Semua Bab Jerat Cinta Pria Pertama: Bab 1 - Bab 10
47 Bab
Kejutan
  (Assalamualaikum Nia, apa kabar? ini Hana, kamu di mana ni?) Rania kaget dengan panggilan yang diterimanya sore itu, tumben Suhana menghubunginya jam segini. Dia juga masih di kantor sedang menyiapkan laporan hasil meeting dengan manager bagian di perusahaan suaminya karena seminggu ini suaminya, Harris Iskandar harus pergi ke Kuala Lumpur untuk meeting dengan klien serta relasi bisnisnya, sekalian pulang kerumah keluarganya yang berada di kota itu.   "Waalaikumussalam Hana, Alhamdulillah aku sehat, ada di kantor, eh tumben call aku jam segini, kamu gimana kabarnya?" Rania menghentikan tarian jarinya di keyboard dan duduk bersandar fokus pada obrolannya dengan Suhana, sepupu Harris suaminya.   (Alhamdulillah i sehat, sengaja ingin tanya kabar mu, kenapa tak ikut Abang Is balik KL nih?)   "Mmmmm, banyak banget kerjaan di kantor, tahu sendirilah perusahaan IMF group tengah ada dipuncak kejayaan. Jadi kami ba
Baca selengkapnya
Luka tak berdarah
Suhana masih menggenggam erat tangan Rania, bahu gadis itu bergetar menahan tangis, hatinya pedih mendengar butir demi butir kalimat yang menyusup ke telinga, memang suara tangisnya tidak terdengar, dia mati-matian menahannya, tapi air mata tidak mampu lagi untuk disembunyikan, soal rasa kecewa jangan lagi ditanya, sakit jangan lagi dikira, pertikaian orang-orang itu membuat tulang-tulang Rania seakan lembek tanpa tenaga. 'Sampai hati kamu Abang, sampai hati.' rintih hatinya penuh luka.“Nia, sabar.” ucapan lirih dari Suhana membuat Rania semakin pilu, dia tidak punya siapa-siapa lagi untuk mengadu kecuali Suhana sekarang ini. “Hana, bawa aku pergi dari sini.” Rania memohon pada Suhana. Ia tidak akan mampu untuk mendengar lebih jauh, rasa hatinya bagai diiris dengan sembilu.“Tidak, Nia, Abang Harris harus tahu kamu ada dekat sini, takkan kamu tak mau bicara dengan dia? Lebih baik minta penjelasan dengan dia secara langsung. Biar semua jelas dan clear.” Suhana memberi saran dan pertim
Baca selengkapnya
The Explanation
Harris menghubungi Suhana, dia yakin Rania sedang marah padanya sekarang, dan dia juga yakin Suhana tahu tentang keberadaan istrinya di mana.Setelah beberapa kali deringan, panggilan diangkat.(Assalamu'alaikum, iya Abang, ada apa?)“Waalikumussalam, Rania mana, istri aku mana?”(Wait Abang, itu 'kan istri Abang, kenapa tanya pada Su?)“Jangan berpura-pura tidak tahulah Su, malam tadi Su ada bawa Nia ke sini 'kan?”(Kata siapa Abang?)“Abang tak butuh bantahan, yang Abang inginkan adalah jawaban, di mana Rania sekarang!” Suhana tertawa kecil mendengar suara Harris yang meninggi.(Mana Su tahu? Nia 'kan istri Abang, call ponsel dia, ada nomor dia kan? Atau Abang yang terlalu asik enjoy dengan betina itu sampai Abang Is lupa bini sendiri di mana!) Suara Suhana semakin meninggi tidak mau kalah dengan Harris.“Jangan kurang ajar dengan Abang, Su! Ini last warning! Di-ma-na-is-te-ri-Abang?” Tut Tut Tut... Panggilan diakhiri, Harris melempar ponselnya di atas kasur, dia kusut saat ini, te
Baca selengkapnya
Kesepakatan Dua Keluarga
Harris pergi meninggalkan rumah Suhana, dia bingung karena tidak berhasil berbicara secara baik-baik dengan istrinya, malah berakhir dengan pengusiran oleh sang istri, di kediaman keluarganya pula sekarang dia sedang ditunggu oleh keluarga Safina, pasti penentuan hari pernikahan, kusut! pikiran Harris benar-benar kusut dan kacau saat ini, dia memukul setir mobilnya dan berteriak keras, urusannya makin runyam hanya karena kesalahan yang telah ia lakukan beberapa hari lalu. Dulu dia separuh mati mencintai Safina, mereka sempat bertunangan dan hampir menikah, tapi Safina mendapatkan tawaran kontrak modelling dengan sebuah Model Agency ternama di USA, Safina meninggalkannya tanpa berpikir panjang karena modelling adalah dunianya, ia bahkan merelakan Harris untuk menyerah tanpa memperjuangkan ikatan mereka, Harris frustrasi dia sempat terluka dan membawa diri ke Australia, hingga ayahnya, Dato' Jamal membuka cabang perusahaan di Indonesia, perusahaan yang bergerak di bidang ekspor impor da
Baca selengkapnya
Barbaik lagi
Harris menoleh mencari sumber suara yang baru saja didengarnya, suara istri tercinta.Dia berjalan menuju ke arah Rania yang sedang berdiri membelakanginya sambil melipat tangan di depan dada, Rania sedang memandang ke arah taman tempat bermain anak-anak di samping rumah Suhana. “Kenapa tidak mau jumpa Abang? Abang mau jumpa Nia, Nia istri Abang jadi Abang ada hak untuk jumpa Nia.” jangan panggil Harris kalau tidak suka bermain kata. Harris terus berjalan mendekati istrinya dan memeluk tubuh ramping itu dari belakang, dia rindu dengan istri cantiknya. Rania tegang seketika, selama seminggu tubuh gagah dan hangat itu tidak menyentuhnya, dia juga rindu dengan suaminya, dia rindu bisikan manja dan menggoda tiap kali mereka bersama. Tapi tubuh ini juga baru saja memeluk wanita lain. Seketika itu Rania mencoba melepaskan lengan Harris yang erat memeluk perutnya. “Lepas, Abang!” air matanya jatuh, terasa pedih hatinya, membayangkan Harris bermesraan dengan Safina. Tapi tubuhnya lemah untuk
Baca selengkapnya
Dating Dengan Suami
Kediaman Dato' Jamal Datin Maria menyiapkan sarapan untuk semua penghuni rumah besar itu dibantu oleh asisten rumah tangganya, Nenda dan Atuk sedang mengambil udara segar di taman belakang yang luas dan asri. Sementara Dato' Jamal menikmati secawan kopi sambil membaca koran di teras depan. “Is tak kelihatan dari tadi, ada nampak Harris tak Santi?” Datin Maria bertanya pada Santi, asisten rumah tangganya. “Saya tidak tahu Datin, tapi mobil beliau tidak ada di depan.” Santi menjawab pertanyaan majikannya sambil sibuk mencuci piring dan mangkok di wastafel. Datin Maria memindahkan nasi goreng yang sudah masak ke dalam wadah saji, buah yang sudah selesai dipotong disusun di atas piring, air teh juga sudah terhidang di atas meja makan.“Tolong panggil Shofie di atas ya Ti, cakap sarapan sudah siap.” “Baik Datin.” Sepeninggal Santi, Datin Maria pergi ke teras depan untuk memanggil suaminya. “Is mana? tak makan sekali?” Nenda bertanya ketika melihat tidak ada Harris di meja makan. “Kel
Baca selengkapnya
Your Turn
Rania menatap ke arah suaminya, dalam hatinya berharap janganlah suaminya itu melihat Safina dan Suhaiza di sini. Atau sebaliknya dua wanita itu melihat Harris, bisa runyam dan gagal acara berduaan dengan sang suami. Rania menutup sebagian wajahnya dengan jilbab yang dipakai, hanya menampakkan matanya saja, dia bernapas lega saat dua wanita itu hanya melewatinya saja. Mereka leka dengan obrolan yang serius sehingga tidak memperhatikan sekelilingnya. “Hei, tengok apa tuh, Sayang?” Harris datang di depannya dengan dua buah gelas berisi air dan satu box kecil popcorn, sementara tangan satunya memegang tiket bioskop untuk dia dan sang istri. Harris meraih tangan Rania dan mengajaknya untuk duduk di sebuah bangku kosong di sudut luar gedung bioskop itu. “Kita tunggu di sini sebentar ya, filmnya sepuluh menit lagi baru mulai.” Harris menggenggam tangan istrinya.“Masuk sekarang dong Bang, nanti nggak dapat tempat duduk di depan,” “Relax Sayang, percaya sama Abang.” Setelah menunggu lim
Baca selengkapnya
Empedu Di Balik Rindu
  Mature content Tubuh Rania meliuk-liuk menerima sentuhan sensual dan memabukkan dari tangan suaminya, serangan-serangan mematikan dari Harris membuatnya bergerak seperti cacing kepanasan, menginginkannya lagi dan lagi.  Sementara Harris yang memang sudah seminggu lebih tidak menyentuh istrinya seperti seorang pengembara di padang pasir yang baru saja bertemu dengan oase, menikmatinya dengan sepuas hati.    “Sayang, Abang rindu tau.” “Tak tau, hahaha, pelanlah Bang. Ngilu.” Karena geram dengan Rania yang sengaja meledeknya Harris bergerak lebih cepat dan menghujam lebih dalam. Mendayung dan menghentak sekuat tenaga. Rania meringis antara ngilu dan nikmat. “Rasain! suka banget kan bikin Abang geram. Auh ... Abang mau keluar, Sayang.” “Yes ... , sama, Nia juga, ... aaaah.” erangan dan suara-suara sensual dari mereka berdua menambah panas suasana dalam kamar itu.   Mereka b
Baca selengkapnya
SIM (Suamiku Izin Menikah)
Bagai disambar petir, hati Rania hancur, tulang belulangnya seakan lemas untuk menopang tubuh mendengar ucapan dari mulut Harris, Rania mengangkat wajah memandang suaminya dengan mata berkaca-kaca.  “Maksud Abang apa?” “Abang harus menikahi Safina.” “Harus? lalu Nia?” “Nia tetap akan jadi istri abang.” “Selfish! Abang selfish!” Rania sudah tidak mampu menahan lagi deras airmata yang mengalir.    Harris mengacak rambutnya frustasi. Dia kembali meraih tangan istrinya yang tadi sudah terlepas dari genggaman. “Tolong mengerti Abang.” “Abang yang harusnya mengerti perasaan Nia, maaf, Nia tidak sanggup kalau harus berbagi suami. Nia tidak mau hidup bermadu.” Rania menarik tangannya, tidak mau disentuh oleh Harris, hatinya sakit. Perlakuan manis Harris tadi malam rupanya hanya drama saja, dia menyangka masalah Harris dengan Safina sudah selesai dan mereka tidak jadi menikah, dipikirnya tadi malam adalah
Baca selengkapnya
Berkorban
 Semua mata tertuju pada sumber suara, tampak Rania sedang berdiri di sebelah ibu mertuanya yaitu Datin Maria. Harris yang merasa tidak percaya langsung menghampiri istrinya.  “Are you serious, Sayang?” tangan istrinya diraih dan dibawa duduk di sofa, di sana sudah ada keluarga yang lain. Rania tidak menjawab pertanyaan Harris tidak juga mau melihat wajah sumringah suaminya.    “Terima kasih sudah memudahkan semuanya Sayang.” tangan Rania diciumnya lama. Datin Maria tersenyum sinis, dia merasa sudah menang, akhirnya permintaan dan permohonannya pada Rania waktu di bilik Harris tadi ditunaikan oleh menantunya itu.    FLASHBACK   Rania segera keluar dari dalam kamar mandi setelah mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar, pintu kamar dibuka, tampak Datin Maria sedang berdiri sambil tersenyum padanya.  “Mama.” “Boleh Mama masuk?” “Eh, tentu boleh, sila masuk Ma, ada
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status