All Chapters of Perfect Brothers: Chapter 21 - Chapter 30
44 Chapters
Setelah 4 Hari
4 Hari Yang Lalu.  Pagi setelah insiden goreng ikan berenang, Gwen telah bersiap-siap akan ke tujuan yang juga dikunjungi oleh Chen. Ia menerima info dari membaca kontrak kerja Ayah angkatnya dengan saudara kembarnya itu.  "Aku tak mau tahu, pokonya aku akan langsung cus kesana. Apapun itu, aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini!" gumamnya dalam hati.  Gwen terlalu bersemangat, sehingga beberes tasnya saja sampai Pak Raza dengar. Padahal kamar mereka masih ada dinding besar yang membatasi kamar tersebut.  "Gawat!" "Gwen pasti mau pergi. Aku harus mencegahnya, atau aku akan mengalami kegagalan lagi!" seru Pak Raza. Ia berlari secepat mungkin dan menghentikan Gwen berkemas. Dengan sedikit ket
Read more
Penantian Yang Terbayarkan
"Gelang itu …." tunjuk Aisyah.  "Ada apa? Kenapa--" "Awas!" teriak Aisyah menghalangi tubuh Chen dari lesatan peluru.  Dor!  Suara tembakan itu sangat keras. Aisyah terluka di bagian bahunya. Beruntung tidak melukai bagian yang serius. Feng, Asisten Dishi, Syamsir dan juga Aom segera mendekati Aisyah dan Chen saat itu.  "Kau terluka?" Chen panik. "Tolong kau obati dia dulu, aku dan Asisten Dishi akan mengejar siapa orang yang telah berusaha menembakku!" pinta Chen kepada Feng.  "Tidak!" reflek, Aisyah menahan tangan Chen di bagian telapak tangannya. "Sebaiknya kita segera pergi dari sini. Aku takut, semua warga di sini malah tidak akan aman jika kita masih di sini." imbuhnya.
Read more
Penantian Yang Terbayarkan
"Gelang itu …." tunjuk Aisyah.  "Ada apa? Kenapa--" "Awas!" teriak Aisyah menghalangi tubuh Chen dari lesatan peluru.  Dor!  Suara tembakan itu sangat keras. Aisyah terluka di bagian bahunya. Beruntung tidak melukai bagian yang serius. Feng, Asisten Dishi, Syamsir dan juga Aom segera mendekati Aisyah dan Chen saat itu.  "Kau terluka?" Chen panik. "Tolong kau obati dia dulu, aku dan Asisten Dishi akan mengejar siapa orang yang telah berusaha menembakku!" pinta Chen kepada Feng.  "Tidak!" reflek, Aisyah menahan tangan Chen di bagian telapak tangannya. "Sebaiknya kita segera pergi dari sini. Aku takut, semua warga di sini malah tidak akan aman jika kita masih di sini." imbuhnya.
Read more
Pertemuan Yang Membagongkan
"Woy elah! Mentang-mentang sipit bicaranya pakai bahasa Mandarin. Kamu pikir aku juga tidak bisa, hah!" Gwen tak terima di todong senjata oleh Asisten kakaknya. "Hey, bule! Siapa dia?" ketus Gwen sembari melirik ke arah Asisten Dishi."Astaghfirullah, Gwen. Kamu yang sopan sedikit. Jangan seperti ini. Hormati, dia lebih tua darimu," tegur Aisyah. "Asisten Dishi, dia adikku. Tolong turunkan senjatamu, ya …."Tutur sapa Aisyah yang lembut membuat Asisten Dishi mudah luluh. Kemudian, Chen meminta salah satu dari mereka yang bisa memperbaiki mobil yang mogok itu untuk segera diperbaiki. "Siapa yang bisa memperbaiki mobil?" tanya Chen. "Nih, si pirang ini lulusan teknik!" tunjuk Feng dengan wajah kesalnya. "Dih, ogah!" tolak Gwen mentah-mentah. Bertengkarlah Feng dengan Gwen seperti biasa. Antara mereka berdua memang jarang sekali bisa se sweet antara Feng dengan Aisyah. Chen mulai pusing dan malah membuat situasi s
Read more
Aisyah Terluka Lagi
"Apa? Chen sudah bertemu dengan kedua saudari kembarnya?" Cindy tak bisa menerima kenyataan itu. "Bagaimana bisa? Dan sejak kapan Chen menyadari jika dirinya masih memiliki keluarga kandung?""Nyonya pertama, Tuan Muda sudah tahu sejak dirinya pergi ke Amerika," jawab salah satu orangnya. "Apa? Selama itu dan aku tidak pernah mengetahuinya?" sulut Cindy. "Tak ada gunanya juga jika aku mengatakan ini kepada Tuan Wang. Sebab, memang saat ini Suamiku itu lebih mencintai Chen daripada aku sebagai istrinya. Apalagi ada istri mudanya itu, sungguh mengesalkan!"Selama Cindy melahirkan anak perempuannya dan Tuan Wang memutuskan menikah lagi, memang dia kehilangan kepercayaan dari Tuan Wang sendiri. Pasalnya, jika memang Chen menemukan keluarga kandungnya, Tuan Wang tidak akan pernah mempermasalahkannya. Tuan Wang tetap akan percaya jika Chen, selamanya tetap menjadi putra satu-satunya baginya. Sementara itu, Cindy masih tak terima dengan pengkhianatan
Read more
Bisnis Baru Gwen
Sesampainya di rumah sewa Rafa, sesegera mungkin Rafa merawat luka Aisyah dengan baik. Rafa juga memanggil dokter terdekat malam itu juga. Ia sangat khawatir dengan kondisi Aisyah kala itu."Semua ini salahku. Aku nggak bermaksud untuk meragukan kasih sayangnya," sesal Gwen mulai gelisah."Aku tahu dia lebih sayang denganku daripada yang lainnya. Pak Raza, Pak Raza ngertikan maksud aku itu gimana, 'kan? Hanya Pak Raza yang bisa menghamiliku, eh salah! Memahamiku maksudnya. Jadi tolong katakan kepada kakakku yang baik hati itu kalau aku tak pernah meragukan kasih sayangnya,""Pak Raza, tolong katakan!"Gwen semakin tak bisa mengendalikan emosinya lagi. Reflek, Pak Raza memeluknya dan mencoba menenangkan Gwen dengan membawa Gwen duduk. Lalu, Pak Raza juga melantunkan sholawat yang merdu, sehingga membuat hati dan pikiran Gwen jauh lebih tenang."Aku merindukan Ayahku. Ayah selalu seperti ini ketika aku tak bisa mengontrol emosiku, Pak Raza …."
Read more
Aisyah Lagi
Di samping tempat tidur Aisyah, ada Rafa yang selalu menunggunya membuka mata malam itu. Setelah mendengar tawa Gwen, Aisyah memang membuka matanya, ia langsung mencari saudarinya itu dengan memanggil namanya. "Gwen …," suaranya terdengar lirih dan gemetar. "Gwen, kamu di mana?" sambungnya. "Assalamu'alaikum, cantik," sapa Rafa dengan senyuman manisnya. (Btw mereka selisih berapa ya? Rafa dengan saudari kembarnya selisih 5 tahun. Saudari kembarnya dan Aisyah silih 9 tahun)"Wa'alaikumsallam warahmatullahi wabarakatuh, jomblo. Bang Rafa beneran di sini?" jawab Aisyah dengan tertawa melihat Rafa tersenyum seperti itu. "Abang tahun ini menikah, Aisyah. Masih aja dikatain jomblo. Kamu ini yang jomblo, umur udah 22 tahun, belum pernah ada lelaki yang nyantol di hatimu juga," ledek Rafa. "Kriteriamu seperti apa, sih? Ustadz Khalid?" kembali Rafa meledek adik sepupunya yang terbaring lemah itu. Aisyah mencubit l
Read more
Dosa Manis Dari Gwen
Tengah malam, Aisyah melihat Chen masih sibuk dengan ponselnya. Ditengah gelapnya cahaya ruangan itu, Chen masih saja bekerja menggunakan ponselnya. Sedangkan Rafa dan Pak Raza sudah terlelap di sudut lain. "Hai," sapa Aisyah. "Belum tidur?" bisik Chen. "Atau kamu tidak bisa tidur karena sakit? Jika iya, aku akan menelpon Asisten Dishi untuk segera mengirim kendaraan ke sini dan membawamu ke Kota," imbuhnya. "Boleh aku duduk di sampingmu, kakakku?" izin Aisyah dengan manis. "Tentu saja, duduklah. Lihat, aku sedang mendesain cincin untukmu." Chen memperlihatkan hasil karya miliknya. Meski Chen adalah seorang putra yang dibesarkan dalam keluarga Mafia, tetap saja dia memiliki usaha yang jelas halalnya hasilnya. Ia memiliki usaha pembuatan perhiasan dari banyak jenis batu permata lainnya. "Cantik sekali, apa itu cincin untukku?" tanya Aisyah seraya memuji karya saudaranya. "Tentu saja. Aku juga m
Read more
Kesalahan Pahaman Gwen
Usai menjalankan kewajiban dua rakaat. Mereka antri mandi dan segera sarapan, dimana itu adalah masakan Pak Raza, tapi diakui oleh Gwen. "Makan, aku yang masak!" Gwen sangat bersemangat mengambilkan masing-masing sarapan. "Tapi kamu kan nggak bisa masak Gwen. Jadi curiga kalau masakan orang lain," Aisyah melirik kearah Pak Raza. "Ini masakan aku, aku belajar dari Pak Raza. Bukan begitu, Pak?" Gwen mengedipkan matanya berkali-kali. Rafa terus menatap Pak Raza, kemudian menatap Gwen dengan seksama. Ada hal yang membuat Rafa tersenyum mengingat keduanya bertingkah lucu di dapur. "Lain kali … kalau mau masak jangan berdua ya. Em, nanti cup cup cup itu terulang lagi, dan itu nggak boleh terjadi. Kalian belum jadi mahram, oke? Semangat mengajari Gwen, Pak Raza." ucap Rafa dengan senyuman mencurigakan.Aisyah dengan segala tatapan penuh laser hijau, langsung menatap adiknya dan guru pembimbingnya itu. Pernah den
Read more
Cemburu
Belajar kembali setelah kesalahan pahaman kecil itu terjadi. Gwen masih saja diam tak seperti biasanya ketika belajar. Rupanya, dia masih marah kepada Pak Raza ketika di meja makan pagi tadi."Ada apa sih dengannya? Tumben, diem, anteng dan memperhatikan seperti ini. Biasanya juga ada aja alasannya untuk tidak belajar," gumam Pak Raza. Pak Reza terus saja memperhatikan Gwen disaat dirinya sibuk dengan bukunya sendiri. Tak sedikitpun Pak Raza mengedipkan matanya ketika menatap Gwen. --Sudah dua hari mereka bersama, Feng rupanya tak bisa kembali lagi kepada mereka karena ia harus kembali ke Tiongkok setelah penyuluhan usai. Feng menitipkan pesan kepada Chen, agar ia melindungi Aisyah dan Gwen ketika dirinya jauh dengan keduanya. Selama dua hari itu juga, baik Aisyah dan Gwen belum menyatakan kepada orang tuanya bahwa mereka telah bertemu dengan saudaranya yang lama menghilang. Hal itu diinginkan oleh Chen karena ia bel
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status