Semua Bab Muda dan Liar: Bab 21 - Bab 23
23 Bab
Chapter 20 - Terperangkap
Aku memandang keluar jendela, melihat banyaknya bintang mewarnai angkasa, melihat gelapnya malam, dan mendengar suara yang sunyi. Entah kenapa, Hal-hal sekecil ini sangat menenangkan hatiku dan memberiku sedikit kelegaan, meskipun hanya sesaat.  Dulu, Ketika aku masih kecil, Nenek dan Kakek selalu mengajakku keluar untuk melihat bintang. Mereka lalu menceritakan banyak hal agar membuatku tertidur dan tak menunggu Ibu. Dan setiap pagi, aku pasti akan menangis karena mereka tidak membangunkanku.Padahal, aku selalu ingin menjadi orang pertama yang menyambut Ibu sepulang kerja. Dan Aku ingin menjadi orang yang ia peluk Ketika sampai ke rumah. Tapi, aku tak bisa mewujudkannya saat itu.  Seandainya, aku bisa bercerita dengan diriku dimasa lalu, aku hanya ingin bilang, supaya dia tak terlalu berharap banyak pada Ibunya. Karena itu hanya akan membuatnya kecewa. “Tam!” panggil Ibu. 
Baca selengkapnya
Chapter 21 - Didalam Mobil
Aku terdiam cukup lama setelah menerima kecupan itu. Sangat lama sampai aku tidak sadar Paman mulai menjamah bagian tubuhku yang lain. Astaga! Apa yang sudah terjadi? Mengapa aku tidak bisa menggerakan tubuhku dan pasrah menerima belaiannya?  “P-paman ….” “Ada apa? Hmm?” balas Paman yang masih sibuk mencium aroma tubuhku. Sungguh, aku begitu bingung sekarang dan mencoba untuk menjauhkan tubuh Paman dariku. Tapi, itu begitu sulit, serasa tak memiliki tenaga sama sekali. Lalu, aku harus bagaimana? Tidak mungkin aku menikmatinya, bukan? Pasti aku sudah gila bila menerimanya. “P-paman, lepaskan ….” Aku berusaha melepaskan tangannya yang hampir menyentuh dadaku, untung saja berhasil tapi langsung berubah ke pahaku. Owh … ini benar-benar gila. Aku tidak kuat jika terus ia sentuh. Tapi, bagaimana aku bisa kabur? Disaat ia men
Baca selengkapnya
Chapter 22 - Ciuman Manis
"Apa yang kau baca?” celetuk Nicky dan membuatku langsung menyembunyikan surat itu ke tas. Untung, ia belum sempat membaca dan aku hanya perlu mengatakan hal lain agar ia tak curiga.  “I-ini surat Ibuku. Aku tak sengaja membawanya,” ucapku berbohong. “Oh, begitu?” “Emm … ya.” “Kalau gitu, apa aku boleh membacanya?” Hah? Dia mau membacanya? Tidak! Aku tidak boleh membiarkannya. Aku harus mencari alasan lain dan menyuruhnya untuk pergi. Bisa gawat jika ia tahu ini surat dari Tommy. “Emm … aku malu,” jawabku. “Kenapa? Apa suratnya aneh?” “I-iya.” Astaga! Aku tidak tahu apa yang kukatakan? Padahal aku bisa mengatakan hal lain, tapi kenapa aku tidak mengucapkannya? Ah gila!
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status