Semua Bab Pendekar Dua Jiwa: Bab 61 - Bab 70
146 Bab
60. Pusaran Kejujuran
Di paviliun senior, Lu Xun datang seorang diri. Banyak mata lelaki memandang jengah padanya."Zhou di kamar lantai tiga!" sentak Deng Ai, duduk di kursi bersama teman-teman menikmati daging bakar. "Gara-gara kamu aku terlambat makan siang!"Lu Xun melangkah menuju lantai tiga. Situasi sepi. Nyaris semua pintu kamar terbuka."Lu Xun, kemari," perintah Bian yang menguasai tubuh Zhou.Zhou duduk di kursi kecil sembari menikmati teh hangat. Pakaiannya belum terikat, membuat sinar matahari dapat menerpa kulit yang terekspos. Dia menepuk baju yang dilipat di atas meja, tapi Lu Xun fokus pada suling di sebelah baju."Ambilah, ini pakaianku di tahun pertama."Lu Xun mengambil pakaian juga
Baca selengkapnya
61. Huasan Kundah
"Zhou! Zhou!" Qiao panik sampai melangkah menuju pusaran. Untung Deng Ai menariknya mundur."Apa kamu gila? Ada apa? Kenapa mau masuk ke pusaran, hah!""Kak, Zhou terhanyut ke sana!""Apa?""Bajingan cilik itu menarik Zhou masuk, Kak. Dia iblis!""Tenang, tenang!" Deng Ai yang biasa tak pernah memakai otak, kali ini memompa banyak darah ke kepala. "Lapor guru kepala, jangan menyalahkan orang. Kita harus tenang," ucap Ai.Qiao melayang duluan menuju pagoda air terjun. Deng Ai melesat mengejar adiknya. Belum sampai tujuan, mereka bert
Baca selengkapnya
62. Langit Retak
Bian melayang jatuh ke taman bunga. Pintu besar tertutup rapat terikat rantai besar nan panas sampai keluar asap tebal dan berdesis.Kehadirannya disambut wajah khawatir Qiu dan Zhou, yang membantuntu Bian berdiri. "Kamu baik-baik saja?" tanya Zhou menepuk-nepukbpakaian Bian."Sudah kubilang kan, idemu kali ini buruk!" sentak Qiu, menampar lengan Bian. "Sekarang lihat, kita tidak tahu keadaan--""Kapan kamu bilang ide buruk?" gumam Zhou. "Kamu kan diam saja sambil menyumpahi Bian.""Pokoknya tadi bilang! Kamu jangan mencari masalah, ya!" Tabokan mendarat ke kepala Zhou."Sudah, jangan bertengkar." Bian berdiri di antara keduanya, memisah mereka supaya tidak berdebat. "Qiu, bagaimana keadaan tubuh Zhou?"
Baca selengkapnya
63. Terjebak bersama Lu Xun
Suara air menggebyar sungai menggema dalam goa batu. Cahaya hangat matahari membentur kulit wajah Zhou. Dia terduduk, mendapati tangan Lu Xun menggenggam erat telapak tangannya.Gadis itu tengkurap seperti ikan yang kelelahan, basah, tiada gerak kecuali karena menghembus nafas.Zhou menggoyang badan gadis itu. "Heh, bocah, bangun." Dia membalik badan Lu Xun, lama mengamati wajah putih basah itu. Cukup manis gadis satu ini, terutama jika merem. Bibirnya lumayan tebal, berwarna merah segar dan sedang basah, terbuka sedikit bergerak pelan."Pantas Bian suka," racau Zhou.Halus dia menepuk-nepuk pipi Lu Xun sampai dia tersadar.Lu Xun duduk mengucek mata, menguap lebar seakan tanpa beban. Ketika sadar gadis itu mendapati
Baca selengkapnya
64. Kiamat Dunia Bawah Sadar
Kali ini Zhou yang merasakan bagaimana tidak enaknya menjadi muntahan pintu. Dia terlontar ke taman bunga."Zhou, kamu tidak apa-apa?" Bian membantunya berdiri sambil membersihkan pakaian."Haiya, danau itu dalam sekali.""Sudah aku bilang kan, kembali ke permukaan. Kenapa susah sekali membuatmu mengerti?"Keduanya kaget ketika pintu terlilit rantai besar. Seperti beberapa jam yang lalu, hal ini pertanda badan Zhou terjebak dalam keadaan tidak sadarkan diri.Zhou memandang ke sekitar. "Tumben sepi, mana si centil?""Gawat!" sentak Bian, membuat kaget Zhou. "Bagaimana ini?""Apanya yang bagaimana?" Zhou khawatir karena Bian yang biasa t
Baca selengkapnya
65. Keajaiban Alam Sadar
Bian memandang semu ke sisa langit. Berat dia memberi hormat. "Ayah, aku minta maaf karena gagal menyelamatkan Kekaisaran Han, juga semangat Han."Bian ambruk bertekuk lutut. Air mata mengalir sederas air terjun membasahi pipi. Zhou berusaha membantu Bian berdiri, tapi lelaki itu menolak. Dia memandang iba tanpa bisa membantu.Bian lanjut bicara, "Semoga Xian bisa mengemban beban ini. Maafkan putra karena tidak berguna … panjang umur kaisar Xian, panjang umur Han!"Di atas badan besar naga, Liu Bian bersujud dengan sungguh-sungguh, membuat Zhou bertambah iba. Tetapi apa yang bisa dia lakukan? Zhou merasa ini karena tingkahnya yang gasak-gusuk. Dia bertekuk lutut pada Bian. "Maaf, andai aku menuruti perintahmu, Bian. Semua tidak akan menjadi seperti ini." "
Baca selengkapnya
66. Makam Xiaoni
Suara aneh menyapa. Saat pandangan Zhou yang rabun perlahan membaik, suara itu semakin jelas "Kak Zhou bangun, jangan mati duluan Kak!"  Lu Xun memukul dada Zhou berulang kali sampai air mancur dari mulut.  Zhou batuk-batuk, terduduk dalam keadaan basah kuyup. "Haiya, nyaris saja."  Mendapati Lu Xun mengumbar senyum, dia ikut tersenyum, meremas telapak tangan gadis itu. "Bocah, kamu yang menolongku?"  Lu Xun mengangguk kecil, menarik tangan yang digenggam. "Bagaimana caramu menolongku?" selidik Zhou. "T-tadi, uhm, kamu lama sekali di sana. Aku coba mencari, eh, b
Baca selengkapnya
67. Tiga Jurus
Terlepas dari keindahan goa, Zhou mengamati lebih lanjut dinding goa. Bian yang jago membaca huruf Qin, bahkan Lu Xun dibuat bengong. "Memang kamu bisa membaca tulisan  Qin?" Zhou mengangguk-angguk, menanti Bian yang sedang membaca. Dia mengulang ucapan Bian. "Jurus pernafasan, mata malam, juga kaki semut, sangat penting bagi pembunuh bayaran. Maka aku wariskan pada siapa saja yang memiliki keberanian untuk berbohong demi kebaikan. Jika semua jurus digabung, maka ahli k****u bisa menjadi bayang kematian bagi musuh." Selama Zhou membaca, Lu Xun tak henti memandang kagum juga menyaring ucapan itu.  "Tunggu dulu," sela Lu Xun, membuat Zhou berhenti membaca. "Pernapasan … penglihatan … kaki lincah, ya! Kita bisa ke
Baca selengkapnya
68. Dunia Tanpa Zhou
Kendi arak berdiri di batu pinggir kali. Salju semakin tebal menghujani benda warna coklat tua itu.Deng Qiao berdiri memandang pusaran air yang seakan tak bosan berputar.  Kejadian itu bagai kemarin baru terjadi. Tak terasa lebih dari lima bulan dia melakukan hal ini.Shi menaruh kendi arak ke sebelah kendi di batu kali, mengusir salju putih yang singgah di atas kendi. Dia berdiri menggandeng tangan Qiao, mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Perlahan Qiao bersandar ke lengan pria jangkung di sebelah, sembari memeluk lengannya dengan erat.Beberapa bulan ini mereka saling berbagi kesedihan, saling menguatkan, menempuh laut derita bersama. Setidaknya dengan berdua mereka menjadi lebih kuat dan h
Baca selengkapnya
69. Kesempatan Kembali
Beberapa hari berlalu setelah Bian dan Lu Xun memadu kasih dalam makam Lang Xiaoni. Sepasang kekasih itu tak malu mengumbar kemesraan. Setelah berlatih Zhou mencari ikan, sementara Lu Xun yang menyiapkan kayu bakar dan memasak.Walau kemampuan Lu Xun tidak sehebat Bian, tapi dia mampu menguasai dengan baik ilmu menahan napas juga jurus melihat dalam gelap.Kali ini Bian menguasai tubuh Zhou.Zhou duduk santai di dekat api unggun, bermain suling. Sementara Lu Xun manja memeluk lengannya. Zhou berhenti bermain suling. "Siap kembali ke atas sana?"Lu Xun diam. Sebenarnya dia nyaman berdua saja dengan kekasih yang merenggut mahkotanya ini, terlebih memikirkan aktifitas di atas sana bakal membuat mereka tak bisa bertemu lagi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status