All Chapters of Invitasi: Chapter 61 - Chapter 70
98 Chapters
061. Bertemu Lagi.
Tidak ingin membuang-buang waktu, Mika segera mengatur pertemuannya dengan Rania palsu yang bernama asli Kyra. Begitu disetujui, Mika segera lepas landas mengunjungi penjara. Kyra sama sekali tidak tahu siapa orang yang datang mengunjunginya. Karena tempat yang dituju adalah ruangan khusus bukannya ruang kunjungan umum, jelas orang yang membesuknya memiliki tujuan lain. Bisa jadi pengacara atau petugas dari tim penyidik.  Begitu pintu di buka dan melihat siapa orang yang berada dalam ruangan, langkah Kyra tertahan untuk sesaat. Ia begitu terkejut, tidak menyangka. Kyra pikir ia tidak akan pernah bertemu dengan Mika lagi seumur hidupnya. "Sepertinya kamu bisa hidup dengan baik di tempat ini," ucap Mika. Kyra melihat sekelilingnya. Mika hanya datang seorang diri. Tapi jelas tidak benar-benar sendiri. Pembicaraan mereka diawasi. Beberapa orang pasti berada di ruang kontrol untuk menonton. "Tentu. Aku orang yang mudah bera
Read more
062. Organisasi.
"Orang itu mengirim pesan lebih dulu pada Isamu, artinya bukan kamu yang membongkar identitasnya." Penjelasan Kyra mungkin mengurangi satu dari banyak pertanyaan di kepala Mika, tapi tetap tidak mengubah apa pun. Saat mengetahui mengenai kasus Mai, Mika sudah memikirkan kemungkinan itu. Jawaban yang didengarnya hari ini sama sekali tidak mengurangi beban dan tanggung jawabnya. "Padahal aku sudah berusaha menghentikanmu hari itu," sambung Kyra. "Ternyata kamu sengaja tertangkap basah saat menguping," ujar Mika. Kyra tidak menjawab. Ia sendiri melakukannya tanpa pikir panjang. Tidak tahu kenapa harus peduli. Sebenarnya kalaupun Isamu salah paham pada Mika, tidak akan merusak rencananya. Sekali pun Mika merasa bersalah, bukan ia yang memikul beban itu. "Terima kasih karena peduli padaku." Kelopak mata Kyra melebar. Kata-kata Mika membuatnya terenyuh. Seperti ada bagian dari dirinya yang mencair dan hatinya menjadi
Read more
063. Kyra Raihana Aileen.
"Permisi!" Kyra yang membawa nampan berisi pesanan meletakkan satu per satu makanan di meja pemesannya. "Selamat menikmati," katanya kemudian berlalu. Sebelumnya Kyra bekerja di salah satu perusahaan batu bara dengan penghasilan tetap. Dengan gaji dari pekerjaannya yang digunakan hanya untuk menghidupi diri sendiri, ekonomi Kyra stabil dan ia hidup dengan aman. Setelah kasus yang menimpa Mai viral, kehidupan Kyra pun ikut berubah. Ia keluar dari perusahaan dan beberapa kali bergonta-ganti pekerjaan. Ketika ayah dan ibu bercerai, Kyra ikut ayah dan Mai ikut ibu. Ibu kemudian pindah ke kota lain dan akhirnya menikah lagi di sana. Setelah ayah Kyra juga menikah, Kyra memilih keluar dari rumah dan tinggal sendiri. Meski Kyra dan Mai tidak tinggal satu rumah bahkan tidak lagi di satu kota, keduanya masih rutin bertukar kabar. Mai sering datang untuk mengunjungi kakak dan ayahnya. Beberapa kali bahkan menginap di tempat Kyra tinggal.
Read more
064. Penerima Undangan Pertama.
"Kyra!" Seorang pria yang berdiri di balik meja kasir memanggil. Kyra yang baru selesai mengantarkan pesanan meletakkan nampan dan mendekat ke arah orang yang memanggilnya. "Seorang pelanggan yang tadi duduk di dekat pintu menitipkan ini untukmu." "Aku?" tanya Kyra. "Apa isinya?" Yang ditanya menggeleng tidak tahu. Juga tidak tertarik mencari tahu. Barang yang diberikan pada Kyra adalah sesuatu yang dibungkus dengan map cokelat. Dari luar berbentuk seperti buku namun dalam ukuran yang lebih kecil. Kyra hendak membuka map pembungkus tapi perhatiannya teralihkan pada pelanggan yang baru datang. Dengan sigap Kyra menyambut dan membawakan buku menu. Menunda keingintahuannya terhadap isi map. Selanjutnya pelanggan terus berdatangan. Hanya menyisakan jeda untuk melepas lelah sejenak. Kyra sibuk  mondar-mandir mengantar pesanan, melayani permintaan tambah menu, juga komplain mengenai makanan yang lambat datang. Sampai waktu pulang, Kyra melupaka
Read more
065. Bebas.
Tiga hari kemudian Kyra keluar dari penjara. Meski bisa bebas, kasus yang masih dalam tahap penyelidikan membuatnya tetap diawasi dan dilarang bepergian ke luar negeri. "Aku benar-benar enggak menyangka bisa keluar." Kyra berbicara pada Mika dan Razan yang datang menjemput. "Terlebih dalam waktu secepat ini. Ternyata mempunyai koneksi dengan orang penting itu bisa sangat berpengaruh untuk hidup dan matimu." "Koneksi apanya," tepis Razan. "Itu karena Mika dan Laisa membantu menyelidiki kasus untuk membuktikanmu tidak bersalah dan memberikan hasilnya pada Tim Investigasi. Juga karena kasusnya belum masuk ke pengadilan jadi bisa lebih cepat dan prosesnya tidak berbelit." "Oh." Kyra merasa bersalah dengan kata-kata yang seenaknya ia ucapkan. Ia melirik ke arah Mika. "Untuk apa dijelaskan," Mika menimpali. "Bekerja sama dengan Tim Penyelidik adalah kewajiban bukan sekadar untuk membebaskanmu. Lagi pula semakin cepat kasus bisa selesai akan
Read more
066. Kuteks.
Kyra benar-benar pulang. Pulang, kembali ke kota kelahiran, tempatnya tumbuh, dan tinggal. Tapi tempat yang pertama kali ia kunjungi setelah tiba bukan rumahnya, bukan pula rumah ayahnya. Kyra hanya mengirim pesan pada orang tuanya. Meminta mereka jangan khawatir. "Kita ke sini mau bertemu orang atau mencari orang?" tanya Mika ketika masuk ke sebuah rumah makan. "Karena kita ke tempat makan, sudah pasti untuk makan," jawab Kyra. Mika tidak percaya. Saat masih di bus Mika sudah menawarkan roti tapi Kyra menolak. Kalaupun ingin makan, Kyra akan memilih tempat makan sederhana bukannya ke rumah makan yang dilihat dari desain tempatnya saja sudah mahal. "Kenapa? Enggak percaya?" Kyra bisa membaca dengan jelas keraguan Mika. Rumah makan yang mereka datangi tidak begitu ramai. Satu meja diisi oleh enam keluarga, sementara tiga meja yang lainnya diisi oleh dua dan tiga orang. Kyra memilih duduk di dekat jendela. Selain bisa melihat
Read more
067. Pesan dari Adien.
“Kyra!” Bailin mengejar Kyra yang baru keluar. Keduanya pergi ke sisi lain, sedikit menjauh dari Mika untuk berbicara empat mata. Mika mengamati dari sudut matanya. Bailin lebih mendominasi pembicaraan sementara Kyra hanya mendengarkan dengan kepala tertunduk layaknya anak magang di hari pertama kerja. Sebelum pergi, Bailin menepuk lengan Kyra lembut. Membuat wajah Kyra merona. Mika menatap Kyra begitu wanita itu berdiri di depannya. Rona pada wajahnya, senyum yang tersungging di sudut bibir, Mika bisa melihatnya dengan jelas. "Apa?" Kyra merasa risi ditatap terus-menerus. Mika tidak menjawab. Ia berhenti menatap dan tersenyum. "Ini bukan seperti yang kamu pikirkan, ya!" tambah Kyra. "Memang apa yang kupikirkan?" "Pokoknya bukan seperti yang kamu pikirkan!" Wajah Kyra semakin merona. "Ayo, kita pergi!" Kyra berjalan lebih dulu. "Apa perlakuan Bailin saat kamu masih bekerja di sana baik?"
Read more
068. Kecurigaan pada Adien.
Tiga jam kemudian Mika telah berada di rumah. Kyra dan Razan juga ada di sana. Kyra berjalan mondar-mandir. Sementara Razan duduk dengan terus-menerus menggoyangkan kakinya. Mereka jelas merasa cemas. "Hanya bertemu, kan. Kenapa kalian harus sekhawatir ini?" Mika berbicara dengan enteng. Seolah semua hal yang sebelumnya terjadi hanya main-main. Seolah tidak ada yang pernah menjadi korban. Setelah mendapat pesan dari Adien, Mika memutuskan untuk pulang. Mereka harus memikirkan hal-hal yang perlu dilakukan. Harus mempersiapkan diri. Pesan yang Adien kirim berisi permintaan untuk bertemu. Hanya berdua. Adien bilang, ia menemukan petunjuk pada undangan dan meminta Mika datang dengan membawa undangan miliknya. Adien tidak bisa mempercayai siapa pun karenanya Mika harus datang sendiri. Adien juga bilang kalau sebenarnya ia diawasi jadi harus berhati-hati dalam bertindak. "Hanya bertemu?!" Kyra berteriak di depan wajah Mika. Benar-benar tidak
Read more
069. Bangunan yang Ditinggalkan.
Mika mempercepat langkahnya. Sesekali ia melihat ke belakang, sesekali melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sesuatu yang ada di tangan kanannya ia dekap erat. “Taksi!” Mika memberhentikan taksi yang lewat di depannya. Ia memperhatikan lagi sekelilingnya sebelum naik. Memastikan tidak ada yang terlihat mengikutinya. “Kita mau ke mana, Mbak?” “Ke tempat ini!” Mika menunjukkan lokasi yang Adien kirimkan melalui via WhatsApp. Kurang dari lima menit lagi sebelum waktu yang Adien janjikan untuk bertemu. Mika jelas akan sampai terlambat. Ia semakin tidak tenang. Mika lebih sering melihat ke belakang, lebih sering memperhatikan waktu. “Pak, bisa lebih cepat?” “Baik, Mbak.” Sopir menaikkan laju kendaraannya. Melintasi jalan yang tidak begitu padat. Mika berhenti di sebuah halte seperti yang diinstruksikan dalam pesan. Ia kemudian
Read more
070. Panggung Pertunjukan.
Dalam video game, setelah pemain berhasil mengumpulkan undangan, memecahkan kasus, dan menyelesaikan misi, undangan yang ia kumpulkan akan membawanya ke dunia yang berbeda. Sama sekali tidak disebutkan mengenai apa pun yang berhubungan dengan organisasi. Hanya saja, ada sebuah lambang mirip dengan huruf kapital ksi dalam alfabet Yunani dengan posisi garis tengah vertikal. “Ayo, masuk! Kita lanjutkan di dalam.” Adien membuka pintu dan mempersilakan Mika masuk lebih dulu. Begitu Mika masuk, Adien menyusul, pintu kemudian tertutup. “Di mana sakelar lampunya?” Mika meraba-raba langkahnya. Ruangan gulita, tertutup rapat. Sama sekali tidak ada celah untuk cahaya dari luar diam-diam menyelinap masuk. Begitu mata Mika telah terbiasa dalam gelap, ia bisa merasakan bahwa ruangan adalah sebuah tempat yang lapang, tanpa dinding penyekat. Di tempat Mika berdiri, ia merasakan langkah
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status