Semua Bab OTW Menjanda: Bab 21 - Bab 30
41 Bab
OTW 21
“Abang ngomong apa, sih?” tukas Renata sembari membuang muka. Wajahnya terasa panas. Sudah lama tidak ada lelaki yang memujinya dengan tulus.Satria segera menyadari kelancangannya. “Oh, maaf. Saya tidak bermaksud tidak sopan. Tadi itu hanya spontanitas. Jangan marah, ya?”“Enggak apa–apa, kok. Abang nggak salah. Saya yang terlalu sensitif.” Renata berusaha menutupi perasaan yang sesungguhnya.“Maaf,” pinta Satria dengan lirih.Renata tersenyum. “Jangan jadi sungkan, ah. Saya malah nggak enak sama Abang.”
Baca selengkapnya
OTW 22
Film horor yang mereka saksikan memakan waktu hampir tiga jam. Renata bersyukur akhirnya bisa keluar dari gedung, terutama karena ia tidak perlu menyaksikan usaha Ines menarik perhatian Satria.“Ya, ampun, kamu pintar memilih film. Aku hampir nggak berani membuka mata. Hantunya serem banget. Ya nggak, Ta?” tanya Ines seraya menepuk tangan temannya.“Lebih serem teriakanmu,” sahut Renata ketus. Bagaimana tidak? Ines sengaja bergaya penakut, kemudian memiringkan badannya ke arah Satria. Benar – benar mencari kesempatan. Padahal pilihan menonton film horor adalah idenya. Ia yang seharusnya memekik - mekik begitu. Saat masih pacaran dulu, strategi ini sukses memancing pelukan Bagastya. 
Baca selengkapnya
OTW 23
Renata baru ingat ia dan Bagastya memang tidak pernah secara khusus membicarakan tentang komitmen pernikahan mereka. Renata hanya meminta Bagastya tidak melakukan poligami, akan tetapi tidak membicarakan hal – hal lain. Padahal sebelum menikah, mereka telah berpacaran selama tiga tahun. Apa saja yang mereka lakukan selama masa itu? Apakah hanya bermain – main saja?“Menikah asal- asalan, ya Bang?” Renata kembali meringis.Satria tersenyum lebar. “Saya juga bukan ahlinya, Renata. Tapi itulah yang saya dan Karina lakukan sebelum menikah, yaitu membicarakan komitmen. Dan kami berhasil sampai … semuanya berakhir ketika Karina berpulang.”“
Baca selengkapnya
OTW 24
Bagastya termangu di samping tempat tidur rumah sakit di mana sang ibu terbaring. Wajah wanita itu terlihat pias dan bibirnya sangat pucat. Sebuah selang yang mengalirkan darah tambahan tengah terpasang. Ia tak menyangka kondisi ibunya bisa turun secepat ini. Saat ia tinggalkan hari Jumat pagi lalu, wanita itu masih lebih segar walaupun memang kurus. Diam – diam Bagastya menyesal, mengapa berbohong menggunakan alasan kesehatan sang ibu. Sekarang wanita itu benar – benar perdarahan. Mana deras pula. Setiap bergerak, cairan merah segar mengalir ke kedua paha. Kalau tidak ingat bahwa dirinya adalah satu – satunya sandaran sang ibu, barangkali ia sudah pingsan melihat darah berceceran sebanyak itu.Lastri merintih perlahan. Kantong darah ke
Baca selengkapnya
OTW 25
Bagastya mengucapkan permintaan maaf dengan sepenuh hati. Renata pasti sudah muak dan sebentar lagi mereka akan terlibat perdebatan. Biarlah. Memang dirinya pantas untuk dimarahi. Di seberang, Renata yang mendengar permintaan maaf untuk ke sekian kali itu menjadi gusar. “Untuk apa kamu meminta maaf terus kalau tidak pernah memperbaiki sikapmu?” katanya dengan nada datar.“Aku juga minta maaf karena tidak bisa berubah sesuai keinginanmu,” jawab Bagastya sekenanya.Renata merengut. “Kalau tidak mau berubah, cepat diurus perceraian kita!” Renata mengatakan itu dengan hati yang perih.“Aku minta maaf juga untuk itu.”
Baca selengkapnya
OTW 26
Petang itu cuaca cerah. Langit berawan tetapi matahari bersinar cerah. Saat telah bergeser ke barat, berkas sinarnya meninggalkan jejak berwarna jingga yang indah. Semuanya seolah menyambut datangnya babak baru dalam hidup Bagastya.Sepulang dari kantor, Bagastya bergegas menuju rumah sakit tempat ibunya dirawat. Hari ini adalah hari yang berat karena adaptasi di tempat tugas yang baru. Kepalanya sungguh berat. Niatnya setelah sampai adalah mandi dan membaringkan badan sejenak sebelum makan malam. Ia tidak tahu bahwa Dewi telah menyiapkan pernikahan mereka di kamar perawatan sang ibu.Saat masuk ke kamar ibunya, ia heran. Ternyata kamar itu penuh dengan orang - orang. Yang membuatnya semakin bingung adalah penampilan mereka yang mengenakan baju rapi layaknya m
Baca selengkapnya
OTW 27
Renata tidak tahu di mana kakinya berpijak. Pemandangan Bagastya yang berkerudung berdua dengan Dewi membuatnya sulit bernapas. Benar, ia ingin bercerai. Ia telah mengetahui perselingkuhan mereka sejak lama. Ia juga beberapa kali mendapati mereka jalan berdua. Akan tetapi, memergoki pria itu menikah diam-diam di belakangnya, tetap saja bagai menerima hantaman batang kelapa. “Kurang ajar, kurang ajar! Ya, ampuuun! Mama bisa kena serangan jantung kalau begini!” Hetty mencak-mencak sepanjang jalan menuju parkiran. “Mama tidak sangka, ibunya malah mendukung. Ibu macam apa itu? Apa dia lupa kalau dia juga perempuan? Sudah sakit parah, bukannya minta ampun malah membuat dosa!” Hetty menepuk-nepuk dada beberapa kali. “Amit-amiiiiitttt!”
Baca selengkapnya
OTW 28
Melihat Renata lebih tenang, Satria beranjak dari ranjang dan beralih ke kursi. “Mau aku ambilkan minum?”Renata mengangguk. “Makasih sekali lagi, Bang.”“Jangan sungkan. Kita kan tetanggaan. Mau minum apa?”“Apa aja asal hangat.”“Gimana kalau kopi? Mmm, kalian punya kopi, kan? Kalau enggak, aku ambil dari rumah.”Renata balas tersenyum. “Punya, Bang. Minta sama Lea aja.”Satria ter
Baca selengkapnya
OTW 29
Bagastya mengerang lirih saat memperbaiki posisi duduknya di mobil. Dari balik kemudi, ia masih bisa melihat Satria berdiri di jendela kamar. Ekspresi wajah lelaki itu tidak jelas karena cahaya terang yang berasal dari lampu di belakangnya. Walau hanya siluet yang terlihat, Bagastya bisa menduga pria itu tengah tersenyum. Segores rasa dingin menyusup di hati. Firasatnya mengatakan dirinya akan berurusan dengan orang itu di kemudian hari.Bagastya mengusap darah dari hidung dengan tisu. Sesudah itu ia menjalankan mobil meninggalkan kompleks. Segera terbayang apa yang akan dihadapi di rumah sakit nanti. Bagastya mendesah keras. Barangkali ia akan menerima pukulan pula di sana.Saat sampai di ruang perawatan sang ibu, jam besuk telah habis. Bagastya menggunakan k
Baca selengkapnya
OTW 30
Lastri memandang heran. Barangkali kalimat itu terdengar absurd. "Kamu ngomong apa sih?" Bagastya menggenggam tangan ibunya. Kilasan tujuh tahun hubungannya dengan Renata membayang kembali. Ia masih mengingat semua peristiwa penting yang berkesan sebelum pertikaian setahun yang lalu. Renata adalah wanita yang penuh energi dan ringan hati, bukan pemarah seperti sekarang. Kehadiran Renata dalam hidup Bagastya mendatangkan warna yang indah. Wanita itu selalu berhasil membuatnya tertawa.Tiga tahun pertama pernikahan mereka jalan dengan baik. Masalah muncul saat ia mulai meminta hak untuk mendapatkan anak dan untuk menikah lagi. Renata menarik diri dan balas meminta haknya untuk dihargai sebagai istri. Mereka mulai tegang dan menjauh.Bagastya sekarang memahami me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status