Lahat ng Kabanata ng Wanara: Kabanata 81 - Kabanata 90
125 Kabanata
Ranjau Di Perbatasan
Dewa Kilat Narasoma tersenyum lebar dan sangat percaya dengan ucapan Wanara. "Aku percaya sepenuhnya dengan apa yang kau katakan kepadaku Raja. Karena kau adalah manusia pilihan yang tepat untuk menjadi raja bumi!" tandas Dewa Kilat Narasoma. Setelah itu, ia pun langsung menyampaikan pesan dari Dewa Petir kepada Wanara. Yakni, mengenai kekuasaan yang telah diberikan oleh sang Dewa kepada Wanara dan ada sedikit penyampaian lain selain itu."Raja tentu tidak akan menduga jika yang mulia Dewa Petir telah memberikan anugerah ini bukan hanya gelar saja. Akan tetapi, sang Dewa telah mengutus prajurit langit untuk membantu perjuangan Raja dan rakyat kerajaan bumi di masa yang akan datang. Seperti yang sudah tertulis dalam kitab Jala, bahwa pulau ini akan menjadi pusat kerajaan bumi yang disegani oleh kerajaan-kerajaan lain!" tandas Dewa Kilat Narasoma menuturkan.Mendengar keterangan dari Dewa Kilat Narasoma, Wanara lalu memberi isyarat kepada sang Dewa agar ikut dengannya pergi
Magbasa pa
Pertarungan Di Batas Wilayah
Wanara pun tak mau sembarangan menerobos masuk. Sehingga, ia lebih memilih kembali untuk mengabarkan hal itu kepada para prajuritnya agar mereka berhati-hati ketika bertugas di perbatasan.Wanara dan Guliwang kembali memacu derap langkah kudanya menuju pulang. Baru beberapa langkah saja, mereka sudah dikejar oleh belasan prajurit musuh entah dari mana datangnya? Mereka berteriak lantang, "Berhentilah! Kami akan memeriksa kalian!" seru salah seorang prajurit dari kerajaan Rawamerta.Mendengar seruan tersebut, Wanara dan Guliwang pun segera menghentikan laju kuda mereka, dan segera berpaling ke arah belakang. Tampak beberapa prajurit kerajaan Rawamerta tengah berdiri dengan posisi memegang senjata masing-masing sambil menatap tajam ke arah Wanara dan Guliwang."Kalian siapa?" bentak prajurit itu mulai mengepung Wanara dan Guliwang."Kami adalah pengembara, memangnya kalian ada urusan apa dengan kami?" jawab Wanara balas bertanya. Ia menutupi identitasnya sebagai ra
Magbasa pa
Kesaktian Guliwang
Ketika melihat korban dari pihak musuh berjatuhan dalam jumlah yang cukup banyak, maka terbersit pula dalam benak Wanara untuk mengendorkan serangannya itu, agar mengurangi jumlah korban yang banyak lagi akibat terkena jurus darinya.Akan tetapi, bersamaan dengan munculnya niat tersebut, justru para prajurit musuh malah semakin gencar melakukan serangan terhadap dirinya. Sehingga Wanara berpikir ulang dan mengurungkan niatnya."Kalian memang bodoh, tidak mau menyerah," desis Wanara geram sambil mengepalkan kedua telapak tangannya."Hai, Raja! Kami bukan anak kecil yang dengan mudah menyerah begitu saja. Kami sudah bersumpah atas nama Dewa, bahwa kami tidak akan surut melawan para pemberontak seperti kalian!" sahut salah seorang prajurit senior, berkata lantang sambil membusungkan dada.Wanara tampak geram mendengar perkataan dari prajurit tersebut. "Kau memang kesatria yang berjiwa patriot, namun kau sudah keliru langkah!" kecam Wanara.Dengan demikian, ia p
Magbasa pa
Kunjungan Tuan Raja Nainggolo
Dalam kesempatan itu pertempuran tersebut kembali berjalan semakin sengit. Semakin lama, maka para prajurit kerajaan Bumi itu pun berhasil menempatkan diri mereka di posisi paling diunggulkan.Mereka bertempur satu lawan satu pada tingkat kemampuan bela diri yang tidak terpaut jauh dengan lawan yang mereka hadapi.Ada pula di antara mereka yang bertempur secara berkelompok antara dua, tiga sampai belasan orang menghadapi prajurit lawan yang sedikit lebih unggul kemampuan bela dirinya dari mereka, yang tidak dapat diimbangi dengan cara lain."Kejar mereka, dan hancurkan saung penjagaan milik mereka!" seru Wanara yang kala itu sudah menaiki kudanya.Para prajuritnya tampak bersemangat mendengar seruan dari sang pemimpin mereka. Sehingga, para prajurit itu pun langsung memburu para prajurit musuh yang sudah berhamburan meninggalkan arena pertarungan tersebut."Mundur! Selamatkan diri kalian!" seru sang pemimpin prajurit dari pihak pasukan kerajaan Raw
Magbasa pa
Rencana dari Kedua Raja
Dari saung penjagaan paling terdepan, prajurit yang berjaga langsung menyampaikan kepada prajurit yang berjaga di saung penjagaan yang ada di dalam.Dengan demikian, para prajurit yang ada di dalam langsung memberi tahukan kepada Prabu Bagaskara tentang kedatangan tamu kehormatannya itu.Maka, Prabu Bagaskara langsung memerintahkan para prajuritnya agar membuka pintu gerbang istana, dan segera mempersilahkan tamunya untuk menghadap dirinya di ruang utama yang ada di dalam istana.Pagi hari itu, di ufuk timur cahaya terang sudah mulai terlihat, pertanda matahari akan segera menampakkan diri menghangatkan bumi dan seisinya.Setelah mendapatkan izin dari Prabu Bagaskara. Maka, Tuan Raja Nainggolo pun langsung masuk dan menjura hormat kepada Prabu Bagaskara yang sedang berada di ruang sidang, membahas perundingan perang bersama para prajurit senior dan juga bersama Senapati Karama."Selamat datang, Tuan Raja," sambut Prabu Bagaskara tersenyum hangat balas menjur
Magbasa pa
Istana Baru Kerajaan Bumi
Istana megah kerajaan Bumi telah berdiri kokoh di bibir hutan yang biasa disebut sebagai Alas Dewa. Santika dan Sekar Widuri telah resmi menjadi dua orang permaisuri raja–Wanara yang diberi gelar orang sang Dewa Petir sebagai raja bumi.Tujuh hari yang lalu, ia baru saja menikahi dua wanita cantik dalam waktu yang bersamaan. Yakni, Santika dan Sekar Widuri atas izin dari ketiga guru sepuh yang menjabat sebagai penasihat istana kerajaan Bumi.Senyuman manis melekat dari kedua wanita cantik itu, kala sang raja tiba di ruang utama berjalan menuju kursi singgasana, dengan diiringi para punggawanya."Salam kebajikan. Dewata agung senantiasa memberikan kesehatan bagi sang Raja!" seru Wora Saba menyambut kehadiran Wanara di ruang utama istana kerajaan.Semua yang ada di ruangan tersebut, serentak menjura kepada sang raja. Mereka berdiri dengan sikap hormat merapatkan kedua telapak tangan di atas dada.Wanara tersenyum lebar, kemudian duduk di kursi utama yang
Magbasa pa
Pertarungan Patih Warda Kusuma dengan Darma
Pagi itu, ada belasan orang pendekar yang tiba-tiba saja datang ke istana kepatihan Dang Resta. Pimpinan dari para pendekar tersebut berteriak-teriak tak karuan. Sikapnya sungguh tidak terpuji, merasa dirinya paling gagah dan pemberani."Prajurit, tolong sampaikan kepada Patih Warda Kusuma, segera keluar temui kami!" perintah salah seorang pendekar kepada dua orang prajurit penjaga. "Dan sampaikan juga aku adalah pertapa anom yang hendak menemuinya!" tambahnya berkata penuh kejumawaan.Ia merupakan pimpinan dari kelompok para pendekar yang menamakan dirinya sebagai kelompok Pendekar Kelalawar Hitam. Entah ada maksud apa para pendekar itu mendatangi istana kepatihan Dang Resta?Dua prajurit yang tengah berjaga itu tampak seperti ketakutan ketika mendengar suara orang tersebut. "Baiklah, kalian tunggu saja dulu!" jawab salah seorang prajurit langsung bergerak cepat menuju ke dalam istana kepatihan.Prajurit itu langsung melaporkan tentang kedatangan para pe
Magbasa pa
Dendam Darma terhadap Patih Warda Kusuma
"Hai! Kenapa kau terus menghindar?" teriak Patih Warda Kusuma.Darma tampak jera dengan kesaktian yang dimiliki oleh sang patih, sehingga ia pun memberi isyarat kepada murid-muridnya untuk segera meninggalkan istana kepatihan."Ayo, kita pergi dari tempat ini!" teriak Darma tampak seperti merasa malu dengan sikap sombong yang sudah ia tunjukkan di hadapan Patih Warda Kusuma dan para prajuritnya.Dengan demikian, para murid-muridnya pun segera surut dan langsung berjalan mengikuti langkah Darma yang sudah ngacir lebih duku."Dasar pengecut kau! Kalian para pendekar yang hanya mengandalkan kebesaran kepala saja!" teriak Patih Warda Kusuma.Setelah itu, sang patih langsung mengumpulkan para prajuritnya di ruang utama istana kepatihan. Ada banyak hal yang ia sampaikan kepada para prajuritnya tersebut."Kalian harus berhati-hati dan lebih waspada lagi dengan pergerakan para pendekar itu!" ujar Patih Warda Kusuma di sela perbincangannya dengan ratusan prajuri
Magbasa pa
Punggawa Baru Kerajaan Rawamerta
Dalam tempo singkat, Darma sudah tiba di depan pintu gerbang istana megah milik pemerintah kerajaan Rawamerta. Seorang prajurit penjaga pintu gerbang istana segera melakukan pemeriksaan terhadap Darma dan para pengikutnya."Kau ini siapa dan mempunyai tujuan apa datang ke istana ini?" tanya seorang prajurit senior bersikap tegas.Darma tersenyum, lalu menjura hormat. "Mohon maaf, Prajurit. Aku ini adalah Darma dan mereka adalah murid-muridku, kami datang dari Alas Dang Resta bertujuan untuk bertemu dengan sang raja, aku harap kau mengizinkan kami untuk bertemu langsung dengan sang raja!" jawab Darma bersikap ramah dan penuh rasa hormat terhadap prajurit itu.Prajurit itu menghela napas dalam-dalam, kemudian bertanya lagi, "Katakanlah! Tujuanmu itu apa hendak menemui sang raja?""Maaf, Prajurit. Aku mendengar kabar dan mendapatkan warna-wara dari para pendekar yang ada di wilayah kerajaan ini, bahwasanya sang raja sedang mencari para pendekar tangguh untuk
Magbasa pa
Kedatangan Para Prajurit Kerajaan Rawamerta
Pagi itu, Senapati Jasena sudah tiba di ruang utama istana. Ia baru saja menyelesaikan tugas yang diberikan oleh sang raja dan ketiga guru sepuh. Yakni, berkunjung ke istana kekaisaran Cianggon dalam rangka penjajakan kerjasama persenjataan bagi kebutuhan prajurit kerajaan Bumi.Di hadapan ketiga guru sepuh, Senapati Jasena menjura sambil mengucapkan salam, "Sampurasun, Guru." Sang senapati berdiri sambil membungkukkan badan seraya memberi hormat kepada ketiga guru sepuh yang tengah duduk di kursi kebesaran mereka sebagai penasihat istana."Rampes," jawab ketiganya sambil melontar senyum kepada Senapati Jasena yang baru tiba itu."Duduklah, Senapati!" pinta Ki Ageng Jayamena sambil tersenyum menatap wajah Senapati Jasena."Terima kasih, Guru," ucap Senapati Jasena langsung duduk di kursi kebesarannya sebagai sang senapati kerajaan.Senapati Jasena menarik napas dalam-dalam. Kemudian berkata lirih penuh rasa hormat, dan menjaga wibawanya sebagai seo
Magbasa pa
PREV
1
...
7891011
...
13
DMCA.com Protection Status