All Chapters of Tunggu Jandaku, Om!: Chapter 21 - Chapter 30
32 Chapters
Bab 21
"Masa Om Reyhan lupa, sih? Inget gak Om, yang kemarin pas kita di taman sebelum Dhea pulang kesini?""Yang mana, Dhea? Om lupa!""Itu loh, yang Om ngajakin Dhea ganggu cewek yang duduk di kursi pinggir taman, Om bilang gini ke kakaknya ... 'hai, Cantik, mau gak jadi ibu dari anak aku yang lucu ini?' Nah, terus pacarnya dateng bilang gini, 'maaf, Pak Poh, dia pacar saya!' Inget gak, Om?""Hahaha ... iya, om inget, itu yang kamu bohongin om 'kan? Kamu bilang pak poh itu artinya kakak ganteng di bahasa Jawa, tapi ternyata artinya bapak sepuh alias bapak tua! Akhirnya, om malah diledekin juga diketawain sama mereka, gara-gara kamu kerjain, jadi salah mengerti kata pak poh itu!""Hihihihi .... " Aku dan Dhea cekikikan mendengar cerita Reyhan."Padahal om udah seneng banget dipanggil kakak ganteng sama duo abg itu, eh endingnya dikata bapak-bapak juga!""Hahahaha .... " Aku tak bisa menahan tawaku lagi."Dhea, Dhea ... kamu itu pintar. Pint
Read more
Bab 22
 "Aku tak mau Dhea kehilangan sosok papanya lagi, dari itulah aku ingin mendekatkan diriku padanya. Aku menyesal telah kehilangan masa kecilnya," tambahnya lagi."Iya, Mas, aku mengerti." Akhirnya kami terus berbincang menceritakan tentang Dhea dan Diego.Kemudian berjanji akan menjadi orang tua yang baik untuk putri kami, meski tidak bisa bersama sebagai orang tua lengkap yang tinggal satu atap.Tak terasa waktu beranjak malam, kuputuskan untuk meminta diantar pulang. Saat akan bangkit dari duduk tiba-tiba kepalaku terasa sangat pusing dan kantuk hebat menyerangku."Aduh, Mas, kok aku pusing banget ini. Buminya kok bergoyang ya, rasannya?" Kupegangi pelipisku yang terasa teramat pening."Kamu kenapa, Ria? Kamu sakit, ya?" tanyanya sambil mendekat."Gak tau nih, tiba-tiba pusing" Kukedip-kedipan mataku agar kelopak yang terasa berat bisa terbuka. Namun, tetap saja berat, malah mas Dio terlihat ada dua."Kamu ga
Read more
Bab 23
"Kau itu istriku, Ria. Kau untukku dan hanya milikku, bukan milik Reyhan atau siapapun!" Mas Dio berjalan ke arah lemari, lalu mengambil pakaian yang entah milik siapa itu untukku."Ini, pakailah! Aku sengaja menyiapkan baju ini khusus untukmu, Sayang!" Ditariknya bandrol harga pada baju itu hingga terlepas, lalu menarik tubuhku berniat memakaikan.Kutepis kasar tangannya, hingga baju berbahan tipis itu terjatuh."Kenapa, Ria? Apa kau malu jika aku memakaikan baju untukmu? Aku suamimu dan sudah hafal betul dengan bentuk lekuk tubuhmu! Jadi, menurutlah!" ucapnya sambil menyeringai yang membuatku semakin takut."Oh ya, satu hal yang harus kau tahu! Kau pasti berpikir jika kita akan segera bercerai ,kan? Karena kita sudah sama-sama menandatangani surat permohonan perceraian itu. Aku tak mungkin sebodoh itu ,Ria, tak mungkin semudah itu menceraikanmu. Jadi, suratnya hanya kusimpan tanpa diajukan ke KUA ataupun pengadilan
Read more
Bab 24
Dengan alasan Dhea ingin dijemput mamanya, akhirnya Ria mau ikut. Setelah sampai di rumah kuantar dia menuju ke kamar Dhea yang juga milik Diego. Setelah ibu dan anak itu bertemu, lalu kutinggal sebentar ke kamar untuk mengambil obat tidur yang sengaja kubeli kemarin malam.Terpaksa aku harus mengikuti cara kotor Marrisa untuk mendapatkan Ria kembali, karena dengan cara baik-baik meminta dia untuk tetap bersamaku tidak bisa. Dia tetap bersikeras meminta cerai.Sebenarnya aku tahu bahwa Reyhan itu mencintai Ria, sebelum kembali ke sini kami sempat berbicara empat mata. Tentu membicarakan tentang perasaannya pada Ria, bahkan beraninya dia memberi kesempatan padaku untuk membujuk Ria agar kembali. Juga ancaman apabila tidak mau dan lebih memilih cerai, maka aku harus mengikhlaskan wanita yang masih berstatus istriku itu menjadi miliknya.Sungguh negosiasi yang menyebalkan. Jika saja dia bukan atasanku, mungkin aku sudah habis kesabaran untuk menghajarnya. Hanya saj
Read more
Bab 25
"Aku mencintai mas Reyhan, dan aku tidak ingin bersamamu lagi, Mas!" ucapnya sesenggukan saat kami beradu argument.Kata-katanya itu membuatku murka, kutinju dinding kamar untuk melampiaskan kemarahan. Tak kuhiraukan rasa perih ditangan yang sedikit mengeluarkan darah, karena di dalam dada ini rasanya lebih sakit dan lebih perih daripada luka itu.Sebagai pengalih rasa kecewa, kutindih tubuh Ria yang terbungkus selimut itu, lalu saat hendak mencium bibirnya. Tapi, dia malah mengelak dan itu membuatku semakin murka.Beruntung masih kukuasai diri saat teringat telah membelikannya sebuah lingerie. Kuambil pakaian itu dari dalam lemari kemudian memakaikan pada tubuh Ria  tanpa kesulitan dan paksaan karena dia hanya menurut.Ria nampak sexy sekali memakainya, aku yang melihatnya kembali merasa bergairah. Setelah memakai t-shirt kuputuskan untuk pergi ke kamarku sebentar berniat meminum obat kuat yang tak sengaja kupersiapkan juga.Aku menyiapkannya
Read more
Bab 26
***POV Reyhan***Lega rasanya bisa menemukan Ria dan Dhea kembali dalam keadaan baik-baik saja. Untungnya dia telah kuberi hp yang bisa dilacak keberadaannya lewat aplikasi di notebook. Bila tidak, entah aku harus mencari mereka ke mana. Ria itu orangnya nekat dan keras kepala. Susah ditebak pula apa maunya.Tadi aku terpaksa menghindar darinya, dengan alasan ingin beristirahat karena dari semalam belum tidur setelah melakukan perjalanan jauh.Aku hanya tidak ingin mengingatkan dia pada peristiwa yang baru dialaminya semalam. Takut itu akan membuatnya sedih. Dan aku sendiri bingung harus bersikap bagaimana, mengharapkannya salah, meninggalkannya juga salah. Lebih baik sementara saling menata hati saja."Dio, kenapa kau lakukan itu?"Frustasi, kuacak rambut dengan kasar, ingin rasanya marah dan menghancurkan barang-barang yang ada di kamar penginapanku ini, tapi kutahan karena tak ada gunanya. Marah tak akan merubah keadaan, justru pikiran jernihlah
Read more
Bab 27
***POV RIA***"Hai, Mas, maaf aku ganggu!" ucapku setelah melihat Reyhan membuka pintu lebar-lebar."Hai, nggak ganggu kok, ada apa? Mari masuk!" Reyhan mempersilakan ke kamar tempatnya menginap."Terima kasih, ada yang mau aku bicarakan, tapi kita di teras saja, ya!" Aku duduk di kursi teras. Penginapan di sini memang hanya bangunan rumah kecil berisi satu kamar dan kamar mandi, dilengkapi sebuah teras beserta dengan kursi dan mejanya yang menghadap langsung ke laut."Apa yang akan kau bicarakan?" Mata Reyhan menyipit menyelidik ke arahku setelah ikut duduk di kursi kosong sebelahku."Bisa nggak kita batalin acara jalan-jalan nanti malam? Aku sedang tidak enak badan.""Oh, tentu saja bisa. Hanya jalan-jalan saja 'kan gak penting. Udah minum obat apa belum?""Udah, barusan. Mas, boleh nggak aku tanya sesuatu?""Apa?""Mas Reyhan jijik nggak kalau ketemu aku?" tanyaku ragu dengan suara sedikit pelan dan hati-hati.
Read more
Bab 28
Saat tersadar aku sudah terbaring di ruangan yang beraroma obat-obatan. Rupanya Dio membawaku ke klinik yang tak jauh dari rumah, hal itu kuketahui setelah melihat dokter yang merupakan tetangga dekat itu tersenyum."Mbak Ria, sudah sadar? Apa yang dirasakan sekarang?" tanyanya lalu memeriksaku.Aku hanya menganggukkan kepala, karena badanku masih sangat lemah juga kepala terasa berat dan sedikit pusing."Jangan terlalu stres ya, Mbak, asupan makanannya juga dijaga biar ....""Apakah Ria sedang hamil, Dok?" Dengan semangat Dio memotong perkataan dokter."Apa kalian sedang program hamil?" tanya dokter yang bernama Rika itu balik, aku segera menggeleng sedangkan Dio antusias menganggukan kepalanya dengan cepat."Iya, Dok, kami sedang program hamil," ucap Dio asal."Tapi, sayang sekali kalau kondisi Mbak Ria seperti ini, mana bisa program kalian itu berhasil. Yang ada Mbak Ria malah kena penyakit typus kalau jarang makan seperti ini," te
Read more
Bab 29
"Kuharap kamu bisa hadir di pernikahan kami, Ria," imbuhnya lagi."Tunggu, kalian mau menikah? Selamat ya, tapi gimana bisa?" ucapku sumringah disertai penuh rasa ingin tahu."Jadi begini, Nina lah yang selama ini selalu menghibur dan menguatkanku. Dia yang telah menyadarkan tentang kenyataan hidup, terutama menerima keputusanmu. Semua perhatiannya membuatku luluh dan merasa nyaman saat bersamanya, dan beruntungnya ternyata dia juga telah lama menyimpan perasaan padaku, lelaki bodoh ini," terang Dio sambil tertawa lalu memandang wajah Nina."Ah, mas Dio ini, bisa saja, aku 'kan nggak tega lihat kamu frustasi!" kelakar Nina sambil mencubit pinggang Dio, dia terlihat malu, pipinya bersemu merah sebelum menunduk."Mungkin memang kalian telah berjodoh, gak ada salahnya, kan? Oh ya, Diego mana kok dari tadi gak kelihatan?" Aku celingukan mencari sosok bocah kecil menggemaskan yang dari tadi tak kulihat keberadaannya itu."Diego telah dibawa Marissa dan
Read more
BAB 30
"Jaga dan bahagiakan dia, Mas. Jangan pernah sakiti hatinya, dia sep--"Sebuah ciuman mendarat di bibirku, membuat terkejut sampai lupa dengan kelanjutan ucapan yang belum kuselesaikan itu.Kudorong tubuh Mas Reyhan kuat-kuat setelah rasio kembali terkumpul. Ini yang pertama dilakukannya padaku sehingga cukup canggung sekaligus emosi dibuatnya."Mas, apa yang kaulakukan?" bentakku padanya sambil tersengal menata napas dan gemuruh di dada, jantungku berdegup sangat kencang."Maaf, Ria, aku terbawa suasana, aku terlalu merindukanmu hingga tak sadar telah ... menciummu.""Kamu sudah berubah, Mas!" Merasa kesal aku mencoba membuka pintu mobil berusaha untuk keluar. Namun, pintunya sudah otomatis dikunci oleh Mas Reyhan membuatku kembali terdiam menahan amarah."Maaf, Ria, aku tidak sadar melakukannya. Maafkan aku!" Reyhan kembali memegang tanganku."Tapi, bukan begitu caranya, Mas!" Air mataku menetes, entah apa yang kurasakan saat ini. R
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status