All Chapters of Perangkap Tuan Muda: Chapter 61 - Chapter 70
113 Chapters
Pasangan Pengantin yang Berbahagia 2
Amanda merasa bukan dirinya di depan cermin. Gadis yang berdiri di depan cermin ini terlalu cantik untuk disebut sebagai dirinya. Ia berdiri di depan pantulan bayangannya sendiri cukup lama sampai Prisilla menariknya ke belakang. “Jangan bengong!” tawa gadis itu sambil menyentil pipi Amanda yang telah merona merah dengan gemas. Gaun yang tadinya dipakai patung kini telah dilepaskan. Pelan-pelan mulai dipasangkan ditubuh Amanda. Bagian dalam gaun tersebut dilapisi chiffon, sehingga sangat lebut di kulit. “Sudah kuduga kamu akan terlihat cantik dengan gaun pengantin ini,” puji Stefani pada Amanda. Tak ayal pipi Amanda merona karena malu. Ia sendiri tak habis pikir kenapa ia jadi tampak berbeda kini. Pikirnya pasti karena kemampuan MOA yang mumpuni dalam mendandani. “Gadis yang sedang jatuh cinta memang selalu terlihat cantk,” kata Prisilla menambahkan. Suasana hati Amanda menjadi tidak baik kembali. Ia memang jatuh cinta, mungkin. Akan tetapi ia juga tahu kalau orang yang dic
Read more
Fasilitas Bulan Madu
  Hampir enam jam berdiri dan hanya duduk selama beberapa menit ketika tidak ada tamu yang menghampiri mereka di pelaminan sukses membuat seluruh tubuh Amanda pegal. Ia bertanya-tanya bagaimana orang-orang yang lebih dulu menjadi pengantin dan melaksanan akad serta resepsi secara terpisah.  “Merasa tidak enak bandan?” William muncul dengan segelas minuman yang telihat segar di mata Amanda.  Ia menelan ludah dan berharap kalau minumam tersebut memang diambil William untuknya. Kalau pun tidak, ia akan segera meminta seseorang yang bisa dimintai tolong untuk mengambilkan bagiannya. Tak tanggung-tanggung langsung beberapa gelas dan akan diteguk habis segera.  “Amanda?” William memanggil namanya sekali lagi.  “Aku hanya ingin duduk dan minum-minuman dingin,” jawab Amanda lemah.  Dipukul-pukulnya pelan lututnya sedikit sambil menunduk. Beberapa tamu undangan bergerombol di bawah panggung tempat duduk pengantin men
Read more
Malam Pertama William
  William sudah biasa memaksa dirinya sendiri untuk bekerja keras sampai batas maksimal. Namun, hari ini ia mengakui kalau pekerjaan yang dilakukan tidak bisa dibandingkan dengan perasaan lelah menjadi seorang pengantin dalam sebuah pernikahan.  “Aku bisa paham kenapa para pekerja meninginkan tambahan cuti padahal resepsi pernikahannya sudah lewat seminggu,” katanya pelan.  Ia melonggarkan ikatan dasi dengan dua jari dan mulai memijat tengkuknya yang terasa pegal setelahnya. Rahannya juga terasa keram karena harus terus-terusan mengumar senyum pada semua orang. Ia salut pada Amanda yang secara terang-terangan memperlihatkan ketidaksukaannya terhadap susunan acara.  Ini pernikahanku, kenapa rasanya aku yang disiksa  William mengingat sepengal perkataan Amanda di tengah proses resepsi tadi. Ia tersenyum kembali. Amanda hampir selalu bisa menghilangkan ketegangan yang dirasakan William. Ketika ia merasa cukup kesal harus berhadapan d
Read more
Satu Kamar
  Seluruh tubuh Amanda terasa nyaman. Samar-samar ia bisa mencium bau mawar segar dan merasa sangat rileks. Ia bertanya-tanya jam berapa sekarang. Namun keinginannya dalam membuka mata sangatlah kecil. Ia masih mau memejamkan mata beberapa menit lagi. Lagi pula ia tidak pergi ke tempat kerja hari ini. Ia tengah liburan bersama Alex di Bali.  “Aaaa!” Amanda berteriak kesal. Ia melempar bantal tidak bersalah keras-keras dan tidak tahu ke arah mana. Ia menyembunyikan kepalanya ke bawah bantal lain untuk meredam teriakan selanjutnya. Hanya saja, ia bisa melihat sesuatu yang terbuat dari kaca berdentang dan pecah di lantai.  “Jangan pikirkan! Jangan pikirkan!” perintah Amanda berulang kali.  Otaknya untung mematuhi perintah Amanda. Sebab ia tak lagi memikirkan Alex. Namun, beralih pada William. Bahkan pikirannya secara tidak senonoh membayangkan hal yang tidak-tidak. William yang tengah memeluknya. Lelaki tersebut yang tengah mengulum bibir
Read more
Seorang Anak yang Lucu
Kamar William adalah yang paling besar di rumah besarnya. Kamar itu terletak di tengah-tengah, dikepung ruangan-ruangan dengan berbagai fungsi."Wah!" Prisilla berseru kegirangan begitu masuk ke dalam kamar William dan Amanda.Ranjang berkanopi terletak di tengah kamar. Di sisinya ada dua lampu yang masih menyala. Ada satu set sofa yang bisa digunakan bersantai di sebelah kanan ranjang. Di sebelah kanan ada karpet bulu dengan perapian otomatis. Di belakang kepala tempat tidur terdapat pintu menuju kamar mandi yang besarnya sama dengan kamar Amanda sebelumnya."Tempatnya menyeramkan," gumam Amanda tidak merasa bangga dengan kamar yang di miliki.Prisilla yang mendengar gumaman tersebut mencubit pinggang Amanda hingga terpekik."Kadang-kadang aku heran padamu, kenapa sama sekali tidak bersyukur dengan apa yang sedang didapat!"Amanda mencebik. Ia tidak mendapatkan apa-apa. William memang berada dengannya di kamar yang sama tapi, sama sekali ti
Read more
Kisah Perseteruan
William cukup kaget dengan kemarahan yang ditunjukan Amanda padanya. Ia sebenarnya sama sekali tak masalah jikalau seadainya Amanda mengatakan sesuatu semacam kemandulan padanya. Ia memang belum ingin memiliki anak. Tidak saat ini, di mana nyawanya sendiri kesulitan untuk diselamatkan. Usianya sekarang tiga puluh tahun. Pada usia yang sama yang Ayah telah mengalami kecelakaan dan meninggal. Sejak saat itu William telah mewarisi semua kekayaan keluarga Derrian. William percaya kecelakaan ayahnya merupakan sebuah konspirasi. Ia mulai menyadari itu saat ibunya pelan-pelan menjauh darinya. Wanita itu bukannya mempercayai William yang merupakan anaknya, malah menyerahkan saham perusahaan miliknya dikelola orang lain. Orang lain yang datang tiba-tiba dan mengambil hati ibunya dengan cepat. Saham itu akhirnya diambil alih oleh William sendiri untuk keamanan sang ibu. Butuh kerja keras untuk merebut saham tersebut. “Kalau begitu aku akan pergi!” Amand
Read more
Kekecewaan William
Hari masih belum malam, tetapi William telah mengirimi Stefani pesan. Pasti terjadi sesuatu lagi di rumah besar keluarga Derrian. Anehnya, William tidak mau meninggalkan keluarga yang pemikirannya sudah sakit itu. Stefani: Baiklah! Di tempat biasa, kan? William tidak lagi menjawab. Namun, Stefani yakin kalau William sudah membaca pesannya. Ia juga tak sabar bertemu dengan pria yang mencuri hatinya sejak pertama kali bertemu di masa kecil itu. Pria yang bersikap acuh tak acuh dengan sekitar, tapi pada kenyataan amat sangat baik. Pria yang terus-terusan terluka karena perlakuan ibu kandungnya yang dipengaruhi.“Anda terlihat sangat senang Nona Stefani!” Asistennya menyapa saat lewat dengan gantungan baju yang pakaiannya telah terjual di bagian depan butik.“Karena ada hal yang menyenangkan tentunya! Apa semuanya baik-baik saja di depan?” tanya Stefani. Ia tidak suka ada seseorang yang mencoba membaca apa y
Read more
Mabuk
“Eh, tidak ada?”Amanda mengerjap dan menatap Azzar tidak percaya. Pria tua itu mengeleng dan mengatakan kalau William pergi dengan tergesa-gesa. “Jika ada hal yang mendesak, sebaiknya telepon saja Nyonya … Tuan pasti akan mengangkat panggilan dari Anda lekas!”Amanda membayangkan dirinya menelepon William dan meminta maaf. Pasti akan terasa tak sopan. “Tidak, Pak, saya hanya mau mengajak makan malam bersama!” alasannya.Padahal sejak berada di rumah besar William, mereka selalu makan maam bersama. Sebuah alasan yang aneh memang, tetapi Amanda tidak bisa memikirkan hal lain lagi. Prisilla mencubit pinggangnya tanpa ampun, laku kabur lebih dulu dibandingkan Amanda.“Kalau begitu, saya permisi, Pak,” kata Amanda pamit.Mereka saling kejar-kejaran menuju kamar utama yang kini ditempati Amanda dan William. Prisilla melompat ke atas ranjang dan tergelak melihat Amanda yang muncul dengan wajah masam.
Read more
Malam yang Panjang
Amanda memeriksa dadanya karena tidak percaya. Detak jantungnya keras sekali sampai-sampai ia tak mendengar dengan jelas perkataan William padanya. Napas William membuat kulitnya berdenyut pelan seperti memiliki jiwa sendiri. Pelukan William membuanta kesulitan bernapas. Walau begitu Amanda sama sekali tidak mau William menjauh darinya.“Kenapa kamu sampai minum sampai mabuk jika tidak bisa?” Di dalam tengorokannya, Amanda bisa merasakan suaranya gemetar.William mengeliat dan mengecup kulit leher Amanda yang tak tertutupi. Hangat dan basah, membuat jantung Amanda seperti meloncat. Ia pasti wanita paling mesum di dunia karena menginginkan William melakukan hal yang lebih dari itu.“Karena jika sadar aku tidak tahu cara menghadapimu!” kata William.Amanda bertanya-tanya kenapa begitu. Ia tidak menyeramkan> Ia menilai William yang lebih sering membuatnya ketakutan. Sikap dingin dan emosi William yang kadang meledak membuatnya meri
Read more
A Lie
William mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Seluruh tubuhnya seperti habis tabrak truk, sakit. Kepalanya terlebih lagi. Pandangannya sempat berkunang-kunang saat bangun tadi. Ia tak ingat bagaimana caranya pulang semalam. Jelas kalau Stefani yang sudah mengantarnya.Begitu ia menguasai diri, William menarik punggungnya untuk tegak dan menyadari hanya mengenakan celana dalam saja. Ia tidak ingat pernah membuka pakaian seluruhnya. Ia juga yakin tidak punya kebiasaan tidur telajang.Apa aku muntah semalam? William bertanya-tanya sambil menyeret dirinya ke tepi ranjang.Belum sempat menjejakan kaki untuk bisa pergi ke kamar mandi, pintu terbuka dan Amanda masuk dengan nampan. “Sudah bangun?” tanya wanita yang dinikahinya itu sambil tersenyum.Ia tak yakin dengan penglihatannya sendiri. Pasti efek minuman keras yang sebelumnya diminum masih tersisa. Masalahnya bukan itu saja. Ada keinginan aneh yang mendorong William untuk memeluk Amanda, menempatkan wanita itu di dalam pangkuannya.“A
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status