Semua Bab My Love From Thames: Bab 11 - Bab 20
80 Bab
Broken Life
"Aku masih mengingat saat peti mati mereka diturunkan perlahan ke liang lahat. Ingin sekali aku melupakan tiap detil kejadian, namun selalu saja gagal. Bayangan wajah orang tuaku di saat terakhir mereka, masih saja berputar di kepala. Aku yang bersalah, Daisy. Aku yang telah membunuh mereka," Brandon terisak. Laki-laki tinggi besar itu menangis hingga bahunya berguncang. Ia menutupi mukanya dengan kedua telapak tangan. Daisy mungkin sedang mengalami amnesia. Namun, satu hal yang ia tahu. Hatinya rapuh dan lembut. Hanya dengan melihat kesedihan yang mendalam di diri Brandon saja sudah membuatnya merasa hancur. Maka, Daisy berdiri mendekati Brandon yang masih tertunduk menutupi muka dengan siku yang bertumpu di atas meja. Daisy memberanikan diri memeluknya. Memeluk Brandon erat. Dia tak peduli meskipun baru mengenal pria itu. Dia juga tak peduli meskipun jantungnya kini berdetak puluhan kali lebih cepat. Dia hanya ingin menenangkan Brandon. "Sedang apa kalian?" tiba-tiba Jean sudah ber
Baca selengkapnya
Liam's Gaze
"Aku harap kau sudah sarapan, karena Jean hanya menyiapkan makanan untuk kami berdua dan aku tidak mau membagi sarapanku denganmu," ujar Brandon, masih dengan nada santai.Liam masih berdiri terpaku melihat dua orang anak manusia di depannya ini. Gadis cantik bagaikan boneka, berambut hitam legam dengan rambut acak-acakan dan piyama yang kusut sedang duduk berduaan dengan Brandon yang tak memakai baju. Angan Liam sudah melanglang buana, membayangkan apa yang mungkin sudah terjadi di antara dua anak manusia berbeda jenis itu."Jangan berpikiran macam-macam! Duduklah!" titah Brandon.Bagaikan kerbau yang dicocok hidungnya, Liam berjalan seperti robot dan mengambil tempat duduk di samping Daisy, lalu memperhatikan gadis itu lekat-lekat.Merasa diperhatikan oleh Liam, Daisy tersenyum dan memperkenalkan diri, "Hai, I'm Daisy. Sembilan hari yang lalu aku tenggelam di sungai dan Brandon menyelamatkanku. Aku menginap di rumahnya untuk sementara sampai ingatanku kembali. Kau tahu? Aku mengalami
Baca selengkapnya
Fighting For Love
Brandon mendengus kesal saat melihat Daisy dan Liam asyik bercanda di sofa ruang tamu. Entah apa yang mereka bicarakan sampai-sampai Daisy tertawa lepas."Bukannya kau sedang banyak pekerjaan, Liam? Kapan kau akan pulang ke London?" sindir Brandon."Oh, sepertinya aku akan menginap malam ini," balasnya ringan, tanpa beban.Brandon menggeram. Baru delapan jam bertemu dengan Daisy saja, Liam sudah berani menempel seperti perangko. Apalagi jika Brandon mengijinkannya menginap? Sejak dulu, Liam selalu lebih berpengalaman dalam hal perempuan. Brandon hanya punya seorang mantan saja selama hidupnya, yaitu Camilla. Sedangkan Liam, dia bahkan tak sanggup menghitung berapa gadis yang sudah pernah menjalin hubungan dengannya."Ayo, ikut aku!" ajak Brandon tiba-tiba sembari menarik pergelangan tangan Daisy."Kemana?" tanya Daisy kebingungan. "Membeli baju!" Jawab Brandon sekenanya."Baju siapa?" Cecar Daisy."Bajumu, Daisy! Selama tiga hari di rumah ini, kau memakai baju-baju kakakku. Terlalu be
Baca selengkapnya
Last Day With Brandon
Daisy membalas lambaian tangan Liam sebelum pria itu memasuki mobilnya. Liam memutuskan untuk kembali ke London malam ini. Brandon yang berdiri di samping Daisy tak bisa menyembunyikan wajah bahagianya saat mobil milik Liam meninggalkan halaman rumah peninggalan orang tuanya."Aku akan memasak makan malam spesial untuk kita malam ini," Brandon tersenyum manis pada Daisy."Kau akan memasak apa?" tanya Daisy seraya melingkarkan tangannya pada lengan Brandon."Masakan kesukaan ibuku, ayam panggang madu. Kau mau membantuku?" tawar Brandon."Sure!" Mata Daisy berbinar. Baginya aktivitas apapun asalkan bersama Brandon adalah menyenangkan.Dengan hati-hati, Brandon mengeluarkan ayam potong dari dalam kulkas, sementara Daisy mengikuti instruksi Brandon untuk membuat bumbu tabur.Daisy sedikit kesulitan saat memotong paprika yang agak licin, hingga tanpa sengaja pisaunya malah menggores telunjuknya. "Ouch," pekiknya kesakitan."Hey, be careful!" Brandon refleks meraih telunjuk Daisy dan menghi
Baca selengkapnya
Is This Goodbye?
Daisy mengamati pria itu mulai dari ujung kepala hingga kaki. Mencoba menggali ingatan yang mungkin saja masih tersisa dari masa lalunya. "Aku sama sekali tak bisa mengingatnya," bisik Daisy lirih pada Brandon. "It's okay. Jangan dipaksakan," hibur Brandon sembari mengusap lembut punggung gadis itu. "Maafkan om yang terlambat menjemputmu, Nak," ucap pria asing itu dalam bahasa Indonesia. Rautnya terlihat sedih dan memelas. Brandon menautkan alisnya tak mengerti, "I beg you pardon?" "Sudah berminggu-minggu saya mencari keponakan saya ini," ujar pria itu. "Dia menghilang begitu saja setelah pamit berangkat kerja paruh waktu." Daisy beringsut. Mencengkeram lengan kaos Brandon erat. Ketakutan terpancar dari wajahnya. "Dia terkena amnesia, Sir ..." nada kalimat Brandon menggantung. "Hendra! Hendra Wasesa!" Pria itu mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Brandon. Tangan pria itu terasa kasar, seperti telah melakukan pekerjaan berat selama bertahun-tahun. "Silakan masuk. Have a sea
Baca selengkapnya
Leaving You
"Dari kecil dia sudah tomboy. Saya yang ikut merawatnya saat kedua orang tuanya sibuk bekerja," tutur Hendra sambil matanya tak lepas dari Daisy.Sersan Johnson mendengarkan sembari memeriksa surat-surat dan foto-foto yang dibawa oleh Hendra. Surat keterangan itu menunjukkan bahwa Daisy adalah benar-benar keponakannya. Bahkan alamat gadis itu di Inggris sama dengan alamat pamannya."Saya yang membawanya kemari. Dia gadis yang sangat cerdas. Baru tahun lalu dia lulus kuliah, cumlaude," ujar Hendro bangga."Dimana dia berkuliah?" Selidik Sersan Johnson."Royal Holloway, London," Hendra mengeluarkan kartu mahasiswa milik Daisy. Di situ tertera nama Zivanna Malila Dinata.Sersan Johnson mengamati kartu itu, menyamakan foto yang ada pada kartu identitas dengan wajah Daisy. "It's you," polisi itu menyodorkan kartu mahasiswanya pada Daisy. Gadis itu menerimanya dan terpaku."Di saat dia hilang, Zizi tidak membawa apapun. Bahkan tas dan kartu identitasnya tertinggal di kamar," tutur Hendra."A
Baca selengkapnya
The Second Life
Sepanjang perjalanan dari Bristol menuju London, Daisy sama sekali tak bersuara. Dia hanya memalingkan wajah ke arah jendela, melihat pepohonan yang seakan bergerak mundur melewatinya. "Sudah mengantuk belum, Zizi? Tidur saja nggak apa-apa," ujar Hendra dalam bahasa Indonesia. Daisy menggeleng lemah, lalu kembali memandang keluar jendela. "Kamu beneran nggak ingat apa-apa?"Hendra sesekali melirik pada Daisy sambil memegang kemudinya. Gadis cantik itu menggeleng lagi. "Sama om, kamu sama sekali nggak ingat?" cecar pria itu. "Maaf, tapi saya benar-benar tidak ingat," jawab Daisy dengan nada suara agak tinggi. Sekilas, dia melirik pada Hendra. Entah mungkin Daisy salah lihat, namun dia seakan melihat raut Hendro yang malah terlihat lega dan bahagia. Perasaan Daisy makin tak menentu. Takut, was-was dan sedih bercampur menjadi satu. Apalagi ketika dia melihat wajah Hendra pertama kali, Daisy seakan melihat sekelebat bayangan menakutkan yang mengganggu tidurnya itu menjadi nyata. "J
Baca selengkapnya
Painful Thoughts
Bau aneh dan menyengat memasuki indra perciumannya. Daisy terbelalak dan terduduk. Dia memandang nanar di sekitar dan melihat seorang wanita mengoleskan suatu cairan dari botol hijau transparan ke hidungnya. "Tante Maria," ucap Daisy begitu saja. Wanita itu membeku. "Ka-kamu ingat?" Tanyanya tergagap. Daisy menggeleng pelan. "Kemarin cowok yang di panggilan video itu memanggil tante demikian," terangnya. Wanita itu seakan mendesak lega. "Baguslah," gumamnya. "Bagus kenapa?" "Tante lebih senang memorimu hilang. Kalaupun memorimu kembali, pura-pulalah tidak ingat, ya! Tante mohon." Kalimat yang dilontarkan wanita itu membuat Daisy semakin kebingungan. Tiba-tiba saja dia merindukan Brandon. Perasaannya saat ini sungguh tak enak. "Maria!" Teriakan kencang terdengar dari luar kamar. "Itu om Hendra. Tante keluar dulu, mau menyiapkan sarapan," pamitnya seraya beranjak pergi. Pandangan Daisy kembali ke arah nakas. Dia mencari-cari ponsel yang kemarin sempat dipakainya. Yang ia cari
Baca selengkapnya
Saviour
Daisy menuruti permintaan Maria. Dia harus berpura-pura tidur dan berdiam di kamar. Daisy juga ingin mengungkapkan apa yang terjadi sebenarnya di rumah ini. Siapakah sosok paman sebenarnya dan siapakah dirinya. Lalu tiba-tiba terdengar jeritan seorang wanita dari lantai bawah. Daisy yakin itu suara Maria yang seperti sedang kesakitan. Hati nurani Daisy memberontak. Ingin sekali ia turun dan membantu wanita itu sebisanya. Kemudian samar-samar ia mendengar suara Hendra bicara. Pelan-pelan, Daisy menempelkan telinganya di pintu. Pria itu seperti sedang mengumpat dan membanting sesuatu. "Kalau sampai terbongkar, kau juga akan masuk penjara!" Pekiknya. Daisy tak tahan lagi, dia tak bisa menuruti keinginan Maria. Dia harus keluar kamar dan memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Namun langkahnya terhenti saat dia mendengar suara baru yang belum pernah ia dengar sebelumnya. "Tenang dulu, Pa! Kasihan mama," ujar suara itu. "Lagian, Zizi amnesia. Dia nggak ingat apa-apa. Itu sebuah keuntung
Baca selengkapnya
See You Again
Baru semalam Daisy pergi meninggalkan rumahnya, namun mood Brandon langsung memburuk seketika. Dia kembali merasakan keheningan yang tidak ia suka. Dua tahun lamanya ia tinggal di sini, seorang diri, kecuali saat weekend atau saat Liam menjenguknya. Namun, dia tak pernah merasa setersiksa ini. "What did you do to me, Daisy?" Gumam Brandon, lebih kepada bicara pada diri sendiri. Dia meraup kasar mukanya dan berjalan ke halaman belakang rumah. Tak ada satu bulan dia bertemu gadis itu. Akan tetapi, rasanya seperti sudah bertahun-tahun mengenalnya. "Daisy," Brandon sudah sangat merindukan wajah cantik itu. Masih terasa jelas bibirnya yang bersentuhan dengan bibir Daisy, begitu hangat dan memabukkan. Keinginannya kini tak terbendung untuk kembali bertemu dengan gadis itu. Segera diraihnya ponselnya dan ia mulai menghubungi Liam. "Aku akan ke London sekarang," hanya itu saja pesannya namun sudah pasti akan membuat Liam terkejut bukan kepalang. Pasalnya, Brandon trauma dengan London. Dia
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status