Semua Bab Pendekar Pedang Naga: Bab 11 - Bab 20
310 Bab
Bertemu Pendekar Elang Hitam
Dengan cepat, Ki Seno melesat menggunakan Ajian Sepuh Angin dan menyelamatkan Asoka dari bebatuan sungai. Telat sepersekian detik saja tubuh Asoka sudah hancur. “Byuh, syukurlah aku masih sempat,” lirih Ki Seno, lalu membaringkan Asoka di dekat goa. Di sisi lain, Gatra masih belum percaya kalau teriakan itu muncul begitu saja dari mulut Asoka. Dia mengepakkan sayap dan bertengger di atas goa. Ki Seno menyibak pakaian Asoka dan Gatra pun melihat tato gagak hitam yang ada di leher pemuda itu. Tatonya menyala dan mengeluarkan cahaya keemasan. Mulai saat itu, Gatra mengikuti kemana pun Asoka pergi. Pada saat mencari pisang di keesokan harinya, Ki Seno terkejut karena tato gagak hitam milik Asoka hilang. Dia bertanya serius, tapi Asoka menjawabnya dengan enteng. “Ya mana Asoka tahu, ngelihat leher sendiri saja tidak bisa!” “Ooo bocah semprul! Aku tanya serius malah s
Baca selengkapnya
Menuju Hutan Larangan
Sepintas terbayang kejadian pembantaian waktu itu, Asoka naik pitam. Energi Gatra meluap-luap dalam tubuhnya. Api kemerahan menyelimuti tubuh Asoka; api amarah bercampur api kekuatan mustika merah.Bono mundur beberapa langkah. Dia tidak pernah merasakan energi sebesar ini. Langkahnya gontai dan pandangannya mulai sayu.Asoka mendekati Bono dengan pedang terhunus. Entah siapa yang mengajarinya ilmu berpedang, dia tiba-tiba bisa menggunakannya. Asoka yang dulu berbeda dengan yang sekarang. Amarah menguasainya.- Pedang Tanpo Wujud -Satu kali kibatan pedang tidak berimbas apapun pada Bono."Lucu sekali. Kau hanya membelah angin," ejek Bono."Aku memang membelah angin, tapi angin itu akan membelahmu!"Bono mengernyitkan dahi. Namun tak berselang lama, muncul angin berbentuk baling-baling dari belakang Asoka. Angin itu memotong setiap yang dia lalui. Tubuh Bono terpecah menjadi dua. Asoka mendekati jasad Bono, mengambil peta yang ada di
Baca selengkapnya
Batara Wasji
Pertemuan Asoka dengan Mbok Sari berlangsung singkat. Banyak pelajaran yang bisa diambil, terutama alasan kenapa harus memilih pendekar tanpa aliran. Berjalan menyusuri hutan belantara, Asoka terus memikirkan kalimat terakhir yang diucapkan Mbok Sari, mengulanginya sampai Gatra bosan. Hitam belum tentu buruk, dan putih tidak selamanya baik, namun mereka berdua tidak bisa bersatu. Banyak sekali pendekar aliran hitam yang menolong sesama, memiliki asas gotong royong yang kuat, bahkan rela mengorbankan nyawa demi golongannya sendiri. Begitu juga pendekar aliran putih, tidak selamanya nampak baik di benak pendekar. Jawa merupakan markas pendekar aliran putih, penyebarannya begitu merata. Berbeda dengan aliran hitam yang hanya ada di bagian Timur. Namun pemikiran masyarakat sudah bergeser akibat maraknya pemalakan yang dilakukan oleh pendekar aliran putih. Perguruan Teratai Hijau dan Perguruan Awan Putih merupakan dua dari sekian perguruan yang ser
Baca selengkapnya
Pusaka Sabuk Zamrud
Pertemuan itu mengantarkan Asoka pada sebuah gubuk reyot yang sudah lama tidak dihuni. Batara Wasji menjaga gubuk itu selama beberapa tahun untuk menunggu kedatangan seorang lelaki.Asoka dipersilakan masuk. Pandangannya menatap lekat sabuk hijau yang tergantung di balik pintu kayu. Tangannya bergerak sendiri, walau dia tidak ingin menggerakkannya. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi sabuk itu sangatlah berat.Cahaya pendar hijau muncul dari batu akik yang ada di tengah sabuk. Mengernyitkan dahi karena heran, Asoka menyentuhnya. Cahayanya memantul dari sudut ke sudut hingga mengenai perut Asoka.Huek!Khawatir melihat tuannya muntah darah, Gatra bergegas masuk, tapi Batara Wasji melarangnya."Biarkan dia melakukan tugasnya," kata Batara Wasji.Mengangkat salah satu alisnya karena penasaran, Gatra berubah wujud jadi seorang lelaki. "Dia siapa maksudmu?""Damardjati Sunandar. Kau pasti mengenalnya.""Mustahil!" Gatra menelan luda
Baca selengkapnya
Perampok Macan Kumbang
Sadar melihat dirinya terikat di sebuah pohon beringin, Asoka coba membakar tali yang melilit tangan, perut, dan kakinya. Bermula dari tali di belakang agar tangannya bisa berberak bebas, percobaan itu tidak berhasil."Guru," ujar Asoka dalam hati. "Bantu aku. Pinjamkan kekuatan apimu!"Gatra tidak menjawab sampai Asoka berteriak dalam hatinya. "Guru ... bangunlah! Apa kau tidak ingin membantuku? Aku sedang disandera. Jangan tidur terus!""Sepertinya aku tidak bisa membantumu karena aku rasa, tali itu terasa sedikit aneh. Tapi aku akan memberimu sedikit energi api. Jika itu gagak, kau harus bisa mengalahkan mereka dengan tanganmu sendiri.""Ta-tapi..."Hangat mulai merasuk dari jemari Asoka, mengalir hingga ke punggung. Asoka coba membakar tali yang mengikat tangannya dengan energi api milik Gatra, beberapa kali, hingga energi Asoka banyak terkuras.Padahal tali itu hanya tali rotan biasa, tapi kenapa tidak hangus saat dikenai energi api?
Baca selengkapnya
Patahnya Sayap Gatra
"Mau ke mana kau? Aku tahu ada roh yang bersarang dalam tubuhmu. Roh itu tidak bisa menggunakan kekuatannya karena mustika merahmu sudah aku sembunyikan di tempat khusus."Mengernyitkan dahi karena heran, Asoka baru sadar kalau mustika merah Pedang Naga tidak ada di saku belakang celananya. Dia meluncur dengan ilmu meringankan tubuh sembari mengalirkan tenaga ke tumit kaki kanan.Tendangan sabit memutar berhasil memojokkan Jabran, namun keributan itu terdengar oleh anggota perampok yang lain.Paham apa yang harus dilakukan, Gatra melepaskan diri dari tubuh Asoka dan terbang mencari mustika merah di sekitar markas Perampok Macan Kumbang. Sementara Asoka bertarung untuk mengalihkan perhatian.Sial, dan sangat sial, Jabran ternyata memiliki mata batin. Lelaki jangkung itu bisa melihat ke mana Gatra terbang. Jabran melesat lalu mencengkeram sayap Gatra.Posisi yang jauh dari mustika merah membuat Gatra kewalahan karena dia tidak bisa berbuat apapun kar
Baca selengkapnya
Kekuatan Baru Asoka
Gatra menjetikkan jarinya. Segerombol gagak hutan menyerbu markas Perampok Macan Kumbang. Beberapa goresan dituangkan menggunakan kanvas pipi serta punggung anggota perampok. Jabran mengalami hal yang sama. Punggungnya robek karena cakar dua ekor gagak.Memanfaatkan kesempatan yang ada, Asoka melepaskan energi alam yang ada di telapak tangannya. Tubuhnya terlempar seperti kapas yang tertiup angin kencang."Racunnya mulai bereaksi!" Gatra terkapar tidak berdaya, menggeliat di atas dedaunan kering yang mulai menguning. "Na-nadiku! Kenapa racun ini berdampak pada roh mustika sepertiku?"Tergeletaknya Gatra dimanfaatkan beberapa anggota perampok. Mereka ingin merebut mustika merah, tapi Asoka bergerak lebih cepat. Lekukan indah Pedang Kalacakra milik Asoka menanggalkan beberapa kepala dalam sekali tebas.Jabran bangkit, namun Asoka tidak mengetahuinya. Meski darah mengucur deras dari punggungnya, Jabran masih bisa bangkit. Tubuhnya bergetar hebat. Nadinya ber
Baca selengkapnya
Perguruan Api Abadi
"Andai kalian tidak mengganggu warga, pembantaian ini tidak akan pernah terjadi. Karma itu nyata, dan kalian pantas mendapatkannya!" Semenjak pembantaian hari itu, relung kejam alam bawah sadar Asoka perlahan bangkit. Asoka makin kejam, tidak memberi ampun setiap lawan yang menantangnya. Gatra mulai khawatir, tapi tak punya kuasa menghilangkan sisi gelap dalam diri Asoka. Kelak semakin banyak darah yang menodai pedang Asoka, bahkan darah rekan-rekannya sendiri. Melihat tumpukan mayat anggota Perampok Macan Kumbang, jiwa iblis Asoka mulai menunjukkan taringnya. Asoka ingin memotong dada Jabran, membuang hati dan jantungnya ke lubang yang berisi kotoran. "Oak..." Gatra memanggil rekan-rekan gagaknya untuk memakan bangkai para perampok. ... Tujuan selanjutnya lumayan jauh. Asoka harus melalui dua sungai besar dan petak semak belukar kecil yang dipercaya jadi markas ular kobra. Terpaksa mengeluarkan energi agar bisa mendaftar jadi
Baca selengkapnya
Seleksi Pertama
Murid-murid Perguruan Api Abadi berbaris rapi. Ribuan murid baru menunggu nama mereka dipanggil. Seleksi awal dilaksanakan langsung di ruangan ketua perguruan. Aura hangat bercampur suram terasa kala murid-murid baru melewati gerbang utama perguruan.Hal yang sama juga dialami Asoka, bulu kuduknya berdiri, terutama saat matanya bertatapan langsung dengan mata naga merah yang terlukis di gerbang utama. Seakan mereka beradu pandang, saling menantang satu sama lain."Kau kenapa melamun?" tanya Bayu, sahabat baru Asoka. "Murid-murid lain sudah berbaris rapi di Tanah Pelatihan, ayo kita berangkat. Tinggal kita berdua yang masih diam di sini."Hampir lima menit Asoka mematung dengan mata terbelalak. Bayu sengaja membiarkan Asoka sembari mencari tahu apa yang terjadi. Lama menunggu, akhirnya Bayu menyadarkan Asoka, lalu mengajaknya pergi ke Tanah Pelatihan.Berkumpul ribuan pendekar dari berbagai aliran dan perguruan. Tidak hanya dari Jawa, sebagian besar yang m
Baca selengkapnya
Asoka Mengalahkan Ketua Perguruan
Seperti batu raksasa yang dibebankan di punggung seorang bocah 14 tahun, gempuran energi Abah Suradira terus menghantam Asoka hingga keningnya berkeringat. "I-ini tidak hanya berat. Ini juga menyakitkan!" Asoka mengeluhkan dirinya sendiri. "Aku harus diterima jadi murid perguruan." Abah Suradira mendengarnya. Baru kali ini ada murid segigih itu melawan hantaman energi miliknya. Harusnya pria berkuncir itu sudah resmi diterima jadi murid perguruan. Seleksi perguruan ini sebenarnya mudah, setiap murid harus menahan gempuran energi terendah selama tujuh kedipan mata. Sedangkan Asoka berhasil menahan gempuran energi menengah, bahkan durasinya sampai dua puluh kedipan mata. Melihat tuannya berusaha keras melawan kekuatan Abah Suradira, Gatra nampak prihatin. Dia keluar menggunakan wujud manusia manusia bersayap. Itu adalah wujud terkuat Gatra, Bhagawad Gita menamainya sebagai mode dewa. Kehadiran sang gagak tidak bisa dirasakan siapapun kala menggunakan mo
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
31
DMCA.com Protection Status