All Chapters of Hilang Untuk Ditemukan: Chapter 11 - Chapter 20
29 Chapters
Bab 10. #nyata
"Oh kamu tinggal di gubuk ini ternyata." Terdengar suara pria yang terasa begitu dekat dengannya, Grace yang terlelap di tempat tidur dengan posisi meringkuk membuka matanya perlahan. Masih dalam keadaan setengah sadar dan matanya berusaha fokus, namun Grace berkata dalam hatinya; sepertinya suara itu tidak asing. "J—JOHN?!" Mata Grace terbelalak, jantungnya terasa mau copot. Sosok pria di hadapannya itu ternyata John dan pagi itu matahari belum sepenuhnya terbit karena tertutup awan tebal, sehingga suasana cukup gelap dan dingin menyelimuti kamar Grace. Grace tidak dapat berkata apa-apa saat sosok John berdiri dengan ponsel di tangannya dan mengarah padanya seperti yang terjadi sebelumnya. Mungkinkah ia sedang merekam dirinya kembali? Tapi sejak kapan? Bagaimana bisa ia masuk? Kenapa dia bisa tahu alamat rumahnya? Tunggu, ini seperti pembobolan rumah! "Gue dengar dari teman-teman lu, lu tinggal sendiri?" Tata
Read more
Bab 11. #doa
"Be—berita darimana, Bapa?" Grace terbata-bata. "Ba ... Bapa lihat di sosial media ya?" Terdengar tawa kecil Bapa Chris. "Bukan saya, tapi teman Bapa yang sangat aktif di sosial media. Dia bilang kamu muncul di halaman utamanya, dari sosmed cowok terkenal itu." Terdiam, dengan perasaan berkecamuk, Grace merasa ini semua tidak adil. Kemalangan datang bertubi-tubi dikarenakan seseorang tidak bermoral itu merekam video akan dirinya. Bahkan Bapa Chris mungkin telah mengetahui bahwa dirinya mengumpat karena tersebar luas di berbagai kalangan. "Maaf, Bapa—" Grace duduk di bangku panjang, angin semilir meniup rambutnya. "Aku sudah berkata kasar karena kesal." "Grace sayang," Bapa Chris menimpali. "Tidak perlu minder kalau kamu sudah cukup umur untuk mulai menyukai seseorang...." "Eh? Bukan itu poinnya, Bapa. Aku sama sekali—" Grace berusaha menyanggah, tapi nampaknya Bapa Chris terlalu senang sehingga tidak mendengarkan. "Bapa dukung
Read more
Bab 12. #teman
Grace wajib memasang senyuman terindah ketika anak-anak yang akan diajarnya mulai berdatangan kurang lebih lima menit sebelum kelas pelayanan-nya dimulai. Ia mengenakan tangan panjang putih dan celana bahan untuk menutupi luka pada lengannya yang masih dibalut dan juga cedera ringan pada kakinya. Dari kejauhan, anak-anak tersebut ada yang datang dengan bersepeda, jalan kaki, ada juga yang diantar oleh kakaknya. Usianya bervariasi dari yang paling kecil delapan tahun dan ada yang dua belas tahun. Salah satu dari anak-anak tersebut segera berlari menghampiri Grace untuk dibelai rambutnya, namanya Kiara. Gadis kecil berusia kira-kira delapan tahun itu memang masih manja dengan rambutnya yang kecokelatan sepanjang bahu, keriting gantung, dan memiliki mata yang besar. Pipi Kiara yang tembem kemerahan sering dicubit lembut Grace karena terlalu menggemaskan. Namun pagi itu Grace nampak kurang semangat, Kiara yang selalu berhasil menceriakan Grace tertergun
Read more
Bab 13. #ternak
"Babi ya," gumam Grace ketika ia memberikan pakan ternak pada beberapa ekor babi yang sedang mendengus di area kandang babi miliknya. "Tapi babi-babi ini masih ada gunanya." Terdapat lima ekor babi dewasa yang cukup besar dan gemuk, juga delapan ekor anak babi yang lari kesana-kemari, terguling karena licinnya lumpur. Grace dan Bapa John mendirikan kandang babi tersebut karena titipan seorang saudara. Saudara di sini merujuk pada panggilan Bapa kepada teman pelayanannya, seorang pria paruh baya yang tinggal di kota kecil Indrimayu, beberapa kilo meter jaraknya dari desa Bukit Anugerah. Namanya saudara Markus Ferdinand, seringkali dipanggil dengan sebutan Marko. Awalnya. peternakan milik Bapa Chris dan Grace hanyalah diperuntukkan hewan ternak berukuran kecil. Namun karena dukungan koneksi dari saudara Marko, sehingga satu per satu hewan ternak seperti babi, sapi, juga kambing dapat diperoleh dengan harga miring namun kualitas yang cukup baik. Kelinci,
Read more
Bab 14. #janji
"J—John?!" Grace syok bukan main, ia tidak menyangka doanya tidak dikabulkan. Sementara John sendiri tidak tahu harus berterima kasih kepada siapa—Tuhan yang mana—untuk pertemuan kali keduanya dengan Maria seperti apa yang diingininya. "Yep, kita ketemu lagi," dengan penuh semangat, John melayangkan pandangan di balik kacamata hitam miliknya ke kiri dan kanan dan bertanya, "Maria, kata anak-anak yang barusan gue tanya ... di sini ada yang namanya Grace?" Grace masih terdiam mematung, berusaha mengatur pernafasan karena dadanya tiba-tiba berdegup kencang. Perasaan seolah ingin meninju dan berkata kasar, akan tetapi ia menahan diri karena itu perilaku yang tidak baik dan kemungkinan akan direkam lagi oleh John. Alih-alih menjawab pertanyaan John, Grace masih berusaha menyembunyikan identitasnya, nama aslinya sendiri. "Tolong," Grace membuka mulutnya setelah ia berhasil mengerahkan pikirannya untuk berpikir jernih. "Tolong hapus
Read more
Bab 15. #harga
Setiap manusia memiliki harganya masing-masing. Harga di sini bukan hanya merujuk pada harga diri, sikap menghargai, atau penghargaan terhadap prestasi tertentu. Akan tetapi nilai yang akan diberikan seseorang terhadap yang lain atas hasil atau usaha yang dilakukannya, dicapainya, dan dibayarnya. John telah membayar harga yang cukup mahal atas gaya hidupnya, gengsinya, dan juga segala apa yang dilakukannya di sosial media dan kehidupan nyata. Dengan taruhan, dengan foya-foya, dan dengan tindakan sembrononya seperti hari ini. "Jadi gimana, bro?" John menatap tajam Wawan yang berada hanya beberapa jengkal dari dirinya. "Kurang?" Wawan yang tersulut emosi segera mengepalkan tinjunya dan mengarahkan ke wajah John. Akan tetapi publik tidak pernah mengetahui bahwa John terlatih secara fisik untuk membela diri sejak kecil. Bahkan dilatih khusus dan langsung oleh para master bela diri. Wushu adalah salah satu cabang ilmu bela diri, bahkan men
Read more
Bab 16. #sepeda
Wajah Grace menjadi kemerahan. Bukan hanya karena perasaannya saja yang bergejolak, namun ia sendiri tidak yakin harus menjawab apa. Dalam alam bawah sadar pikirannya, ia merasa perkataan John tulus, tanpa ada maksud tersembunyi. Namun kejadian yang telah menimpanya membuat ia harus memasang tameng hati akan apa pun yang dilontarkan John. Termasuk kalimat 'penyesalannya' yang berujung video yang ia minta Grace rekam alih-alih meminta maaf langsung. Grace tetap tidak mempercayai sikap John. "Tidak perlu," Grace menurunkan ponsel milik John dan berjalan menuju arah pria tersebut yang sedang berjongkok di samping bangkai sepeda miliknya. "Kamu udah cukup membuat masalah, jadi tolong—ini, ponselmu. Kamu sebaiknya pulang, aku harus melanjutkan pekerjaanku." John menerima ponsel miliknya tanpa menoleh karena ia sedang memperhatikan bagian-bagian apa saja yang rusak pada sepeda tersebut. Kemudian ia bangkit berdiri dan mengantongi ponsel miliknya, melirik sejenak ke
Read more
Bab 17. #ujian
Jam di dinding terus berdetak, tanpa disadari waktu sudah menunjukkan pukul 17:10 waktu setempat. Grace yang sibuk menghafal cara menghitung resep harus segera menyimpan buku yang dipinjamnya dari tempat kuliahnya. Ia bergegas untuk mandi, tetapi ketika hendak mengambil handuknya, Grace mendengar deru mobil John di kejauhan. Ia berhenti sejenak untuk mendengarkan, tetapi dengan cepat menggelengkan kepalanya dan pergi ke kamar mandi. "Aku harus berkonsentrasi untuk ujian nanti," kata Grace pada dirinya sendiri sambil menyalakan air di bak mandi. Namun, ia juga memiliki pemikiran lain ketika memutar keran, Grace menyadari bahwa sepedanya belum diperbaiki. Karena kejadian hari ini antara John dan Wawan—kekasih Sheila, Grace tidak enak menghubungi Sheila untuk mengajaknya pergi kuliah bersama. "Hmph! Itu semua karena pria sombong itu—" Setelah selesai membersihkan tubuhnya, Grace merasa bahwa dia membutuhkan bantuan Sheila bagaim
Read more
Bab 18. #kamar
"Oh, jadi ini cewek kampung yang lu bicarain, J?" Gadis berambut pendek sebahu dengan tatapan setajam elang itu menatap Grace dari atas ke bawah. Mengenakan pakaian seksi yang menampilkan belahan dadanya, wanita itu seolah tidak merasa dingin sama sekali walau udara terasa dingin berkabut di malam hari. John tidak menjawab, ia melepas lengan gadis yang mengapitnya lalu berjalan mendekati Grace yang sedang memegangi kartu debit Bapa Chris. "Lu yakin mau nginep di sini?" John menantang Grace karena ia menduga bahwa gadis desa itu akan membayar biaya penginapan dengan kartu debit yang sedang dipegangnya. "Ga perlu sombong gitu lah," Grace angkat suara karena kesal diremehkan John. "Aku tau kamu kaya raya. Tempat ini juga milikmu—tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya nilai orang." "Wow, tajem juga mulutnya." Gadis berpakain seksi itu melirik ke arah John, seakan ingin menyaksikan apa balasan yang akan dilontarkan John. "Dua kamar
Read more
Bab 19. #streaming
Perbedaan paling signifikan ketika menyambut pagi bagi Grace ialah, ia tidak mendengarkan kicauan burung dari jarak dekat serta dirinya mengalami kekurangan tidur sehingga tubuhnya merasa pegal-pegal. "Mungkin karena ini bukan kamarku sendiri kali ya," Grace bergumam dalam hati sambil memperhatikan langit-langit yang berjarak lumayan tinggi yang disinari penerangan remang berwarna kuning dari kedua sisi tempat tidurnya. "Kenapa semakin besar, aku merasa semakin ga nyaman ya...." Langit dan udara di sekitar pegunungan jauh lebih terasa dingin dari yang biasa dirasakan Grace di rumahnya. Jam di ponsel miliknya menunjukkan pukul 06.10 sementara kabut tebal masih menyelimuti pemandangan di luar dan tentunya cahaya matahari belum terlihat sama sekali. Udara dingin menyelimuti setiap sudut ruangan, untungnya kamar Grace dilengkapi dengan penghangat ruangan praktis yang selalu menyesuaikan suhu ruangan kamar agar tidak terlalu dingin. Dalam kondisi seperti
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status