All Chapters of Can I Call You BABY ?: Chapter 41 - Chapter 50
61 Chapters
Menyebalkan!
Aku dan Predi tepat berada di belakang mobil Abay. Laju mobil Abay memanglah sangat cepat, tapi Predi pun tidak kalah cepat, bahkan sangat cepat."Hati-hati Per."Jantungku sudah berdebar tak karuan, kaki ku mulai lemas saat menaiki mobil yang kuperkirakan laju kecepatannya adalah 160 kilo meter perjam, atau mungkin lebih, entahlah. Aku tidak bisa mengira berapa kecepatannya.Dan perutku juga sudah mulai mual. Untung saja rumah Abay dekat, jadi tidak perlu menahan rasa mual ini lama-lama atau perutku akan begah.TitttSelain mengemudikan mobil dengan cepat, Predi juga mengerem dengan sangat mendadak, membuat kepalaku mengalami benturan ringan."Maaf." Ujarnya singkat sambil turun dari mobil.Aku tahu saat ini kecelakaan kecil seperti ini bukanlah hal penting. Masih ada yang lebih penting yang menyangkut hidup dan mati.Setelah turun lebih dulu dariku, aku mengikuti Predi dari belakang.Kami melihat mobil Abay sudah terpa
Read more
Abay juga sama
"Kenapa Deb?" Lamunanku buyar saat Predi menegurku seperti itu. Aku sedang mengingat soal mimpi semalam. Ingin sekali aku segera menceritakannya pada mereka, dan aku harap mereka bisa ikut serta merasakan ketakutan yang juga kurasakan."Semalam mimpi buruk." Ujarku."Mimpi apa?""Soal Tasya sama Om Malik."Predi sepertinya cukup terperanjat, matanya terbelalak untuk sesaat meski setelah itu ia kembali tersenyum."Mungkin kamu terlalu kepikiran sampai-sampai kebawa mimpi."Aku menarik nafas. Sepertinya memang benar bahwa aku terlalu memikirkan hal ini secara berlebihan. Meski begitu, aku akan tetap menceritakannya pada mereka.***"Padahal kita lapor polisi aja."Aku mendoyarkan kepala Ina pelan setelah dirinya berkata seperti itu."Apa nya yang mau dilaporkan?""Om Malik tentunya.""Kan Om Malik yang melakukan kejahatan. Maksudmu, kita akan mempenjarakan Om Malik?"Ina terli
Read more
Kesedihan Abay
Setelah kepergian Om Malik, aku telah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan lebih memperhatikan Abay, lebih perhatian dari sebelumnya.Soal amarahku atas kelakuan masa lalu Abay? Sudah khilaf, aku sudah melupakannya.Lagipula, tidak mungkin aku menjalani masa kini dengan genangan masa lalu didalam benak. Meski memang sulit untuk dimaafkan, bagaimanapun juga dosa yang telah Abay lakukan adalah dosa sebagaimana manusia biasa.Begitupun dengan Ina dan Predi. Awal mulanya mereka enggan untuk memaafkan Abay. Tapi setelah kepergian Om Malik, semua hati batu itu mendadak menjadi selembut roti.Bukan saatnya lagi memperdebatkan masa lalu, saat nya menghibur Abay  dan memberikan nya ketenangan sehingga dirinya bisa melupakan kepergian sang Ayah yang bisa dikatakan sangat mengenaskan."Bay?""Hmm?"Ia melihat ke arahku, matanya masih sebam."Udah ya." "Udah apa nya?""Udah nangisnya." Ujarku.
Read more
Pengejaran
Pemakanan Om Malik adalah tempat yang dituju Abay. Kami pergi menggunakan mobilnya, tanpa izin ke pihak sekolah.Setelah ini, mungkin kami akan dikira bolos lagi, tidak ada bantuan dari Predi karena ia tidak tahu.Kami cukup terburu-buru hingga lupa untuk mengabari Predi, dan akan lebih rumit urusannya jika Predi ikut. Pasti yang lainnya akan curiga.Aku dan Ina sendiri belum tahu mengapa Abay membawa kami kesini, ia tidak memberikan kami kesempatan untuk bertanya bahkan berbicara. Laju mobil nya saja sangat kencang tadi."Ngapain kita kesini?" Tanyaku."Cari Tasya."TPU, disinilah tempat peristirahatan terakhir Om Malik. "Bercanda lo Sa?!" Ina menatap Abay tidak percaya, begitupun aku."Gue yakin dia ada disini."Abay berjalan mendahului kami, tapi aku menahan pergelangan tangannya."Memang nya kenapa kalau dia ada disini?" "Gue mau minta jawaban atas segalanya!" Ujar Abay."Jawaban apa
Read more
Tidak Tenang
Dikelas, pikiran ku tidak bisa tenang saat memikirkan soal Tasya tadi. Setelah pulang sekolah, aku akan kembali menemuinya dan tidak lupa dengan membawa Predi.Meski kami sudah bolos tadi siang, masih ada satu pelajaran yang bisa kami ikuti. Jadi kami kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran tersebut."Stt, Debi."Abay menyenggol ku pelan."Apa?""Gimana caranya lo bisa ngomong gitu. Soal papah, gimana caranya lo bisa bebasin Om Lukman?"Aku tersenyum dan kembali mengingat masa itu.Flasback OnSetelah aku pulang dari rumah Abay dan mendengar kejadian yang tidak enak untuk didengar, aku menghempaskan tubuhku di kasur.Hal tersebut tidak berangsur lama karena dering ponsel ku berbunyi. Dengan bermalas-malasan, aku harus kembali bangun dan mengangkat telefon dari.."Om Malik." Ujar ku saat setelah melihat nama yang tertera di handphoneku."Halo Om?""Leyka? Kamu dimana? Bisa kerumah Om? Sekaran
Read more
Pesta belum usai
Merias diri didepan kaca dengan mengenakan hiasan dikepala merupakan hal yang jarang sekali aku lakukan.Pasalnya, berpenampilan seadanya dan sederhana lebih menyenangkan.Sayangnya, kesederhaan itu tidak berlaku untuk hari ini. Aku, Predi dan Ina memiliki sebuah alasan mengapa kami harus tampil berbeda hari ini.Tampilan spesial di hari yang spesial. Ya, ulang tahun Abay.27 Juni adalah adalah tanggal terlahirnya seorang Esa Juniansyah yang kerap kali kusapa Abay.Kami tidak akan mengadakan acara besar-besaran, tidak terbiasa oleh hal tersebut. Ditambah, keluarga Abay sendiri sedang berduka. Tante Juwita mengundang kami untuk makan malam bersama. Aku akan datang dengan ibu.Bukan maksud kami tidak menghargai orang yang baru saja meninggal, justru kami tidak ingin terlalu bersedih dan terus menangisi nya, maka dari itu kami mengadakan perkumpulan malam ini dengan acara makan-makan sekaligus berdo'a bersama.Dan aku pun pe
Read more
Aku Tidak Tahu
Pesta telah berlalu, meriah dan sangat menyenangkan. Kami telah berhasil melupakan kesedihan sejenak, tidak ada musuh dan tidak ada teman. Semuanya sama, tamu yang menikmati acara makan malam dari perayaan ulang tahun.Tidak ada acara menceburkan diri ke kolam ataupun menceplokan telur ke kepala, meski kami bahagia, kami harus ingat bahwa saat itu kami dalam keadaan berselimut kabut. Bukan tidak boleh bersenang-senang, tapi jangan terlalu senang sampai lupa kesedihan."Gimana jawabannya?"Aku mengangkat kepala, tidak mengerti apa maksud Predi."Jawaban apa?""Jawaban yang tadi di depan kolam renang."Bayangan ku kembali pada saat kami berada di rumah Abay tadi, tepatnya di depan kolam renang belakang. Saat ini, tamu acara tadi sudah bubar dan pulang ke rumah masing-masing. Aku diantar Predi, dan Ibu diantar Abay.Sebenarnya bisa saja Ibu satu mobil denganku, namun Abay yang memaksa untuk mengantarkannya. Ibu pun jadi tida
Read more
Bertengkar Melulu
"Bu, Leyka berangkat ya."Ibu tersenyum sambil membereskan meja bekas kami sarapan. Setelah itu, ia akan pergi kerumah Abay. Bukan untuk beres-beres ataupun memasak melainkan hanya untuk menemani Tante Juwita. Menemaninya mengobrol, itu merupakan permintaan Tante Juwita sendiri."Ibu mau dianterin Predi gak?" Usulku pada Ibu daripada ia harus naik ojek."Lho? Kan Predi nganterin kamu sekolah."Aku tiba-tiba akan hal tersebut. Kedatangan Predi adalah untuk menjemputku menuju sekolah, mengapa aku justru mengusulkan hal tersebut pada Ibu seolah-olah Predi tidak akan keberatan?Ibu tersenyum dan mengusap bahu ku pelan."Gakpapa, ibu bisa naik ojek. Ibu berangkat duluan ya, jangan lupa kunci pintu."Setelah ia pergi, akupun mengunci pintu dan menunggu jemputan Predi diluar.Bukannya Predi yang datang, tapi Abay. Abay dengan sepeda motor, entah dikemanakan mobilnya."Pagi Debuy."Ia menyapaku saat sudah turun dari motor
Read more
Thank You, Next.
Pulang tadi aku masih tetap naik ojek. Tidak ingin melihat ada keributan lagi yang terjadi antara Abay dan Predi.Selepas ini, kami semua berjanji akan berkumpul di rumah Abay untuk menuntaskan masalah ku dengan Tasya. Tidak lupa kubawa map berisi tanda tangan itu. Dan yang paling tidak kulupakan adalah berdo'a. Memohon kelancaran dan semoga semuanya baik-baik saja, aku tidak pernah tahu bagaimana pemikiran Tasya. "Debiiii!!"Seseorang menyerukan suaraku dengan sangat lantang dari luar sana."Kayak dihutan aja sih!" Tukasku dengan ketus."Lama amat sih, mau ke TPU aja mesti dandan." Ujar nya lagi.Abay memang seperti itu. Aku dandan, salah. Aku tidak berdandan, juga salah. Hidupnya risih soal penampilanku."Lho? Kok TPU sih? Katanya ke rumah lo." Ujarku sambil masih belum menghampirinya."Ganti destination. Yuk buruan."Ia menarik paksa tanganku dan kami pergi menuju TPU dengan menggunakan sepeda motor
Read more
Welcome And Good Bye
"Saya ingin membebaskan tahanan atas nama Lukman Wijayanto."Saat sudah sampai di kantor polisi, aku langsung menunjukan dokumen yang di bungkus map biru itu."Luman Wijayanto? Yang sudah dipenjara selama 9 tahun itu ya atas kasus perampokan perusahaan?"Aku membulatkan bola mataku sempurna saat mendengar kurun waktu Om Lukman di penjara 9 tahun yang lalu? Lalu berapa usia Tasya saat kejadian naas itu terjadi? Dan berapa usianya sekarang? Pasti sudah cukup tua. Aku tidak habis pikir pada wajah nya yang sangat awet muda itu."Maaf, siapa disini yang bernama Malik Nugraha? Beliau lah yang berhak mencabut tuntutan dan membebaskan saudara Lukman."Kami saling berbagi pandangan masing-masing sesaat sebelum aku kembali angkat bicara."Beliau telah meninggal. Sebelum meninggal, ia menitipkan sebuah surat kepada kami yang isi nya surat cabutan hukuman saudara Lukman, disertai dengan tanda tangan nya."Kuserahkan langsung surat itu pada polisi
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status