Lahat ng Kabanata ng Mama Muda: Kabanata 51 - Kabanata 60
135 Kabanata
Curhatan Elang
"Naomi, kamu bilang tidak bisa jauh-jauh dari aku?" Suara Adrian menahan langkah Naomi yang bergerak menjauhinya.  Tadinya mereka sedang duduk sofa ruang tamu menonton acara televisi, sinetron ikan terbang yang judulnya Ku Menangis. Naomi merasa bosan karena tak suka drama dengan tipe-tipe gadis yang teraniaya, tapi anehnya Adrian malah suka. Suaminya itu begitu menikmati, sampai tak berkedip sama sekali.  Makanya Naomi memutuskan ingin menggedor kamar Elang, atau kalau pun anak itu tak menyadarinya, dia akan menyelinap masuk ke kamar putra sambungnya itu. Mungkin bercerita dengan Elang lebih asyik. Tapi, Adrian menahan langkahnya.  "Emang sih, Mas. Tapi aku nggak suka karena kamu nonton sinetron begituan. Aku tuh lebih suka nonton drama yang gadisnya energik, ambisius dan cantik. Kayak aku." "Tapi kan pemeran prianya ganteng, tampan, CEO pula. Kayak suami kamu ini." Adrian menyengir h
Magbasa pa
Kedatangan Tamu
Tok... Tok... Tok... "Nyonya, di bawah ada tamu." Wajah Bi Inah tampak tidak biasanya saat dia berbicara dengan Naomi, semacam ada kekhawatiran atau gugup, entahlah.  Naomi yang baru bangun siang hari itu, bahkan rambutnya masih acak-acakan, dibuat bingung. Siapa yang dibilang Bi Inah sebagai tamu? Selama ini di rumah mereka memang tak pernah kedatangan tamu.  "Siapa, Bik?" tanya Naomi. Dia tak punya bayangan sama sekali.  "Mantan ibu mertuanya Tuan Adrian." Bi Inah menyahut pelan serupa berbisik seraya melirik ke belakang, khawatir kalau tiba-tiba orang yang sedang dia bicarakan muncul tanpa aba-aba.  Kening Naomi jadi berkerut. "Ngapain dia ke mari ya, Bik?" Menggeleng pelan. "Bibik juga tidak tau, Nyonya. Ada baiknya temui saja." "Bibik udah telpon Mas Adrian? Kali aja ibu mertuanya sudah janjian mau ke mari?"
Magbasa pa
Bikin Anak
"Mas, kata Bi Inah, kamu nggak suka banget sama ibu mertua kamu ya?" Naomi dan Adrian sedang duduk bersandar di kepala ranjang. Adrian sibuk mengotak-atik sesuatu di laptopnya sedang Naomi hanya jadi penonton sembari otaknya berpikir keras, antara dia mau bilang tentang kedatangan neneknya Elang atau tidak memberitahu saja.  Mendengar kata ibu mertua, Adrian langsung menghentikan pekerjaannya di laptop, dan menoleh ke arah Naomi. Selama ini saja dia tak pernah menceritakan tentang masa lalunya bersama mantan istri. Kenapa Bi Inah? Ah, cari masalah saja. "Ngapain Bi Inah bilang begitu sama kamu?" tanya Adrian, ada nada geram dalam ucapannya. "Aku yang nanya, Mas." "Kenapa kamu tiba-tiba nanya? Selama ini kamu nggak pernah komplain walaupun aku nggak cerita, kan?" "Ya, aku nanya, karena ibu mertua kamu tiba-tiba datang ke sini. Aku pikir, dia datang setela
Magbasa pa
Tamu Baru
"Cari siapa ya?" Naomi bertanya pada pria yang berdiri membelakanginya.  Wajah ayu wanita muda itu dibuat berkerut sana-sini. Heran. Seingatnya, baru 3 hari lalu ibu mertua Adrian yang juga merupakan nenek dari Elang datang ke rumah ini, dan sekarang ada lagi seorang pria yang datang ke rumah tanpa pemberitahuan lebih dulu.  Apa dia juga bagian dari keluarga ibu mertua Adrian yang berniat untuk mengambil Elang? Oh iya, soal kemarin itu, Elang sudah bercerita pada Adrian kalau kedatangan neneknya adalah untuk membujuknya menginap di rumah sang nenek, sama artinya dia ingin mengambil alih Elang dari Adrian, bukan? Ah, tidak-tidak. Naomi menggeleng kecil kepalanya menepis pemikiran buruknya.  Pria tersebut memutar badannya menghadap Naomi, dan untuk beberapa saat mereka saling pandang dengan pandangan yang sangat dalam. Seolah sedang saling menyelami hati masing-masing.  
Magbasa pa
Tersindir
Heuuuh.  Naomi duduk di pinggir ranjang dengan kedua tangan bersidekap ke dada, dari mulutnya keluar helaan nafas. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa tidak ada satu pun foto mantan istri Adrian yang tersisa di rumah ini. Ia cek kembali di album foto yang ditemuinya kemarin, ia juga sudah menggeledah seisi kamar Adrian, tak juga ketemu.  Segitunya Mas Adrian benci dengan wanita itu? Atau aku tanya Elang saja, tidak mungkin kalau dia juga tak menyimpan foto mamanya, kan?  Helaan nafas terdengar lagi. Elang sedang asyik bersama dengan si Leo itu, Naomi malas menyela mereka, lebih tepatnya malas bertemu muka dengan Leo. "Apa aku telpon Mas Adrian aja?" Bukan untuk bertanya soal foto mantan istrinya ya, cuma mengajak mengobrol karena Naomi merasa sangat bosan, ditambah rasa penasarannya tak berbuah jawaban.  Meraih ponselnya, Naomi kemudian men
Magbasa pa
Masa Lalu Adrian, Leo dan wanita itu
"Mas, kayaknya kamu punya masalah pribadi ya sama Leo?"  Naomi bertanya bukan tanpa alasan. Dia mendengar jelas tadi ucapan Leo yang seolah menyindir Adrian tentang perebut hak milik orang lain.  Apa maksudnya? Apa Adrian pernah merebut hak yang seharusnya jadi milik Leo? Apa yang dimaksud Leo adalah mantan istri Adrian? Apa jangan-jangan wanita itu dulunya adalah kekasih Leo yang direbut oleh Adrian? Atau wanita yang lain lagi? Ah, Naomi kepikiran, makanya dia bertanya saja.  "Kok kamu tau? Memangnya kelihatan banget ya kalau aku tidak suka sama dia?" Adrian yang tadinya menyantap makan siang dengan tak berselera kini memfokuskan pandangan pada sang istri yang duduk berseberangan. Naomi mengangguk mantap seraya balik menatap dalam sang suami. Tentu saja dia tahu, Naomi bukan anak kecil lagi untuk paham hal-hal begituan.  "Tadi dia juga menyindir kamu, kan? Me
Magbasa pa
Kepergok
Heuuuh. Lenguhan panjang nan seksi menjadi satu-satunya suara yang mendominasi ruangan kantor Adrian. Ruangan yang dilengkapi dengan fasilitas AC itu pun jadi sangat panas, karena pemiliknya sedang bercumbu mesra dengan sang istri kecilnya.  Tubuh ringan Naomi duduk diatas pangkuan Adrian, dress yang panjang sepantaran lutut itu tersingkap sebagian, menampilkan kulit putih mulus pahanya. Bagian dadanya juga terbuka lebar karena Adrian sejak awal tak henti-henti meremasnya. Dada yang tak terlalu besar, juga tak terlalu kecil, cukuplah untuk ukuran telapak tangan Adrian. Ck. "Naomi, kamu nakal juga ya. Ahhh." Adrian tersenyum puas mendapati perlakuan manis namun liar sang istri, karena kali ini mereka melakukannya di atas kursi kerjanya. Sesuatu yang berbeda Adrian rasakan ketika mereka sama-sama pelepasan tadi.   "Nakal sama suami sendiri nggak masalah dong, Mas." Jawab Naomi sama terse
Magbasa pa
Sudah Melupakan
"Aku percayakan semuanya sama kamu, Tris. Jadi jangan sia-siakan kepercayaan ini." Adrian berusaha berbicara tegas dengan Tristan, seperti biasanya, tapi karena insiden kepergok tadi, rasa kepercayaan dirinya seolah terjun bebas ke dasar perut.    Walhasil, Adrian tak mampu menatap wajah asisten pribadinya itu lekat. Dia malah melarikan pandangan ke kiri dan kanan, tak tentu arah.    "Siap, bos. Akan aku usahakan yang terbaik dan semoga tidak mengecewakan hasilnya nanti."    Berbeda dengan Adrian, Tristan menyahut santai. Pria itu tau, kalau bosnya sudah tak betah berada di ruangannya, dia dapat merasakan kalau di bawah sana, kaki Adrian sudah bergerak-gerak tak sabaran hendak melarikan diri dari ruangannya.    Tristan hanya bisa menahan senyumnya.  &nb
Magbasa pa
Kekhawatiran Adrian
"Ngapain kamu masih di sini, Leo?"  Naomi yang duduk di samping Adrian merasakan hawa ruangan di meja makan mulai terasa panas. Naomi tau Adrian tak senang dengan kehadiran Leo, tapi sepertinya keberadaan Leo di sini adalah permintaan dari Elang. Buktinya, Elang yang pada detik selanjutnya merespon pertanyaan papanya.   "Elang yang minta Om Leo nginap di sini, Pa."  "Papa nggak nanya sama kamu, Elang. Mendingan kamu diam dan lanjut makan aja."  "Elang cuma nggak mau papa salah paham. Om Leo di sini karena Elang yang minta, sekalian Elang juga mau minta izin sama papa, nanti siang mau ikut Om Leo ke tempat pergelaran seninya. Bosan di rumah terus."  Adrian menatap Leo yang hanya tersenyum santai, seolah apa yang terjadi saat ini bukan kesalahannya. Hal itu tentu menyulut emosi Adrian.  
Magbasa pa
Leo Menyebalkan
Di kamar Bi Inah.   "Si Leo itu memang sering datang ke rumah ini sebelum-sebelumnya ya, Bi?"   Seperti perintah Adrian, kalau Naomi bosan di kamarnya, dia pergi ke kamar Bi Inah saja. Lebih baik mengobrol ngarul ngidul dengan wanita tua itu dibanding ketemu sama Leo. Naomi harus menjauhi Leo, intinya seperti itulah perintah Adrian tadi.   Naomi pun menggoyang-goyangkan kakinya yang berjuntai karena ia duduk di pinggir ranjang. Kedua tangannya menepuk permukaan kasur Bi Inah yang merupakan kasur kapuk. Kapan terakhir kali dia berbaring di kasur seperti ini? Ah, lama sekali.    Bi Inah yang tengah melipat pakaian tampak menggeleng kepalanya.    "Jarang, Nyonya. Makanya bibik pun heran, pas tau Mas Leo datang ke rumah." &nb
Magbasa pa
PREV
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status