Semua Bab My Peaches: Bab 11 - Bab 20
35 Bab
11. Lea
Lea terdiam di sebuah ruangan  serba abu-abu dengan mata menahan tangis. Tak hanya dia, beberapa orang di sana juga sedang gelidah menunggu seseorang yang sebentar lagi akan datang untuk memberi berita. Entah apa itu, yang jelas nasib meraka yang di ruang tersebut sedang di ujung tanduk.“Le,” panggil seorang cowok klimis di samping Lea.“Ngapa?”“Bagaimana, ya, Le?”Lea masih belum mau menatap siapapun, ia hanya tertunduk seraya memainkan jari-jarinya, “Apaan, sih? Nggak jelas banget lo.”“Nasib kita. Gue sedih, nanti buat pulang kampung bagaimana kalau kita semua di pecat.”Ya. Permasalahan seorang k
Baca selengkapnya
12. Secangkir kopi
Senin. Hari di mana semua aktifitas bermula. Semua kerjaan dari hari ke hari menumpuk di hari tersebut. Lagi-lagi Evan di tegur oleh Oliver untuk segera menyelesaikan proyek cafe baru yang tengah ia kerjakan. Tetapi bukan Evan namanya jika tidak punya ide B. Diam-diam proyek itu sudah selesai berkat bantuan tangan kanannya Evan, Renatta dan dua orang karyawan terpercayanya. Bukan Evan malas, lantaran ia juga memiliki bisnis sendiri di luar perusahaan Gtama Group itu. Cuan yang Evan incar sampai-sampai beberapa hari lalu ia melewatkan kunjungannya ke proyek cafe tersebut.“Bagaimana? Lusa kita siap  buka cafe baru itu?” Pertanyaan serius itu mengarah kepada Renatta.“Siap, Pak. Semua karyawan baru juga sudah saya rekrut, tetapi masih kurang satu karyawan wanita lagi.”
Baca selengkapnya
13. Needed
"Aku membutuhkan ini, Latasha.” Napas Latasha seketika berhenti, ia tidak tahu harus berbuat apa. Takut jika ada salah satu karyawan yang mengetahui perbuatan mereka, pasti Latasha lah yang akan di cap buruk. Akan di cap wanita murahan atau penggoda. Mana ada yang percaya bukan jika Latasha dan Evan dulunya pernah kenal? Bahkan Oliver sendiri pun tidak pernah tahu jika anaknya pernah pacaran atau tidak.Latasha melepaskan pelukan Evan, ada desiran kecewa yang Evan rasakan tetapi ia masih bisa bersikap biasa saja.“Maaf, Van… t-tapi ini kantor. Aku takut kalau—-““Oke. Kamu boleh keluar dari ruangan saya.”Latasha menghel napas, tidak begitu terkejut melihat Evan yang tiba-tiba berubah menjadi dingin. Evan yang sekarang memang tid
Baca selengkapnya
14. Beginning for us?
Setelah kegiatan diam-diam itu akhirnya makan malam yang Latasha buat telah siap. Sebelumnya ia sudah menyuruh Evan untuk pulang saja, wanita itu merasa tidak pantas memberi hidangan yang amat sederhana kepada anak konglomerat seperti Evan, di tambah rumah kecil Latasha tidak memiliki meja dan kursi makan, yang membuat mereka harus duduk lesehan beralas permadani yang mulai lusuh. Tetapi Evan tetaplah Evan, apa yang dia mau harus terlaksanakan. Mungkin selagi itu masih Latasha oranganya, lelaki tampan itu tidak akan mempermasalahkan.“Makanan ini enak, seumur-umur aku baru coba masakan kamu,” komentar Evan saat melahap sayurnya.Gaitha yang di sampingnya tersenyum girang mendengar komentar Evan. Ia memahami kalau Evan sedang memuji mamanya.“Mama masaknya enak, Itha suka bawa sekolah,” sahut bocah itu.
Baca selengkapnya
15. Lily
"Bolehkah kita memulai dari awal lagi?”Latasha tidak bisa berkutik jika tubuhnya sudah dalam pelukan Evan. Tetapi karena ini adalah kantor, wanita itu mencoba untuk melepaskannya dengan lembut.Ada rasa kecewa di mata Evan, tetapi ia masih pandai menyembunyikan hal itu. Beberapa detik setelahnya lelaki itu langsung menyodorkan ciuman ke leher putih Latasha. Sontak wanita itu menghindar yang membuat Evan lagi-lagi kecewa, hanya tawa renyah yang menjadi pengganti susana.“M-maaf Evan, tapi ini kantor aku takut kal—““Ya, aku paham. Sorry.”“Aku permisi dulu.”“Wait, kamu belum jawab pertanyaan aku.”Latasha m
Baca selengkapnya
16. Save The Date
Latasha berusaha memenuhi janji Evan. Mungkin tidak ada salahnya untuk bisa memulai dari awal bagu kedua sejoli itu. Evan merasa yakin jika dirinya masih mencintai Latasha, hanya saja terhalang oleh rasa bersalah dan kehidupan Evan yang bebas. Membuat dirinya sulit untuk memilih. Satu sisi, Evan belum bisa meninggalkan dunia malamnya bersama Tan dan para wanita yang pernah ia tidurinya. Tetapi dengan Latasha, lelaki itu seperti tidak mau pisah untuk kedua kalinya. Sayangnya, Latasha  masih belum tahu kehidupan Evan yang sebenarnya.“Evan, kita mau kemana? Aku nggak mau Gaitha nungguin aku lagi.”“Santai Latasha, aku udah memikirkan tentang anakmu. Dia akan baik-baik aja.”“Maksudnya? Aku nggak mau telat lagi
Baca selengkapnya
17. Pendekatan
Malam penuh kejuatan bagi Evan, sedari tadi ia tidak bisa berhenti tersenyum. Tan yang melihat itu sedikit aneh sejak pertama kali kedatangan sabahatnya ke club malam ini.“Lo kenapa? Abis threesome?”Evan terkekeh, ia melempar cemilan kepada Tan hingga lelaki itu reflek menghindar.“Lebih dari threesome?”Tan mengerutkan keningnya, “Keroyokan?”“Lupakan!”“Kita hampir seminggu nggak ketemu, sekarang lo dateng dengan senyum-senyum kaya gitu?”Evan tidak langsung menjawab, melainkan menyapu pandangannya ke arah club yang semakin malam semakin ramai. Sepulang dari resto bersama L
Baca selengkapnya
18. Datang Kembali
Sampai di taman dekat cafe, tak henti-hentinya Evan bertanya kenapa celana adikknya bisa di Lea? Evan berpikir kalau semalam mereka habis tidur bareng. Tentu saja itu di tepis oleh Latasha dengan cubitan mautnya, tidak mungkin Lea seperti itu.“Bocah ingusan itu mudah dekatin cewe, aku rasa Lea harus berhati-hati.”“Kamu juga. Aku harus berhati-hati.” “Apa maksudmu?”Latasha terkekeh, “Aku bercanda Evan.”“Mama! Itha mau main itu,” tunjuk bocah itu ke arah ayunan. “Oke, ayo mama temenin.” Sementara itu Evan memilih duduk di kursi yang tak jauh dari area bermain.
Baca selengkapnya
19. Ancaman
Nih.”Lea memberi paper bag cokelat itu kepada Erick dengan raut wajah tak suka. Ia tidak perduli seberapa kaya cowok ingusan di depannya sekarang, Lea benar-benar tak habis pikir dengan anak manja itu.Erick tersenyum devil, ia mengambil paper bag itu dari Lea dengan modus sambil menyentuh tangan Lea. Sontak membuat gadis itu menarik tangannya jauh-jauh dari Erick.“Nama Bapak siapa? Maaf kalau saya—““Gue masih muda! Kuliah baru semester satu udah di panggil Bapak!”“Sorry.”Erick langsung menyodorkan tangannya, “Gue Erick Fernando Geutama.”Lea terdiam sebentar, mengingat-in
Baca selengkapnya
20. Malapetaka
“Sepeninggal saya keluar kota nanti, saya ingin seminggu dua kali kalian mengirim progress pekerjaan yang saya berikan.”Oliver memerintah di ruangannya. Banyak hal yang ingin ia kerjaan di sana termasuk menghandle rencana bisnis yang sudah Evan rencanakan dengan beberapa perusahaan. Oliver ingin turun tangan karena hal tersebut tentu saja berkaitan dengan perusahaan yang di pimpinnya. Tugas Evan hanya menghandle kantornya saat ini dari teror Nayla. Tentang pelacur itu, tentu saja Oliver tidak mengetahui latar belakangnya, Evan sudah membungkusnya dengan rapi agar reputasinya juga tidak jelek. “Evan…”Evan menatap Oliver dengan datar, tetapi tidak bisa menutupi pandangan kekhawatiran itu. “Saya beri waktu tiga hari untuk menyelesaikan kabar buruk ini. Minimal, orang tersebut sudah jera.” Sambung Oliver. Evan mengangguk, ia melirik ke arah Naufal dan Rei untuk segera mengerjakan tugas yang sebelumnya ia berikan. Kemudian, kedua lelaki itu pergi dari r
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status