih, ruangan itu terkunci. "Long time no see, baby girl."Suara i
Baca selengkapnya
4 | Hamil
Hanya menggunakan handuk, aku keluar dari kamar mandi. Aku pikir, dia akan sama seperti sebelumnya. Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, mendapatkan kenikmatan yang menjadi alasannya ke rumah ini, dia akan pergi meninggalkanku. Malah, yang aku lihat, dia bersandar santai dan menghadap ke arah kamar mandi. Tepatnya ke arahku. Aku menatapnya nanar, dia terlihat tenang. Memperlihatkan tubuhnya yang begitu kuat. Tapi maaf, perlakuannya pada wanita sangat lah buruk. "Wow…" Ucapnya, memperhatikanku dari atas sampai bawah. Pria ini hanya menginginkan tubuhku saja. Mengabaikannya, bahkan tangisku pun belum bisa aku redakan. Melengos begitu saja, aku keluar dari kamar ini. Menutup pintu dengan tidak sabaran hingga menimbulkan suara yang keras. Berlari, aku menuju dapur. Untung saja dapur ini tertutup, aku bisa menguncinya dari dalam. Aku mena
Baca selengkapnya
5 | Hanyalah Seorang Gadis Seharga 1 Milyar
Satu jam kemudian, dia sudah kembali ke rumah ini. Aku pikir, dia akan ke sini 2 minggu lagi. Entah, ia terlihat begitu tampan di mataku sekarang ini. Tidak terlihat sama sekali kalau dia punya hati bak iblis, memperlakukanku dengan kasar. Tapi maaf, perasaanku sudah tidak ada untuknya. Untuk dirinya yang selalu menyakiti diriku. Aneh. Dia begitu aneh. Dia langsung ikut berbaring denganku, memelukku bak tidak pernah terjadi apapun. Kenapa dia harus seperti ini? Aku bahkan lebih nyaman dengan perlakuan kasarnya sekarang.   "Butuh sesuatu, baby girl?" Tanyanya, padahal matanya masih tertutup rapi.  'Iya, aku butuh kamu melepaskan ku dari status pembodohan ini. Istri kedua? Hey! Ini bahkan penyiksaan batin.' batinku. Aku mengabaikannya, melepaskan tangannya dari pinggangku. Entah kapan aku m
Baca selengkapnya
6 | Hitam Menggoda
Aku menganga melihat semua baju yang ada di depanku. Bukan lagi baju kaos kebesaran milik Ryan, melainkan baju dari butik terkenal yang sudah pasti aku ketahui labelnya. Butik dengan baju desain keinginan banyak wanita. Harga mahal, menjadi ciri khasnya, akan tetapi kualitasnya tidak main-main. "Coba lah satu per satu. Aku tidak tahu yang mana kesukaanmu, baby girl." Ujar Ryan, sedikit berbisik padaku. Menghempas tangannya yang memainkan rambutku. "Ada apa dengan semua ini? Kenapa begitu banyak baju yang ada di kamarku?!" "Memangnya kenapa? Kamu membutuhkannya, babi girl. Lagi pula, ini juga kamarku. Kalau kamu malu dilihat oleh mereka, biar aku yang membantumu memakainya."Aku menatapnya tajam. Berani-beraninya dia menyentuh tubuhku lagi. Dia tidak tahu kalau aku sangat membencinya dan ingin menusukkan pisau dapur itu pada seringaian tipisnya. "Mari, saya bantu mencobanya."
Baca selengkapnya
7 | Pelukan Hangat
Sama sekali di luar kuasaku. Ketika aku bangun, kenapa aku malah memakai baju hitam menggoda yang kemarin?. Kenapa aku sampai tidak menyadarinya?. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Ryan. Ketika aku bangun, dia ada di sampingku. Aku pikir, dia akan pulang ke rumah istri pertamanya. Bermanja mesra dengan si Paramita itu. Nyatanya apa? Tangannya lekat di pinggang ku yang hanya terbalut kain tipis itu saja.Perlahan tapi pasti, aku mencoba melepaskan tangannya dari pinggangku. Ia sedikit terusik, membuatku semakin hati-hati. Baru saja terbebas darinya, ia langsung menarikku langsung."Mau kemana pagi-pagi, babi girl?" Tanyanya terdengar berbisik, dengan suara berat yang membuat duniaku bangkit, merinding. Ia memelukku erat, kembali menutupi tubuhku dengan selimut. Alhasil, kita berdua kembali di bawah selimut. Menjadikan lengannya sebagai bantalan ku, entah kenapa membuatku terasa nyaman. Apalagi detak jantun
Baca selengkapnya
8 | Sepiring Berdua
Tok...   Tok...   Tok...   Aku melihat Ryan masuk dengan membawa piring ditangannya. Ia tersenyum begitu manis menghampiriku dan duduk di sisi ranjang yang kosong. Aku sedikit menghindar darinya, memisahkan jarak.    "Baby girl, ayo sarapan. Aku suapi, ya?" Tanyanya dengan suara yang terdengar begitu lembut. Saking lembutnya membuatku ingin mual.   "Tidak. Kamu saja yang makan. Aku gak mau memakan makanan yang kamu buat. Bisa jadi kamu menaruh racun di sana."    Ucapanku memang kelewatan, bahkan setelah aku mengatakannya pun juga memberikan sedikit penyesalan dalam hatiku.    Terdengar helaan nafas darinya, "bukankah kamu menginginkan kematian?. Kalau kamu pikir aku menaruh racun di sini, makan lah." Ia kembali terdengar dingin.    Aku terdiam. Tidak pula memberontak. Aku takut apa yang dia katakan
Baca selengkapnya
Pengumuman!!!
Halo, semuanya. Aku mau mengucapkan terimakasih banyak buat yang sudah membaca cerita ini, aku senang banget. Tapi, aku sedih juga karena gak bisa lanjutin cerita ini karena sekarang aku hanya bisa berkarya di satu platform atau kata lainnya tuh aku jadi penulis ekslusif. Dimana Thor? Di aplikasi kuda poni ya guys... Untuk kalian yang mau terus baca cerita aku, silakan bisa cek di aplikasi ungu atau kuda poni. Di situ ada banyak cerita yang aku buat dan bisa kalian baca. Ada yang berbayar, ada yang gratis.Kalian bisa baca dan cari cerita aku dengan nama pena yang sama, yaitu limabersaudara. See you in another platform ya guys!!!Lopyuu!   
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status