All Chapters of Di Bawah Langit Senja: Chapter 81 - Chapter 90
95 Chapters
BAB 81
Tak menunggu terlalu lama, akhirnya Wawan datang, setelah berpamitan dengan bu Siti, keduanya langsung menuju ke kantor polisi.Setelah melewati pos jaga, mereka di arahkan ke unit Kriminal."Selamat siang, pak. Saya mau melapor" kata Dhani kepada petugas."Duduklah" kata petugas itu.Setelah Dhani menceritakan permasalahannya, petugas itu mengangkat telepon dan melaporkan ke atasannya.Tak beberapa lama, seorang petugas lain menghampirinya dan berkata,"Kau ikutlah bersamaku, pimpinan sudah menunggumu""Sementara temanmu tetap disini" lanjutnya sambil memberi isyarat ke arah Wawan.Dhani segera berdiri dan mengikuti petugas yang menjemputnya, mereka lalu masuk ke sebuah ruangan yang hanya ada sebuah meja berbentuk persegi. Sementara lelaki berkumis telah duduk menunggunya, di sampingnya ada petugas lain yang duduk sambil menghadap ke laptop."Duduklah" kata petugas berkumis dengan nama Julianto terpampang di dada kiriny
Read more
BAB 82
Dhani menjabat tangan Julianto sebelum keluar dari ruang pemeriksaan,"Kau harus siap jika suatu saat dipanggil kembali untuk dimintai keterang" kata Julianto sebelum pergi."Siap, pak" kata Dhani yakin.Lalu dia keluar dari ruang pemeriksaan dan menghampiri Wawan yang masih menunggunya di ruang depan."Udah selesai, Dhan ?" tanya Wawan penasaran.Dhani mengangguk."Selanjutnya kamu mau kemana?" tanya Wawan lagi sambil berdiri."Kita pikirkan lagi sambil makan, sebaiknya kita pergi dulu dari tempat ini""Baiklah" kata Wawan tanpa berkata-kata lagi."Keduanya lalu segera meninggalkan kantor polisi dan pergi ke arah rumah makan yang dulu Dhani bersama Carine makan.Sementara Carine dan Suradinata yang masih berada di rumah sakit baru saja menerima makanan yang dipesannya.Keduanya tampak tak saling bicara, hingga terdengar suara ponsel Carine berdering."Ponselmu berdering, apakah kau tak ingin mengang
Read more
BAB 83
Sebenarnya Yudha bisa saja membenarkan anggapan Carine, dia bisa mengambil keuntungan dari situasi saat ini, meskipun dia tidak akan menuntut Dhani, namun setidaknya bisa membuat Carine membenci Dhani dan menjauhinya, namun dia tak selicik itu."Tapi aku yakin bukan, Dhani pelakunya"Mendengar ucapan Yudha, Carine menatap Yudha dengan serius."Tapi aku melihat kau bertengkar dengan Dhani, bukankah waktu itu aku menelponmu, dan kau mengatakan melihat Dhani sedang minum dengan teman-temannya di cafe yang sama"."Orang yang kau lihat memukulimu memang bukan Dhani, tapi preman suruhan Dhani. Bukankah begitu ?"Yudha kembali menarik nafas, dia membalas genggaman tangan Carine yang dari pertama datang masih menggenggam tangannya dengan lebih erat."Kejadian sebenarnya tidak seperti itu, aku berbohong kepadamu waktu mengatakan tidak sengaja melihat Dhani sedang minum di cafe itu.""sebenarnya akulah yang menyuruh Dhani menemuiku, ada urusan
Read more
BAB 84
Dalam sehari, berbagai peristiwa terjadi begitu saja. Carine merenung memikirkan peristiwa demi peristiwa yang telah dilaluinya, mulai dari merobek-robek majalah dinding kampus, menampar dan memaki Dhani, hingga kesaksian Yudha yang mengatakan Dhani tidak bersalah."Dasar bodoh" maki Carine kepada dirinya sendiri sambil memukul-mukul kepalanya sendiri."Kenapa aku bisa seceroboh ini"Memikirkan hal itu, Carine segera mengambil ponselnya, dia menelusuri satu demi satu kontak telponnya."Bahkan aku tak punya nomer Dhani" gerutu Carine yang putus asa.Carine hampir saja melempar ponselnya ke tempat sampah di sudut kamarnya, namun fikirannya tiba-tiba teringat Idha."Rumah kost Idha tak jauh dari Dhani, lagi pula Idha juga dekat Dhani, mungkin dia punya informasi tentang Dhani" kata itu yang terlintas dalam benak Carine.Carine mencari nama Idha di daftar kontaknya, setelah menemukannya, dia segera menekan tombol panggil."Hallo, C
Read more
BAB 85
Seminggu setelah peristiwa yang menggegerkan Universitas telah berlalu, namun obrolan kejadian saat itu masih menjadi trending topik di lingkungan kampus. Meskipun secara hukum Dhani sudah terlepas dari tuduhan, pada kenyataannya birokrasi di universitas sangatlah lambat, surat penonaktifannya sebagai mahasiswa belum dicabut. Sehingga wajar jika sampai saat ini Dhani belum sekalipun menginjakan kakinya di kampus.Bagi Dhani, menjalani skorsing dari kampus bukan sesuatu yang besar, pada kenyataan, dia lebih suka menghabiskan waktunya dengan memulai membuka usaha jasa pengantaran barang.Namun berbeda dengan Carine, kealpaan Dhani selama seminggu terakhir membuatnya semakin terusik. Bahkan ketika dia menikmati makan siangnya di kampus, telinganya seperti mendengar orang-orang yang berbisik membicarakannya."Hai, Cantik. Makanan kok dianggurin" goda Joshua yang tiba-tiba sudah duduk di depan Carine"Carine yang dari tadi hanya memainkan sendok di piringnya t
Read more
BAB 86
"Maksudmu ?""Siapa yang kekanak-kanakan" tanya Wawan ingin menegaskan."Ya siapa lagi kalau bukan Dhani" jawab Carine kesal.Mendengar jawaban Carine, Wawan menatap Carine dengan sinis seraya berkata,"Coba jelaskan dimana letak kekanak-kanakannya ?""Secara pribadi, Dhani juga punya kehidupan di luar kampus ini, yang artinya dia juga punya banyak hal yang harus dikerjakan selain mengurus pecinta alam. Jadi sepenuhnya dia punya hak jika ingin melepaskan jabatan ketua pecinta alamnya jika dia merasa tak bisa menjalaninya""Sebagai teman, tentu aku mendukungnya, setidaknya menghormati keputusannya"Mendengar penjelasan Wawan, Carine tak bisa untuk tak berkata,"Itu hanya alasannya saja, kan. Alasan utamanya pasti karna perselisihannya denganku."Wawan tersenyum sinis."Kau kira kau ini siapa ?Meskipun kasus pemukulan yang dialami Yudha belum selesai, namun Dhani terbukti tidak bersalah,Jika kau berp
Read more
BAB 87
Carine berjalan dengan gontai meninggalkan kampus, lalu dia duduk termenung sendiri di halte menunggu taksi online yang dari tadi susah di dapatkan melalui aplikasi pemesanan.“Apakah kau sedang kurang sehat, Carine?” tanya Ulfa yang tanpa di sadari Carine sudah berdiri di hadapannya.Carine menatap ke arah Ulfa,“Enggak, Cuma dari tadi kesel aja, pesen taksi online belum dapat-dapat” jawab Carine.Ulfa tersenyum lalu duduk di sebelah Carine.“Ini masih siang, kenapa kau buru-buru pulang?”“Aku tidak ada kegiatan, jadi aku rasa aku akan pulang lebih cepat”“ow ...” ucap Ulfa singkat,“Kenapa?” tanya Carine yang melihat reaksi Ulfa.Ulfa menghela nafas,“Sebenarnya aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke taman Maerakaca, di sana asik tempatnya”“Oh ya?” tanya Carine bersemangat“Seperti apa tempatnya?&rdq
Read more
BAB 88
“Kamu udah sering kesini, Dha?” tanya Carine ketika mereka sudah turun dari taksi dan berjalan menuju pintu masuk. “Enggak juga,” ucap Ulfa seraya menunjukan kartu langganan kepada petugas tiket masuk. Keduanya kembali berjalan ke arah wahana. “Tapi ada satu tempat yang paling sering aku kunjungi,” ucap Ulfa melanjutkan. Carine memperhatikan ucapan Ulfa dengan seksama, “Apa itu, Dha?” “Hutan Mangrove, tempatnya asri banget, setelah seharian kita disuguhkan hiruk pikuk kota Semarang, belum lagi cuaca yang begitu panas mirip di dalem Oven, hutan Mangrove ini cocok banget, Carine!” “Sekarang aku akan membawamu ke sana.” “Oh ya... untuk sampai ke hutan Mangrove, ada dua pilihan untuk menuju kesana, kita bisa berjalan kaki diatas jembatan kayu yang membentang di atas danau” “Danau?” tanya Carine yang merasa heran. Melihat sikap Carine yang benar-benar seperti orang bodoh, Ulfa berkata, “Wah... ternyat
Read more
89
Pernah kita lalui semua, jerit tangis, canda tawa Kini hanya untaian kata, hanya itulah yang aku punya Tidurlah, selamat malam, lupakan sajalah aku Mimpilah dalam tidurmu bersama bintang -Drive, “Bersama bintang”   Matahari hampir tenggelam ketika Carine dan Ulfa keluar dari taman Maerakaca, “Setelah dari sini, kau mau kemana, Fa?” “Tentu saja pulang, lah” “Bagaimana kalau menginap di rumahku,” ucap Carine mengusulkan. Ulfa berpikir sejenak, “Ayolah, sekali-kali kau menginap di rumahku, kita bisa bercerita sepanjang malam,” bujuk Carine. “Lagi pula, aku rasa kita akan kesulitan mendapatkan taksi dari tempat ini, aku akan menghubungi Pak Min untuk menjemput kita di sini.” “Baik lah,” ucap Ulfa akhirnya setuju. Carine mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya, sesasat kemudian dia melakukan panggilan kepada pak Min, Sopir
Read more
90
Dhani seperti menafikan keberadaan Carine, bahkan ketika Mat Codet menghampiri Carine dan Ulfa, dirinya menyibukan diri dengan lembaran kertas faktur yang diambil dari dalam tasnya.“Kalian tidak apa-apa?” tanya Mat Codet ke arah Ulfa dan Carine.Ulfa yang masih syok karena ketakutan hanya mengangguk, sementara Carine seperti tak mendengar ucapan Mat Codet, matanya masih menatap kosong  ke arah Dhani.Ulfa yang menyadari tatapan kosong Carine, menarik-narik baju Carine untuk menyadarkannya.“Eh ... Iya Om, kenapa?” ucap Carine tergagap.Matt Codet hanya menggeleng-gelengkan kepalanya,“Mantap kali kau, Dhani! Bisa bikin perempuan cantik ini terpana,” seloroh Mat Codet dengan logat khasnya.Dhani hanya tersenyum kecil sambil berjalan menuju ke dalam mini market.“Aku selesaikan dulu dokumen pengirimannya, Bang! Abang mau minum apa?” ucap Dhani yang sudah berada di ambang pintu
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status