Semua Bab WARUNG TENGAH MALAM: Bab 71 - Bab 80
271 Bab
71-KERETA KENCANA
Ting nang ning nung....Ting nang ning nung....Suara galeman yang merdu dari kebun terdengar hingga depan warung tempatku berdiri, juga cahaya-cahaya merah yang muncul dan terlihat dari sela-sela pepohonan di kebun tersebut kini semakin banyak. Sepertinya selain di Kampung Parigi, para makhluk yang berada di sekitar Kampung dan Gunung Sepuh juga berpesta pora di sana.Bukan tanpa alasan, sepertinya memang adalah hal yang disengaja. Biasanya sudah menjadi tradisi bagi masyarakat di Kampung-kampung untuk memindahkan para makhluk yang berdiam diri di suatu tempat ke tempat lain, ketika di tempat itu akan diadakan suatu hajatan atau acara yang melibatkan banyak orang.Masih banyak orang yang percaya, bahwa ketika hajatan atau acara besar di gelar. Itu bisa menganggu para makhluk yang sudah lama berdiam di sana, sehingga seringkali mereka akan menganggu jalannya acara.Banyak kejadian, ketika seseorang mengadakan hajatan di Kampung dan tidak melakukan
Baca selengkapnya
72-NYI RATU
Suasana kini hening, setelah Mamat terdiam akibat melihat sesosok nenek yang melambaikan tangannya, secara tidak langsung mengartikan melarang mereka melanjutkan perjalanan yang dia tempuh. Tapi Mamat tidak mengerti maksud dari nenek itu, dia hanya diam saja. Mang Nandi juga sama, dia lebih memilih untuk terdiam setelah Mamat merasakan ketakutan dalam dirinya, namun Mang Nandi masih berpikir positif atas apa yang Mamat lihat. Bukan tidak mungkin mereka bertemu dengan para makhluk yang sering menampakan dirinya di pinggir jalan, mengingat ini adalah jalan pegunungan yang sangat sepi apabila dilewati di malam hari. Mobil mereka pun terus melaju, menghempaskan kerikil-kerikil kecil yang berserakan di jalanan yang berbatu dan suasana yang begitu gelap gulita membuat roda mobil beberapa kali salip di lubang yang ada di jalan. Namun kini pepohonan dan kebun teh sudah tidak nampak lagi, yang ada kini hanya hamparan sawah yang membentang di kedua sisi jalanan itu. Yang menan
Baca selengkapnya
73-TERIAKAN
Wanita itu tersenyum, mendengar perkataan dari sosok yang tinggi besar itu. senyumannya yang anggun membuat kecantikannya semakin bertambah. “Tidak perlu repot-repot, aku sekarang tidak meminta hal-hal seperti itu lagi. Meskipun para manusia memberikan sesaji setiap tahun, tapi itu hanya sebagai sedekah bumi. Sebagai timbal balik atas keselamatan mereka ketika mereka pergi berlayar melewati tempatku berdiam diri di lautan lepas. ” “Aku sudah tidak lagi melakukan perjanjian yang mengorbankan manusia seperti itu, kita sudah melakukan kerja sama tanpa suatu ikatan antara dua alam, saling menjaga dan saling menghormati satu sama lain.” Wanita itu berbicara dengan sangat lembut kepada salah satu sosok yang ada di sana, tampaknya sosok tersebut tertawa, perutnya bergetar saking kerasnya dia tertawa di depan wanita itu. Namun wanita itu tidak bergeming. Dia masih mempertahankan keanggunanannya meskipun di depannya terdapat suatu sosok yang tinggi besar dengan tawa y
Baca selengkapnya
74-HADIAH KECIL
Hah hah hah “Kita harus lari ke mana lagi Mang, kita salah masuk, meskipun kita melihat mereka semua dalam bentuk manusia, namun sepertinya mereka bukan manusia Mang,” kata Mamat sembari berlari. “Iya Mat, terdengar aneh apabila mereka berbicara tentang manusia, darah ayam, darah kambing, juga obrolan mereka yang seolah-olah menjadikan manusia sebagai tumbal dan makanan mereka. ” Ternyata Mang Nandi dan Mamat sudah melarikan diri dari keramaian tersebut, setelah mendengar percakapan antara Kala dan Nyi Ratu yang terdengar oleh mereka ketika sedang menyiapkan barang-barang untuk mereka jual. Mamat dan Mang Nandi seketika berlari keluar, namun stan-stan ini menjadi seperti labirin yang tidak bisa membuatnya keluar dari tempat tersebut. Padahal dia yakin sekali, bahwa dia berlari ke arah jalan
Baca selengkapnya
75-KALA
Wanita itu tersenyum, dia berjalan melewatiku yang sedang terdiam dan tak bergerak akibat melihat perubahan yang terjadi di depan warung. Secara tiba-tiba muncul kereta kencana yang entah darimana datangnya. Terdengar sebuah suara kereta kencana yang tiba-tiba muncul dari arah Gunung Sepuh, kereta kencana yang dia tumpangi sebelumnya ketika dia datang kesini. Kereta kencana itu datang dan berhenti tepat di depan warung. Dia kemudian berjalan mendekati kereta kencana sembari dikawal oleh beberapa pengawal yang entah darimana datangnya. Dia kemudian naik dan tersenyum pada ku untuk yang terakhir kali, dan dia sempat berkata. “Ketika kamu tidak kuat dan berusaha untuk menghindari apa yang menjadi takdirmu selama ini, maka kamu bisa pergi, bersama keluargamu ke
Baca selengkapnya
76-TERLEMPAR
Aku sontak terdiam melihat Kala berbicara bahwa dirinya adalah makhluk yang melakukan perjanjian dengan leluhurnya dahulu. Sesosok Makhluk yang selama ini dicari-cari oleh Bapak dan Kakek serta Kakek Buyutku karena sebuah tulisan dari Ki Wisesa pada sebuah foto yang diturunkan turun temurun. Makhluk tersebut kini hadir, tepat tak jauh dari tempatku berdiri. Dia datang dengan santainya dan tersenyum kepadaku dengan wajahnya yang mengerikan, terlihat giginya yang tajam serta kulitnya yang berwarna hijau gelap. Makhluk itu adalah mahluk memanipulasi perjanjian dengan leluhurku, sehingga keluargaku harus membuat warung dan melayani mereka hingga saat ini, dan kini dia datang dan menyapaku. “Hanya kamu dan Ki Wisesa yang sudah bertemu dengan ku Jang, suatu kehormatan bagi dirimu untuk bertemu Kala yang agung ini, Kake
Baca selengkapnya
77-MENYUSURI
Dalam filosofi bahasa sunda terdapat tiga alam yang hidup secara berdampingan satu sama lain. Yang biasa kita sebut sebagai Triloka. Biasanya kata triloka ini merujuk pada pertunjukan wayang golek yang para pemainya terdiri dari tiga alam yang berbeda yang saling berdampingan satu sama lain.Dalam kisah wayang golek tersebut, alam tempat kita berpijak, tempat kita mencari nafkah dan tempat kita untuk hidup dan akhirnya meninggal itu disebut Alam Marcapada. Yang berarti, Ujang dan para warga yang tinggal di Kampung Sepuh berada di alam Marcapada.Sedangkan untuk para makhluk yang datang ke warung, dan tinggal di Gunung Sepuh, dalam kisah wayang golek disebut Alam Mayapada. Sebuah alam ghaib tempat tinggal para makhluk halus.Juga ada satu lagi tempat yang dihuni oleh sosok Batara Guru, yaitu Sawarga Maniloka. Tempat
Baca selengkapnya
78-HILANG
“Kang, kalau Akang teh kuncen tempat ini?” Kata Mang Nandi yang penasaran denganku. “Ah bukan Kang, saya mah hanya yang punya warung di kampung, dan gak sengaja ketemu sama Akang berdua," kataku. “Masa, Kang ah, emang ini dimana Kang, Kampung Parigi bukan?” kata Mamat. “Bukan Kang, Kita semua mungkin sekarang sedang ada di Gunung Sepuh,” kataku mencoba menjelaskan. “HAAAH??? ” Mamat dan Mang Nandi seketika kaget dengan yang aku ucapkan. Aku pikir itu wajar, mengingat mereka mungkin tersesat dan terjebak di Pasar Jurig sehingga mereka akan kaget kalau mereka ternyata ada di Gunung Sepuh. “Ja...jadi… kita semua ada di dalam gunung anu di keramatkan Kang? ” Kata Mamat sambil bergidik ketakutan. “Mang, Mang, Mang Nandi! ” Ucap Mamat. Mang Nandi yang saat itu berjalan di depan Mamat menengok ke arah Mamat, lalu terlihat Mamat melambaikan tangannya ke arah Mang Nandi. “Mang, Mang kadieu! (Mang Kesini!)” Kata Mama
Baca selengkapnya
79-AUMAN
“MAMAT.... MAMATTTT! ” Mang Nandi berteriak mencari-cari Mamat. Begitupun denganku... aku mencoba membantunya dengan berteriak. “Eh, Kang tadi yang hilang siapa namanya? Mamat?” kataku kepada Mang Nandi. “Iya, Kang, Mamat,” jawab Mang Nandi. “Eh iya, Akang ketemu dari tadi tapi belum tahu nama Akang sendiri siapa?” kata Mang Nandi bertanya kepadaku. “Panggil saja nama aku Ujang, Kang,” kataku. “Oh iya, kalau aku biasa dipanggil Mang Nandi oleh Mamat, Kang,” Kata Mang Nandi. “Ya udah atuh hayu Mang kita cari lagi,” kataku.
Baca selengkapnya
80-ROKOK
Mang Nandi tiba-tiba berlari meninggalkanku disana dengan keadaan yang tampaknya sangat panik, karena mendengar sesuatu yang berbicara dan menyuruh kita berdua untuk pergi dari tempat tersebut. Krosak Krosak Tak peduli di depan ada semak belukar ataupun ranting-ranting pohon hutan yang menghalangi jalan setapak di hutan tersebut, Mang Nandi terus-menerus berlari dan tidak melihat sedikitpun ke belakang. Aku yang ada di belakangnya tiba-tiba berlari menyusul Mang Nandi, aku takut Mang Nandi akan seperti Mamat, hilang ditelan oleh gelapnya Gunung Sepuh. Gunung Sepuh pada malam hari akan berubah menjadi labirin yang seringkali menyesatkan kepada siapapun yang masuk kedalamnya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
28
DMCA.com Protection Status