All Chapters of Love in The Game (INDONESIA): Chapter 111 - Chapter 120
131 Chapters
The Gala Dinner (Part 2)
Leon berjalan mendekati meja Claire dan Boston Hopkins. Ia membawa nampan berisi gelas-gelas minuman. Leon sudah menandai satu yang sudah diberi cairan yang Claire beli. Itu akan ia letakkan di depan Boston Hopkins. Tetapi tiba-tiba seorang anak kecil berlari di hadapan Leon dan menabrak nampan hingga semuanya terjatuh ke lantai. Semua orang melihat ke arahnya.Leon membungkuk lalu memunguti gelas-gelas yang terjatuh itu. Leon menggunakan kain untuk memunguti pecahan gelas.“Change of plan,” bisiknya.“Claire harus menusuk Boston dengan jarum yang sudah diselipkan di cincin. Kamu siap, Claire?” tanya Fox. Sebuah pertanyaan yang seharusnya tidak ditanyakan, sebab Claire tidak akan bisa menjawab. Ia sedang bersama Boston Hopkins.Makan malam sudah mulai disajikan. Claire mulai memutar otak, bagaimana caranya agar bisa menusukkan cincinnya ke tubuh Boston. Mereka sudah berjabat tangan, mana mungkin Claire tiba-tiba memegang tangan Bos
Read more
Start the Real Revenge
“Bagaimana dengan arlojinya? Berhasil ditukar?” tanya Claire saat mereka semua sudah berada di dalam apartemen yang sama malam itu.“Tentu saja sudah,” jawab Leon sambil tersenyum.Ia kemudian mengeluarkan jam tangan Boston Hopkins yang asli dari saku jasnya.“Saat ini, pasti Boston Hopkins sudah memakai jam tangan yang sudah dipasangi chip itu,” kata Leon.“Apakah kita akan mencobanya sekarang?” tanya Fox. Gadis itu bersemangat walaupun sekarang sudah hampir tengah malam.“Aku juga ingin mencobanya,” jawab Leon.“Sekarang?” tanya Claire. Pertanyaannya diiringi senyum bersemangat. Mereka bertiga sepakat untuk mencobanya sekarang juga.Claire dan Fox berdiri di belakang Leon, mereka bahkan belum ganti pakaian. Claire masih dengan gaunnya, sementara Leon juga masih dengan kemeja dan celana hitamnya. Sayang sekali jas mahalnya harus ditinggal di semak-semak sebab Leo
Read more
The Tooth Mission
“Ketemu!” seru Leon. Mengagetkan Claire dan Fox yang hampir saja ketiduran di ruang kerja.“Ada apa?” tanya Claire kebingungan.“Produsen gigi yang menyuplai stok gigi palsu ke klinik gigi tersebut. Aku mendapatkan nama dan alamat pabriknya,” kata Leon.“Bagus! Kalau begitu, kita bisa mulai menyusun rencana,” kata Claire.“Kita harus cepat, sebab Boston akan bertemu dengan dokter giginya besok siang,” jawab Fox.“Jika begitu, bisakah kalian memeriksa apakah gigi untuk Boston Hopkins sudah berada di klinik atau belum?” tanya Claire.“Coba aku periksa dulu,” kata Leon.“Kita cek data inventorinya,” sahut Fox. Ia langsung membantu Leon membuka data yang jumlahnya ribuan itu.“Kurasa mereka sudah mengirimnya ke klinik. Gigi milik Boston Hopkins adalah gigi geraham belakang dengan cetakan yang sudah ditandai atas namanya. Sudah diki
Read more
Stealing Tooth
Claire dan Leon berjongkok tanpa suara di balik meja resepsionis. Tapi orang itu malah melihat-lihat berkas yang ada di meja resepsionis sambil bersenandung. Sepertinya ia sedang mencari sesuatu. Namun, tiba-tiba, ia merasa ada sesuatu yang aneh. Perasaannya mengatakan sepertinya ada seseorang di balik meja. Pria setengah tua itu mulai takut. Ia menaruh kembali semua berkasnya dan kemudian mengambil vas bunga yang berisi beberapa tangkai mawar palsu. Ia mengeluarkan bunga palsunya dan membawa vas bunganya.Dengan perlahan, nyaris tidak terdengar, ia melangkah memutari meja resepsionis, menuju ke belakang meja. Dan saat ia sampai ke belakang meja, betapa terkejutnya ia mendapati bahwa di belakang meja itu ada seekor kucing besar yang sedang menatapnya dengan matanya yang menyala dalam gelap.“Astaga...” katanya sambil mengelus dada. Kucing itu mengeong, seolah merasa terganggu.Ia membiarkan kucing itu tetap di situ, lalu ia menaruh kembali vas bungan
Read more
Installed
Siang hari itu, Claire, Leon, dan Fox berkumpul lagi di ruang kerja dengan harap-harap cemas. Sekitar beberapa menit lagi, appointment Boston Hopkins dengan dokter gigi akan dilaksanakan. Dengan harap-harap cemas, mereka menunggu. Claire mengigiti kukunya sambil duduk tidak tenang di atas kursinya.“Beruntung Claire masih bisa memasangkan kamera pengintai meskipun tidak pas posisinya,” komentar Fox sambil mengetuk-ngetukkan bolpen ke atas meja.Leon hanya diam saja, tetapi semua orang tahu kalau Leon juga sedang harap-harap cemas. Jika ini berhasil, mereka akan menang melawan Boston Hopkins.“Saat ini mungkin para pegawai klinik sedang kebingungan sebab satpam merasa ada orang yang masuk, tetapi tidak ada jejaknya. Tidak ada barang hilang juga. Apalagi ada seorang dokter yang datang malam itu dan m
Read more
Confess
“Anda mencoba mengatakan kepada kami kalau memang benar Anda menghipnotis orang-orang melalui satelit agar mereka melakukan demonstrasi di jalan dan mengangkat Anda sebagai presiden?” tanya polisi itu, sedikit tidak percaya.“Benar. Jika Anda tidak percaya saya punya buktinya,” jawab Boston.“Apakah ini semacam lelucon? Polisi bisa menuntut jika Anda main-main dengan kami!” seru salah seorang polisi.“Apakah saya terlihat seperti sedang main-main? Saya sedang menyerahkan diri!” balas Boston Hopkins.“Bukti apa yang Anda maksud, berikan pada kami!” serunya.“Semuanya ada di handphoneku. Bukti koneksi ke satelit, semuanya, Anda bisa memeriksa dari sini,” ka
Read more
Just the Two of Us
Pagi itu, Fox sudah mengemas semua barangnya dan memasukkannya ke dalam koper. Tidak banyak barang yang ia miliki apalagi setelah meninggalkan markas Boston Hopkins yang menjadi tempat tinggalnya selama ini. Fox kini bisa kembali ke rumah Mrs. Andrew, sesuai dengan apa yang diimpikannya selama ini. Ia sudah mengenakan jaket dan ranselnya, serta membawa koper besar pemberian Leon.“Kamu harus rajin-rajin menelepon kami, ya,” kata Claire sambil memeluk Fox.“Tentu saja. Aku pasti akan sering merepotkan kalian. Kalau kalian menikah aku harus jadi undangan khusus,” katanya.“Kami tidak punya teman lain selain kamu,” jawab Leon sambil mengacak-ngacak rambut Fox.“Aku tahu itu,” kata Fox sambil tersenyum. Jika seperti ini, ia ter
Read more
Fox's Home
Fox melangkah turun dari taksi yang membawanya. Kali ini ia tidak perlu lagi memakai topi, atau jaket bertudung kepala. Ia membiarkan rambut merahnya tertimpa cahaya matahari dan berkilau bagai api yang membara. Supir taksi membantunya menurunkan koper lalu dengan ramah ia melambai sebelum masuk kembali ke dalam taksinya dan meluncur pergi.Fox bersenandung pelan, meskipun jantungnya melompat-lompat tak karuan. Antara terlalu senang dan gugup, membuat Fox rasanya hampir terkena serangan jantung. Ia sampai di depan rumah putih mungil itu. Bunga-bunga lavender seolah mengucapkan selamat datang padanya. Fox tersenyum senang lalu mengetuk pintu.“Siapa?” tanya Mrs. Andrew dari dalam.Alih-alih menjawab, Fox malah tersenyum lebar. Pita suaranya terasa kaku dan debaran jantungnya semakin kencang. Bunyi kunci p
Read more
Tortured
Saat Fox terbangun, seluruh tubuhnya terasa nyeri. Ia tidak tahu sudah berapa lama ia tidak sadarkan diri. Yang jelas, bibir dan kerongkongannya terasa amat kering. Kedua tangannya terikat ke atas dan kakinya sama sekali tidak menyentuh tanah. Butuh beberapa detik untuknya menyadari bahwa ia sedang diikat tergantung. Pantas saja, bagian bahu dan ketiaknya terasa amat sakit seperti hendak patah, begitu juga pergelangan tangannya yang sudah pasti memar dan lecet. Fox juga merasa tubuh dan rambutnya basah, berbanding terbalik dengan kerongkongannya yang amat kering.“Bangun!” seru seseorang sambil menyiram seember air ke tubuh Fox.“Where am I?” tanya Fox dengan suara serak setelah ia benar-benar sadar.Ia melihat orang-orang yang ada di hadapannya, tak satupun yang ia kenali.
Read more
The Code
“Ada apa, Claire?” tanya Leon yang bergegas ke samping Claire.Gadis itu menutup mulutnya lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Leon.“Astaga! Itu pasti Mrs. Andrew!” serunya.“Bagaimana dengan Fox...?” tanya Claire dengan suara lemah.“Aku pikir, mereka mendapatkan dia,” jawab Leon sambil menunjukkan handphone Fox yang ia pegang di tangannya.“Oh, no...” kata Claire. Ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada Fox dan apa yang akan terjadi pada mereka juga. Mereka terlalu ceroboh, terlalu meremehkan Boston Hopkins.“Kita harus pergi dari sini sekarang, Claire,” kata Leon dengan cepat. Leon membawa handphon
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status