All Chapters of LOVE KILLA: Chapter 11 - Chapter 20
70 Chapters
SAHABAT
***Pukul 13.00 WIBIbukota terlihat diguyur hujan siang ini. Beberapa orang terlihat berlari dengan terburu-buru. Mencoba mencari tempat berteduh di pinggiran toko atau tempat terdekat. Seorang wanita muda terlihat menatap hujan dari dalam toko gaun pernikahan bernama Kizura's Wedding Dress sambil berdiri. Sesekali matanya memperhatikan tetesan air hujan yang menempel di kaca toko. Sedang ia bertopang dagu. Pikirannya terbang entah kemana."Kenapa melamun kayak gitu? Lagi mikirin pacar kamu, ya?"Suara seseorang menyapanya dari belakang. Membuat wanita itu sedikit tersadarkan dari pikirannya. Kini, di depannya berdiri seorang wanita berusia 26 tahun yang sedang tersenyum jahil kepadanya. Wanita itu ikut tersenyum menyadari tingkah jahil atasannya."No, mrs. Kizura. Aku hanya senang melihat hujan," balas wanita muda itu sambil ikut tersenyum.Wanita di depannya kini mulai menyipitkan kedua matanya. Memperhatikan setiap inci tubuh karyawan di
Read more
AWAN
***Rumah sakit MirantiPukul 09.00 WIBBina terlihat berjalan dengan santai di depan parkiran rumah sakit. Ditangannya, ada seikat bunga krisan berwarna ungu. Ia berjalan masuk dan melangkahkan kakinya menuju resepsionis, seperti biasanya. "Apa ada yang bisa kami bantu?" Tanya seorang wanita di belakang meja resepsionis."Aku mau bertemu dengan pasien khusus dokter Je." Bina menjawab dengan wajah yang ceria. Wanita dibalik meja resepsionis terlihat menge-cek jadwal dari layar komputer. Bina menunggu sambil melihat-lihat orang yang berlalu-lalang di sekitarnya. Kebiasaan lama yang masih saja menjadi kegiatan favoritnya sampai sekarang. Matanya lalu menangkap sosok yang ia sedang cari sejak tadi. Sedang berjalan menuju taman rumah sakit dengan kursi roda yang biasa ia pakai.Seolah terhipnotis, Bina berjalan mengikuti orang itu. Mengekor di belakangnya dengan hati-hati. Pikirannya hanya terfokus pada pria yang duduk di atas
Read more
PERINGATAN
***Bina mengikuti langkah dokter Je yang mempercepat langkahnya jauh di depan. Ia lalu memutuskan untuk berlari, mengejar dokter muda itu. Kejadiannya terjadi begitu cepat. Beberapa detik yang lalu, dokter muda itu menangkap basah ia dan pasien khususnya yang sedang mengobrol. Lalu wanita itu langsung menatapnya dengan tajam, lalu pergi begitu saja dari tempat itu.GREPPBina berhasil meraih lengan dokter Je. Dokter muda itu refleks menghentikkan langkahnya seiring dengan cengkraman Bina di lengannya yang semakit menguat."Aku tidak mengerti kenapa kau se-marah ini, padahal aku hanya mengobrol dengannya, dokter Je."Ucapan Bina membuat dokter muda itu mengembuskan napas kesal. Jesselyn berkacak pinggang. Wanita itu menundukkan kepalanya. Terlihat berpikir sebentar. Bina bisa melihat kalau sahabat pamannya itu terlihat frustasi. Setelah terdiam selama hampir sepuluh menit, Jesselyn kembali mendongakkan kepalanya. Menatap Bina dengan tatapan yang ta
Read more
KUNJUNGAN BIASA
*** Pukul 10.00 Rumah sakit Miranti Seorang wanita terlihat berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Di tangan kanan-nya ada sebuket kecil bunga Krisan ungu. Wanita itu terlihat berpakaian sederhana, namun masih tetap menawan seperti biasanya. Kaos putih lengan pendek yang dipadukan dengan jaket jeans biru tua sepanjang pinggangnya dan celana jeans panjang dengan warna yang senada dengan jaketnya. Rambut hitamnya ia atur dengan gaya kuncir kuda setengah. Membuatnya tetap terlihat anggun meskipun style berpakaiannya yang sedikit tomboy. Langkahnya terhenti di depan sebuah kaca berukuran sedang yang memperlihatkan keadaan di dalam ruangan bertuliskan FISIOTERAPI. Wanita itu mengetuk kaca tersebut sebanyak tiga kali, lalu melambaikan tangan kirinya sambil tersenyum lebar kepada seorang pasien dan seorang perawat di dalam ruang itu. Tiba-tiba, seorang wanita memakai jas putih yang panjangnya sampai ke lututnya menyapanya. "Sepertinya kau pun
Read more
MISSION FAILED
*** Bina memperlebar langkahnya dan mendorong pintu di depannya dengan bahu kanannya. Kedua tangannya sibuk memegang bunga krisan ungu dan segelas coffee latte kesukaannya. Ia mendorong pintu itu sampai terbuka lebar, lalu memberikan jalan kepada Awan dan kursi rodanya. "Lain kali aku akan tunjukkan kepada-mu foto beberapa hasil gaun buatanku. Kau pasti akan terkejut," celoteh Bina dengan riang. "Aku tidak sabar untuk melihatnya," respon Awan dengan cepat. Bina menjauhkan tubuhnya dari pintu setelah Awan masuk ke dalam. Ia kembali berceloteh dengan riang. Kini, ia dan Awan sedang berada di dalam ruang rawat Awan selama beberapa bulan terakhir.  "Mungkin kita bisa pergi keluar bersama sesekali," usul Bina dengan antusias. "Aku rasa itu ide yang bagus," Awan lagi-lagi menjawab dengan penuh semangat. Bina menarik sudut-sudut bibirnya ke atas dengan senang. Ia membayangkan betapa menyenangkannya dunia di luar rumah sakit bagi
Read more
MASALAH
*** Jonathan terlihat masih sibuk menatap tajam tiga orang di depannya secara bergantian. Ekspresi wajahnya masih terkihat serius selama lima belas menit terakhir. Kedua tangannya ia lipat di depan dada. Kaki kirinya masih asyik menyilang di atas kaki kanan-nya. Tatapan Jonathan jatuh kepada Bina yang terlihat hanya menundukkan kepalanya ke bawah. Keponakannya itu terlihat sesekali melirik ke arahnya, lalu kembali menatap ke bawah sambil menggumamkan kata-kata tidak jelas. Pria itu lalu mengalihkan pandangannya kepada wanita di sebelah kiri keponakannya yang masih setia memakai jas putih kebesarannya. Jesselyn juga terlihat beberapa kali meliriknya, lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Entah itu menatap langit-langit ruangan atau hanya sekedar mengamati interior di dalam ruangan itu. Wanita itu jelas tidak ingin matanya bertemu dengan tatapan dingin Jonathan yang sedang menahan amarah. Jonathan menarik napas dengan dalam. Ia mengalihkan tatapan
Read more
PIKIRAN KACAU
*** Pukul 15.45 WIB Bina terlihat masih asyik memutar-mutar pensilnya. Sesekali ia juga menggigit ujung pensilnya yang terasa keras. Ia sekarang sedang berada di ruangannya. Sudah hampir dua jam wanita itu berada di sana. Bina menggaruk kasar bagian belakang kepalanya yang tidak terasa gatal. Otaknya terasa mengalami ke-buntu-an. Ia tidak tahu harus melakukan apa. Bina menyandarkan punggungnya ke belakang. Untung saja kursinya memiliki sandaran. CEKLEK Suara pintu ruangannya terbuka. Bina kembali ke posisi duduk rapi-nya. Matanya menangkap sosok Rini yang baru saja masuk dan berbalik mendorong pintu ruangannya sampai benar-benar menutup kembali. "WAH, APA-APAAN RUANGAN KOTOR INI?" Suara Rini memenuhi ruangan Bina. Wanita itu berkacak pinggang sambil mengedarkan pandangannya ke segala penjuru di ruangan itu. Sedangkan Bina hanya melirik sebentar wanita itu, lalu membuang pandangannya ke arah lain. Memandangi beberapa lukisan di ruangan itu tanp
Read more
PERTENGKARAN
*** Bina berhenti di depan pintu masuk butik tempatnya bekerja. Kedua matanya menatap lurus seorang pria yang tengah asyik bersandar di samping mobil berwarna biru tua tak jauh di depannya. Bina menarik napas dan mulai berjalan mendekati pria itu. "Oh, pekerjaanmu sudah selesai semua?" Tanya pria itu begitu Bina sudah berdiri di depannya. Bina menjawabnya dengan anggukan pelan.  Pria itu menyingkir dari depan pintu mobil dan membukakan pintu mobil untuk Bina. Bina menundukkan kepalanya, hendak masuk ke dalam mobil. Dengan cekatan, tangan pria itu berada di atas kepala Bina. Mencoba melindungi kepala wanita itu agar tidak terbentur dengan bagian atap mobil. Setelah ia memastikan kalau Bina sudah memasang sabuk pengamannya dengan benar, pria itu menutup pintu mobil. Ia berlari dengan cepat ke sisi lain mobil dan ikut masuk ke dalamnya.  Setelah ia duduk di belakang kemudi dan memasang sabuk pengamannya, pria itu mulai menginjak pedal gas denga
Read more
RAHASIA KECIL (?)
***Jesselyn melangkah masuk ke dalam pekarangan rumahnya dengan langkah yang cepat. Tangan kanannya terlihat membawa sebuah kotak kecil. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas. Setelah membuka pintu dan melewati ruang utama, wanita itu berjalan menuju ruang bersantai di rumahnya.CEKLEKKKKMulut Jesselyn menganga dengan lebar begitu melihat keadaan ruang bersantainya. Ia mengedarkan pandangan ke segala penjuru ruangan dengan rasa tidak percaya. Lalu, matanya menangkap sosok seorang wanita yang tengah asyik membaca buku bersampul putih bertuliskan My Blue's Memories sambil bersandar di kursi goyangnya.Jesselyn mendelik kaget begitu membaca judul sampul buku yang dipegang wanita itu. Buru-buru ia berlari ke arah wanita itu dan merebut buku itu dengan paksa. Jesselyn memeluk erat buku itu sambil memasang ekspresi ngeri."Wah, aku tidak tahu kalau Anda menyukai pria menyebalkan itu, dokter Je." Wanita itu menatap Jesselyn yang masih berd
Read more
SEBUAH KE-SALAHPAHAM-AN
 ***BRAKKKBina menutup pintu taksi yang baru saja ia naiki dengan kasar sampai-sampai sang supir melonjak kaget dan bergegas menginjak pedal gas-nya meninggalkan jalanan di depan rumah Bina yang terlihat agak sepi di siang hari.Bina melangkah masuk ke pekarangan rumahnya denga langkah tergesa-gesa. Ketika langkahnya mendekati pintu rumah, sosok pamannya terlihat keluar dari dalam rumah dengan ekspresi yang terkejut.BUGHHHSatu pukulan keras mendarat tepat di pipi kiri Jonathan. Saking kerasnya, pukulan itu mampu membuat Jonathan jatuh tersungkur di lantai.Tes!Se-tetes darah segar jatuh ke atas lantai. Membuat lantai putih itu ternodai sedikit. Jonathan menatap Bina mulai dari kaki sampai kepalanya, membuat ia mendongakkan kepalanya. Ia melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau napas keponakannya itu tersengal-sengal.'Apa yang membuatnya masih begitu marah setelah tiga hari berlalu?' Tebak Jonathan di dala
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status