All Chapters of WARUNG TENGAH MALAM: Chapter 21 - Chapter 30
271 Chapters
21-SEBUAH PESAN
Angin di malam ini sangat kencang, terlihat dedaunan yang tertiup angin di malam hari di seberang jalan. Beberapa daun kering yang berserakan di tanah pun beterbangan tertiup angin, terbang melewati mobil yang ditinggalkan Parta, Ayu dan Dimas, mobil yang terlihat rusak di segala sisinya dan menjadi saksi bisu atas hilangnya Martin. Sudah Satu hari berlalu semenjak Parta, Ayu dan Dimas pergi untuk menjemput Martin, Aku menunggu mereka di depan warung berharap mereka baik-baik saja. Rasa cemas dan khawatir akan keadaan mereka selalu muncul di benakku, mengingat sudah satu hari berlalu namun tidak ada kabar dari mereka, para pencari madu hutan yang berangkat setiap pagi ke gunung Sepuh pun tidak melihat tanda-tanda keberadaan mereka. Belum satu bulan berlalu semenjak aku pulang ke kampung, sudah banyak kejadian diluar nalar yang ku alami. Aku sempat berpikir, bagaimana rasanya menjadi Bapak yang setiap malam menjaga warung ini, dengan berbagai kejadian yang bis
Read more
22-PERTOLONGAN
Sinar matahari perlahan-lahan muncul dari sela-sela gunung, cahayanya muncul dari sela-sela dedaunan dari pepohonan hutan. Membuat suasana terasa hangat, suara-suara burung pun mulai berkicau untuk menyambut pagi, mengantikan suara-suara binatang malam yang kembali ke sarang nya untuk beristirahat. Menandakan hari baru telah di mulai dan malam kini telah berganti jadi pagi. Namun Terlihat seseorang yang berdiri di depan celah batu dengan napas yang terengah-engah, tubuhnya terlihat kotor akibat lumpur yang mengotori bajunya, raut mukanya tampak lusuh. Seperti sudah lama dia tidak tertidur dan memastikan tubuhnya tetap terjaga. Celana yang di pakainya pun terlihat robek, banyak robekan-robekan kecil disertai luka darah yang meresap ke pakaian yang dipakainya. Keadaanya sungguh kacau, dia berdiri dan tidak bergerak dari celah batu itu. Seperti sedang menjaga sesuatu yang ada di celah batu tersebut. “hah hah hah, akhirnya sudah pagi juga” katanya dengan
Read more
23-RAPAT
Hari ini jalanan di Kampung Sepuh tidak seperti biasanya, jalanaan yang dilalui oleh para petani, peternak, dan para warga yang ingin mengambil madu dan buah-buahan hutan yang biasanya berlalu lalang kini sepi. Hanya terlihat beberapa orang saja yang melintas melewati warung. Disana terlihat Ibu yang sendirian menjaga warung di siang hari. Dia duduk sembari sesekali membaca buku bacaan tua yang berisi tentang cerita-cerita legenda atau sajak-sajak sunda. “Bu, aku berangkat ke rumah Aki Karma dulu ya Bu” aku setengah berteriak memberitahu Ibu bahwa aku pergi ke rumah Aki Karma untuk berkumpul dengan para warga lainnya. Aki Karma memberitahukan ku bahwa para warga akan berkumpul di sana dan berdiskusi, atas kejadian yang menimpa kampung beberapa hari ini. “Iya Jang, makanan yang di kresek buat konsumsi warga udah dibawa kan? ” teriak Ibu dari depan warung. “Iya Bu, Ujang sudah bawa” jawabku sambil aku memperlihatkan keresek hi
Read more
24-WAYANG
Aku hanya bisa terdiam dengan pertanyaan Aki Karma, Aku tidak tahu harus berkata apa. Karena aku juga tidak mengerti akan hal-hal seperti ini, semuanya terjadi begitu saja tanpa ada penjelasan yang jelas. “Sebenarnya sewaktu pertama menjaga warung, aku melanggar apa yang dipesankan Ibu, ki” kataku dengan sedikit murung “Aku melanggar beberapa hal yang dituliskan ibu kepadaku, dan aku tidak tahu ternyata imbasnya akan seperti ini” Aki Karma kemudian mendekatiku dan menepuk-nepuk pundaku mencoba membuatku semangat kembali, dia pun meminta maaf kalau pertanyaan tadi membuatku murung, karena Aki Karma tidak tahu tentang hal yang sebenarnya. “Aki tahu kamu pasti shock ketika pertama kali jaga malam di warung, namun apakah kamu gak pernah di ajarin suatu ilmu untuk menghadapi para makhluk-makhluk tersebut?" Tanya Aki Karma “Ilmu apa ki? " jawabku bingung “Ya ilmu-ilmu gaib, seperti Bapakmu itu, makanya
Read more
25-TERTIDUR
Rintik-rintik hujan membasahi Kampung Sepuh malam ini, kampung yang sangat sepi apabila menjelang malam hari. Beberapa hari ini hujan turun di Kampung Sepuh, menandakan bergantinya cuaca dari kemarau menuju musim hujan, tak jarang kabut turun menjelang sore hari dari gunung sepuh yang menutupi kampung, sehingga apabila kita keluar rumah, hanya warna putih yang terlihat, karena jarak pandang yang terbatas.Aku baru saja keluar dari ruangan belakang warung, sembari membawa kopi hitam pesanan Aki Karma yang menemaniku malam ini. Ku lihat Aki Karma hanya duduk terdiam di depan warung, kepulan asap rokok selalu setia menemani Aki Karma dimanapun dia pergi,Aki Karma perokok berat, kemanapun dia berangkat dia selalu menyalakan rokoknya. Terlihat dari beberapa bungkus rokok yang dia beli dari warung.“Ini ki kopinya”Aku menyodorkan kopi kepada Aki Karma.Aki Karma yang fokus melihat ke seberang jalan di depan warung, terlihat agak ka
Read more
26-MENUJU MAKAM
Sinar matahari pagi pelan-pelan terlihat dari sela-sela awan di Kampung Sepuh, sinar matahari yang cerah yang muncul dari belakang Gunung Sepuh dan perlahan-lahan menyinari kampung dengan sinarnya yang hangat. Setelah semalaman di guyur hujan yang cukup lama kini Kampung Sepuh sudah mulai menghangat, begitu juga dengan orang-orang yang mulai keluar dari rumah masing-masing untuk memulai kegiatan mereka seperti biasanya.Aku seketika terbangun karena dibangunkan oleh Ibuku yang saat itu datang ke warung.“Jang, Jang Bangun!!” Kata ibuku membangunkanku pagi itu.“Hoaaaaaaaaaaaaaaam” aku menguap sekaligus meregangkan badan dan otot-otot tanganku ketika aku bangun"Ujang lanjut aja tidurnya di rumah, sekarang giliran ibu yang jaga warung" Ucap Ibuku sambil menepuk pundakku lalu pergi bagian dalam warung untuk membereskan stok dagangan.Aku mencoba menggosokan mataku, aku terdiam sesaat sembari duduk di
Read more
27-MENYUSURI PASAR MALAM
Lampu-lampu yang menyala terang dari obor menyala dan menghiasi pasar malam itu, stand-stand makanan berjejer rapi dari tempat Aku dan Aki Karma berdiri hingga ujung mata memandang. Tempat yang tadinya adalah pepohonan di hutan yang lebat, kini menjadi suatu tempat yang terang benderang dengan berbagai macan stand jajanan di kedua sisinya. Sebuah tempat dimana Aku pernah terjebak di dalamnya. Namun kali ini suasananya sangat berbeda, pasar malam ini lebih luas, saking luasnya Aku tidak bisa melihat ujung dari pasar malam ini.Namun semuanya nampak kosong, tidak ada pengunjung atau para penjaga stand. Yang ada hanya stand-stand yang bejejer rapi dengan lampu yang menyala. Tidak ada suara tertawa yang menghiasi pasar malam itu, tidak ada suara gamelan dan pagelaran wayang yang Aku lihat seperti sebelumnya. Yang ada adalah jalan panjang yang lurus dengan stand – stand di kedua sisinya.Aku melihat Aki Karma yang sedang berdiri, seperti sedang mengamati sesuatu, dia
Read more
28-BERTEMU
Suara-suara nyaring dalam gua itu mengagetkan Aki Karma dan Aku yang sedang ada diluar, di dalam hutan yang gelap dengan pohon-pohon besar di sekelilingnya, terdapat satu cahaya yang begitu terang di dalam gua, cahaya yang diiringi suara gamelan khas sunda dan suara-suara riuh yang seakan-akan mereka sangat senang ada disana. Tidak masuk akal memang, Aku dan Aki Karma hanya terdiam. Melihat cahaya yang merah terang yang keluar dari dalam gua tersebut.“Jang, Aki ingat, itu suara gamelan teman-teman Aki. Jang, Aki harus kesana” Aki Karma berbicara kepadaku dengan bersemangat dia sangat yakin bahwa apa yang dia dengar saat ini adalah gamelan dan suara dari teman-temannya yang meninggal dahulu.“Aki harus kesana Jang” kata Aki Karma begitu bersemangat ingin segera bertemu teman-temannya sembari melangkahkan kaki lebih cepatNamun Aku dengan refleks mencoba menaha
Read more
29-PERTUKARAN
Kok kok kok.....Suara-suara ayam hutan saling bersahutan berkokok, suaranya yang menandakan bahwa malam hari sudah selesai dan beberapa waktu lagi bulan akan tergantikan oleh cahaya matahari dengan sinarnya yang hangat. Bintang-bintang masih terlihat dengan jelasnya, belum saatnya bagi mereka untuk menghilang terkena silaunya matahari pagi, mereka masih berkilauan ditemani oleh cahaya kemerahan yang pelan-pelan muncul di ufuk timur Gunung Sepuh.Terlihat muncul beberapa bayangan yang mengelilingi di depan ku yang sedang tertidur di sebuah pohon besar, mereka serentak menundukan kepalanya kepada ku yang sedang tertidur di depan gua. Bayangan tersebut seperti sedang berterima kasih kepada ku, terlihat dari senyum kecil dari semua bayangan yang mengelilingi ujang di tempat itu. Kemudian salah satu dari mereka menyimpan beberapa lembaran kertas di atas tanganku, beberapa lembar kertas tua yang sudah mengelupas di ujungnya, dengan warna yang kekuningan namun tulisanya masi
Read more
30-TAHUN 1890
Rintik-rintik hujan kembali menemani malamku di Kampung Sepuh, sudah beberapa hari ini hujan terus-terusan datang dan membasahi Kampung Sepuh dengan lebatnya, bahkan kabut gunung tak jarang datang dari siang hari sehingga mengurangi pandangan ku ketika Aku berjalan. mungkin bagi sebagian orang terutama untuk orang-orang yang tinggal di kota, kabut tebal dari siang hari jarang sekali terjadi. Namun berbeda dengan Kampung Sepuh, karena Kampung Sepuh berada lereng gunung, sehingga tak jarang kabut akan datang sebelum hujan sehingga membuat cuaca semakin dingin. Aku sudah beberapa hari ini memakai jacket tebal, rasa dingin yang menusuk tulang yang semakin terasa setiap malamnya membuatku harus memakai pakaian yang tebal, juga sarung yang setia menemaniku sebagai pengganti selimut saat Aku tertidur di warung. Sudah tiga hari Aku menjaga warung semenjak Aku pergi bersama Aki Karma ke Gunung Sepuh, namun tidak ada kejadian aneh dan makhluk yang menyeramkan yang datang ke wa
Read more
PREV
123456
...
28
DMCA.com Protection Status