Lahat ng Kabanata ng Invitasi: Kabanata 81 - Kabanata 90
98 Kabanata
081. Badan Inteligen.
Saat tim penyidik sibuk menganalisa kasus yang terjadi antara Rania-Nova, tiga orang pria berpakaian rapi dengan mengatas namakan Badan Inteligen datang ke markas. Ketiganya menemui Ketua tim dan berbicara cukup lama dalam ruangannya. "Sudah setengah jam mereka di dalam. Kira-kira apa yang dibicarakan?" Razan bergumam seorang diri. "Razan!" Oliver, seorang rekan yang duduk di sebelah mejanya menggeser tempat duduknya agar lebih dekat. "Menurutmu apa ini ada hubungannya dengan kasus yang sedang kita selidiki? Menurutmu apa mereka akan mengambil alih kasus?" Razan menatap lawan bicaranya, berpikir sejenak, kemudian menggeleng. "Bagaimana kalau mereka benar-benar mengambil alih kasus kita?" kata Oliver lagi. "Tidak mungkin!" Raymond, rekan yang lain, yang duduk di depan Razan menimpali. "Dengar-dengar Badan Inteligen sedang menyelidiki kasus besar. Mana mungkin ada waktu untuk ikut campur kasus kita." "Dengar-denga
Magbasa pa
082. Fokus Menyelidiki Nova.
Karena kasus Rania-Nova jatuh ke tangan Badan Inteligen, Mika dan yang lainnya memilih menyelidiki kasus sendiri. Mereka akan fokus pada Nova. Tidak ada alasan khusus memilih fokus pada Nova dibanding Rania, mereka hanya mengandalkan insting. Mereka merasa menyelidiki Nova akan menghasilkan sesuatu yang lebih. Tugas dibagi agar lebih cepat mendapatkan hasil. Razan tetap pada timnya untuk menyelidiki kasus sesuai instruksi Ketua tim. Laisa menyelidiki apa yang Nova lakukan sebelum wanita itu menghilang. Sementara Kyra menyelidiki masa lalu Nova. "Kenapa aku memeriksa identitas sementara kamu memeriksa apa yang Nova lakukan sebelum ini?" Kyra memprotes pembagian tugas yang tidak sesuai dengan keinginannya. "Karena aku yang membagikan tugas, jadi semua terserah padaku," jawab Laisa dengan tampang menyebalkan. Kyra melotot sebal. Mika dan Razan yang sejak awal hanya menjadi penonton dan pendengar sejati, saling bertukar pandang
Magbasa pa
083. Jejak Nova.
Tempat yang pertama kali Laisa datangi untuk mencari jejak-jejak Nova sebelum wanita itu menghilang adalah tempatnya  bekerja. Tapi berdasarkan keterangan rekan kerjanya, kantor mereka telah libur sejak sepekan yang lalu. Para rekan kerja sudah tidak pernah bertemu dengan Nova lagi. Bahkan sejak saat itu sudah tidak bisa dihubungi."Enggak bisa dihubungi?" ulang Laisa.Yang ditanya mengangguk. "Biasanya memang sering seperti itu," tambahnya menjelaskan. "Selain di tempat kerja, Mbak Nova biasanya susah dihubungi. Kalaupun kita ke rumahnya, orangnya belum tentu ada. Jadi kami enggak heran lagi."Laisa mengangguk mengerti. Meski Laisa hanya menanggapi seadanya, tapi otaknya bekerja dengan keras. Harusnya ada petunjuk yang bisa ia simpulkan dari setiap keterangan yang didengar."Kalau begitu saya pamit dulu.” Laisa pamit undur diri. “Kalau kalian memiliki informasi baru atau mengingat hal-hal yang berhubungan dengan Nova, kalian bisa menghub
Magbasa pa
084. Sekolah Nova.
"Halo, saya alumni sekolah ini datang untuk melihat-lihat. Boleh?""Nama?" Seorang petugas keamanan yang ditanya balik bertanya."Sekar.""Silahkan. Jangan lupa isi buku tamu!""Terima kasih." Ada senyum culas yang menghias di sudut bibirnya.Sekar? Jelas yang
Magbasa pa
85. Ada yang Membuntuti.
Hari sudah teramat sore ketika Laisa, Kyra, dan Razan membuat janji temu di sebuah warung bakso dan mi ayam pinggir jalan. Laisa bukan tipe yang terlalu pemilih soal tempat makan. Selama bersih dan enak, ia bisa makan di mana pun."Ke mana, sih, bocah itu? Sampai sekarang belum kelihatan juga batang hidungnya," omel Razan. Tidak dipungkiri bahwa ia merasa cemas.Janji temu dibuat oleh Laisa. Tempat pertemuan pun ia yang memilih. Dan waktu telah berlalu selama 30 menit dan wanita itu belum juga muncul untuk menunjukkan kehadirannya."Jangan khawatir!" ujar Kyra yang membaca kecemasan Razan dengan jelas. "Dari kita berempat, orang yang sama sekali tidak perlu dicemaskan adalah Laisa."Dari segi bela diri, Laisa adalah yang paling menonjol di antara mereka. Bahkan juga paling menonjol di antara banyak orang. Dari segi kecerdikan, Laisa juga tidak bisa dianggap remeh.Benar, Laisa adalah orang yang tidak perlu dikhawatirkan. Wanita itu dalam banyak hal melebihi
Magbasa pa
86. Asli dan Palsu.
“Selagi menunggu bagaimana kalau kita mulai membuka pembahasan," Razan mengusulkan. Kyra dan Laisa saling bertukar pandangan. Meski keduanya memiliki kekhawatiran yang sama, tidak ada yang bisa mereka lakukan selain menunggu."Jangan khawatir setelah Ibu Mika pergi, Mika akan berhenti berpura-pura tidur dan langsung menghubungi kita," tambah Razan yakin. Keyakinan Razan bukan tanpa alasan, karena memang seperti itulah kejadian-kejadian yang pernah mereka alami sebelumnya.Laisa berpikir sesaat, berusaha tetap positif, kemudian mengangguk. Ia setuju dengan usul Razan. Pun Kyra ikut mengangguk. Menunggu Mika tanpa melakukan apa pun hanya membuat perasaan semakin tidak tenang. "Kalau begitu dimulai dari aku." Kyra menawarkan diri.Kyra menceritakan mengenai penyamarannya masuk ke SMA alumni Nova. Tidak pergi ke Universitas karena tempat Nova melanjutkan pendidikannya berada di luar kota. Alhasil Kyra memilih tempat yang mudah dijangkau untuk memulai penyelidikan.Pilihan Kyra tidak sal
Magbasa pa
087. Ragu dan Curiga.
Halaman semakin ramai oleh penonton yang menutup mata karena ngeri.Suara gedebuk terdengar memilukan. Tubuh wanita yang jatuh membentur bumi mengejang sesaat, sebelum nyawa pergi untuk selamanya. Darah yang awalnya setitik, meluas, dan semakin melebar. Aroma amis diterbangkan oleh angin.“Mika!!”Kyra menerobos kerumunan sementara Laisa masih tidak bisa bergerak dari tempatnya. Takut harus menerima kenyataan. "Mika!" panggil Kyra sekali lagi begitu berhasil menembus barisan paling depan.Tatapan Kyra lurus, tertuju pada ekspresi kesakitan yang tidak hilang meski jantung wanita yang terbaring itu telah berhenti.Bagaimana tidak sakit dan penuh derita, sel darah dan tengkorak kepala pecah. Patah tulang, serta aorta terputus.Kyra masih menatap dalam diam. Cukup lama, seperti otaknya sedang mencari-cari sebuah informasi. Daya tangkapnya menjadi lebih lamban dan sejurus kemudian, ia menghela nafas.Perasaan lega memenuhi kepala Kyra. Perasaan yang kalut perlahan tenang.Wanita yang suda
Magbasa pa
088. Pesan Terakhir Rania.
“Mika, kamu enggak apa-apa?” Laisa bertanya memburu.“Mika, kamu baik-baik saja?” Kyra juga menanyakan hal yang sama.Yang ditanya hanya mengangguk. Tidak berusaha menjelaskan keadaannya. Tidak juga membuat dirinya terlihat baik-baik saja. Tatapan mata Mika tertuju pada selimut yang menutupi kakinya tapi pikirannya mengelana jauh. Mika seolah kehilangan jiwanya.“Meski kami tidak bisa menahanmu tanpa adanya bukti, Anda tetap orang yang saat ini paling dicurigai. Jadi, Aktifkan selalu ponsel Anda agar kami bisa memanggil Anda kapan pun.” Seorang petugas berbicara pada Mika.Lagi, Mika hanya mengangguk."Kalau ada hal penting yang kamu ingat jangan lupa untuk menghubungi kami," kata petugas itu lagi."Saya mengerti."Petugas itu berbicara pada Laisa dan Kyra sebentar sebelum meninggalkan ruangan. Tidak ada informasi berharga yang berhasil dikumpulkan dari Mika. Karena Mika masih dalam proses pemulihan, dokter tidak mengizinkan petugas memberi tekanan berlebih pada Mika.Sebagai seorang
Magbasa pa
089. Tertangkap Basah.
Setelah sekali berbohong, akan ada kebohongan-kebohongan lain. Satu kebohongan untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Begitu seterusnya. Kebohongan bukan candu, tidak memabukkan tapi membuat orang ketagihan. Melakukannya lagi dan lagi.Razan masuk ke sebuah bar. Suara bising musik yang menyentak-nyentak dan luapan manusia yang ada di mana-mana membuatnya kesulitan menemukan tempat yang akan dituju. Ia terus berjalan, sesekali melihat ke belakang, sesekali menatap sekeliling.Razan datang ke tempat ini bukan untuk bersenang-senang. Bukan juga untuk menghabiskan waktu. Ini pertama kalinya dia datang dan tujuannya untuk menemui seseorang dan mengakhiri segalanya.Tempat yang Razan tuju ada di lantai dua. Setelah memperlihatkan kartu pengunjung VIP pada penjaga di depan tangga, Razan diizinkan naik. Ia kemudian masuk ke sebuah ruangan.“Lama sekali.” Seorang pria bertopeng yang telah berada dalam ruangan berkomentar dengan nada bosan.Razan tidak menanggapi. Ia duduk di depan orang itu dan
Magbasa pa
090. Kejadian di Atap
Mika berbaring dengan mata terpejam namun kesadarannya masih utuh terjaga. Kejadian di atap masih membayanginya. Saat di pulau, Mika telah beberapa kali melihat kematian. Di luar pulau, Mika kembali melihat kematian. Begitu dekat, mengerikan. Mika merasa lelah, mentalnya tidak kuat.Mika meringkuk di ranjang layaknya seorang bayi. Meski tidak ingin, otaknya memuat lagi reka ulang semuanya.Mika tiba-tiba teringat hal penting ketika ibunya ke luar untuk membeli sesuatu. Tidak ingin membuang-buang waktu, Mika pergi untuk memastikannya."Permisi, saya mau bertanya." Mika mendatangi meja resepsionis dan bertanya pada perawat yang berjaga di sana."Iya, ada yang bisa saya bantu?""Bisa saya bertemu dengan dokter atau perawat yang terlibat dengan operasi Rania? Ada yang mau saya tanyakan," tanya Mika. Ia tidak mungkin mendatangi kamar rawat Rania tanpa izin. Ada polisi yang berjaga 24 jam di sana."Mohon maaf tapi kami memiliki peraturan untuk menjaga privasi pasien.""Bukan, bukan. Yang mau
Magbasa pa
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status