Semua Bab Persona: Bab 51 - Bab 60
76 Bab
Bab 50
Gilang pulang dari rumah Viona pukul setengah dua belas. Ketika ke rumah Viona tadi dia mendapati ponselnya di telepon oleh Safira, Safira juga mengiriminya pesan. Tentu saja Gilang tak mengangkatnya karena dia sedang bersama Viona. Tak lama setelah itu barulah dia memutuskan pulang. Saat ini Gilang sedang berbaring di kasur nya sembari menatap ponsel. Safira mengiriminya chat, bertanya apa saja yang Gilang lakukan di rumah. Tapi Gilang memilih tak menjawabnya. Pikirannya kembali mengingat ucapan Viona tadi. "Lepasin aja kak Safira buat kak Andra. Gue yakin kalau kak Safira udah nggak sama kak Gilang, mereka pasti jadian," "Gue nggak masalah sih kakak mau pacaran sama siapa aja. Mau sama kak Safira kek, sama perempuan lain di luar sana atau mungkin mau balikan lagi sama gue. Gue mau-mau aja, hehe." "Maksud Viona ngomong gitu apa ya? Aneh kok dari kemarin gue ngerasa tuh cewek kode gue terus ya?" gumam Gilang seorang diri. Dia mengingat lagi percakapan
Baca selengkapnya
Bab 51
Safira menatap Gilang tak percaya. "Gilang kamu kenapa, sih? Kamu seperti nggak suka sama aku. Salah aku apa?!" Safira tidak bisa menahan diri lagi. Gilang seperti tak mau disentuh olehnya. Gilang menatap mata Safira yang mulai berkaca-kaca dengan perasaan bersalah. Dia baru tersadar dia sudah bersikap kelewatan. "M-maaf, maafin aku. Aku nggak bermaksud..." Safira menggeleng sambil menangis. Gilang yang melihatnya semakin merasa bersalah. "Maafin aku Safira, aku..." Gilang tak bisa meneruskan ucapannya. Tak mungkin dia bilang kalau dia merasa terangsang setiap kali Safira sentuh dan membuat dia jadi ingin melakukan itu. Gilang sendiri tak mengerti kenapa tiba-tiba dia merasa seperti ini saat berada di dekat Safira. Tak seperti biasanya. Safira mengusap pipinya, berusaha untuk tidak menangis lagi. "Kita pulang aja, yuk," ajak Gilang akhirnya. Safira mengangguk. Gilang memanggil pelayanan yang lewat, membayar makanan mereka, lant
Baca selengkapnya
Bab 52
"Gue perhatiin tiga hari belakangan ini lo nggak terlihat akrab sama Gilang," ucap Riri ketika mereka bertiga--bersama Safira dan Evan--tiba di parkiran. Dan dia melihat Gilang tengah mengenakan helmnya. Safira dan Evan melihat ke objek yang sama. "Kalian nggak berantem, kan?" Riri menatap Safira. Gilang menaiki motornya.  Safira terkekeh. "Nggak sama sekali." "Terus kenapa kayak perang dingin gitu," ucap Riri lagi.  "Harus, ya, keliatan akrab terus," "Aneh, aja. Biasanya mah berduaan terus seolah dunia milik berdua, sampai kita dilupain. Iya, nggak, Van?" Evan hanya tertawa bersamaan dengan Gilang yang melajukan motornya meninggalkan pelataran parkir. "Tumben pulang sendiri, nggak bareng lo," ucap Riri lagi. "Gue lagi pengin pulang bareng Evan," kilah Safira. "Udah, ah, pulang. Ngapain ngomongin dia." Safira berjalan lebih dulu menuju motor Evan. Safira berusaha menghindari pembahasan itu. Dia tak mau
Baca selengkapnya
Bab 53
Gilang: Fir, hari ini kita ketemuan yuk. Ada hal penting yang pengin aku omongin sama kamu. Bentar lagi aku jemput. Safira menatap pesan itu tak percaya. Gadis itu tersenyum senang. Gilang akhirnya mengiriminya pesan setelah dua hari tak ada kabar. Di sekolah tadi Safira juga tidak melihat keberadaannya. Entah ke mana lelaki itu. Hal itu membuat Safira semakin rindu pada pacarnya itu. Dan tanpa di sangka sore ini Gilang akhirnya mengiriminya pesan juga. Bahkan pacarnya itu mengajaknya ketemuan. Namun, sejurus kemudian ekspresinya berubah, senyum senang yang sempat tercipta itu seketika memudar kala sebuah spekulasi buruk terlintas di pikirannya. Dua hari sejak semalam Gilang tak ada kabar sama sekali. Dan tiba-tiba saja hari ini Gilang langsung mengajaknya ketemuan. Untuk apa? Apakah Gilang mengadakan suprise untuknya? Rasanya tak mungkin.  Safira takut kalau Gilang ingin menyampaikan kabar buruk mengenai hubungan mereka. Mendadak perasaan cewek
Baca selengkapnya
Bab 54
Gilang melepas pelukannya, menatap Safira lekat-lekat. "Aku...." "Apa Gilang?" desak Safira tak sabaran. "Aku mau cerita," ucap Gilang akhirnya. Sungguh dia berat mengatakannya. "Cerita apa?" Gilang lalu berdiri, berjalan menuju balkon, melempar pandang ke lapangan basket. "Jujur semenjak sama kamu, aku banyak berubah. Bahkan berubah drastis. Aku nggak pernah lagi ngelakuin itu," "Bagus dong." Safira berjalan mendekati Gilang. "Iya, tapi tetap aja aku merasa buruk. Aku nggak pantas. Aku memiliki masa lalu yang buruk. Aku bukan lelaki yang baik." Gilang lantas menghadap Safira. "Dibanding kamu, aku benar-benar nggak pantas. Tadinya aku pikir kamu yang nggak pantas untuk aku, tapi semakin ke sini aku sadar, aku yang nggak pantas untuk kamu,"  Safira mengernyit, perasaannya semakin tak nyaman, "maksud kamu?" "Kamu terlalu baik buat aku, Fira. Dan aku nggak pantas buat kamu. Kamu pantas dapatkan lelaki yang leb
Baca selengkapnya
Bab 55
"Aku lupa sesuatu," "Apa?" "Kamu nggak pake jaket. Kebiasaan, deh." Gilang melepaskan jaket kulitnya, mengenakannya ke Safira. Safira terperangah melihat sikap Gilang. Lelaki itu mengenakan jaket miliknya ke tubuh Safira sedangkan dirinya hanya mengenakan kaos pendek tipis. "Kamu gimana? Kamu cuman pake kaos pendek Gilang. Jaketnya buat kamu aja--" "Aku nggak pa-pa." Gilang memegangi kedua bahu Safira yang sudah tertutup jaket. Jaket itu terlihat kebesaran di tubuh Safira. "Aku nggak masalah kalau kedinginan. Yang penting kamu nggak." Gilang tersenyum. Safira terenyuh. Kenapa di saat hubungan mereka telah berakhir, Gilang justru bersikap semakin manis padanya? Gilang baru akan melanjutkan langkah, ketika Safira justru menahan pergelangan tangannya. Gilang menoleh. "Kenapa?" "Kalau kamu nggak pake jaket sebaiknya kita nggak pulang sekarang. Hujan di luar lebat banget. Aku nggak mau kamu sakit." Safira menggeleng.
Baca selengkapnya
Bab 56
Hari ini ujian nasional di SMA Tunas Bangsa dilaksanakan. Suasana sekolah menjelang ujian, tak seramai biasanya. Karena hanya ada siswa angkatan kelas dua belas sebagai peserta ujian, tak ada adik kelas. Kembali seperti biasa, Safira pergi sekolah bersama Evan. Dan kali ini mereka datang di saat sekolah sudah lumayan ramai. Safira berjalan dengan sedikit tertunduk di belakang Evan, mereka berjalan di tengah lalu-lalang siswa lain. Dan ketika Safira mengangkat kepalanya dia langsung bertemu pandang dengan Gilang yang berdiri di ambang pintu ruang sepuluh. Lelaki itu tadinya sibuk bercengkrama dengan teman-temannya. Ketika dia melihat kehadiran Safira, lelaki itu langsung menatap cewek itu. Melihat itu, Safira segera tundukkan pandangannya kembali. Lantas memotong jalan Evan, masuk ke ruangannya dengan terburu-buru. Masing-masing ruang telah dipersiapkan. Jumlah satu kelas murid di bagi menjadi dua ruang. Safira mendapat ruang delapan, terpisah dengan Evan dan
Baca selengkapnya
Bab 57
"Jadi itu alasannya Gilang mutusin lo?" Riri masih menatap Safira tak percaya. Safira hanya mengangguk. Riri dan Evan saling pandang. Setelah cukup lama menangis, meluapkan perasaannya di pelukan Riri. Safira akhirnya menceritakan sebenarnya ke Evan dan Riri. Termasuk kapan dan di mana Gilang memutuskannya. Untuk alasannya, Safira sedikit berbohong dengan mengatakan kalau Gilang ingin dia fokus dengan ujiannya dan mendapatkan nilai terbaik. Intinya Gilang memutuskannya karena ingin Safira fokus dengan sekolahnya saja. Safira tak mau mengatakan kalau alasan Gilang memutuskannya karena takut merusaknya. Dia telah berkomitmen tidak akan membongkar jati diri Gilang yang sebenarnya pada siapa pun. "Tapi nggak tahu kenapa gue rasanya nggak yakin sama alasannya itu, klasik banget. Kenapa baru ngomong sekarang coba?" Riri belum sepenuhnya yakin mengenai alasan Gilang memutuskan Safira. "Gue nggak tau, tapi dia bilangnya gitu," jawab Safira. "Gue sih yakin
Baca selengkapnya
Bab 58
"Gue liat Gilang jalan sama Viona!" Riri berusaha mengeraskan volume suaranya, menyeimbangi deru kendaraan yang terdengar ribut. Evan mendengar suara Riri samar-samar. "Apa? Gilang sama Viona? Di mana?" Lelaki itu juga berusaha mengeraskan volume suaranya. "Tadi di lampu merah, mereka belok ke jalur lain, gue nggak sempat panggil mereka." Riri masih ingat jelas pemandangan itu. Gilang yang tampak berbicara dan Viona yang tersenyum-senyum. Mengingatnya membuatnya muak. "Yang bener lo," "Iya! Kurang ajar, ya, Gilang! Baru beberapa hari putus dari Safira udah gandeng cewek lain aja. Viona lagi." Anjir! Riri mengumpat dalam hati. "Kita harus kasi tau Safira, Van! Gue baru tau kalau lo seberengsek itu Gilang. Kurang ajar lo!" *** Gilang dan Viona mengunjungi pasar malam. Suasana malam itu sangat ramai. Ada banyak pedagang kaki lima yang menjajakkan jualannnya. Mamang-mamang penjual jajanan seperti cilok, cire
Baca selengkapnya
Bab 59
Evan baru masuk ke ruangannya. Tinggallah Safira berjalan sendiri menuju ke ruangannya. Dari kejauhan Safira melihat Gilang berdiri di depan pintu koridor ruangannya. Dari kejauhan dia bisa melihat kalau Gilang juga menatapnya. Dan ketika langkahnya semakin dekat, Safira tak kuasa untuk tidak tersenyum. Lelaki itu membalas senyumannya. "Kenapa senyum-senyum?" tanya Gilang ketika Safira mendekat. Safira menggeleng dan senyumnya bertambah lebar. Dia merasa sedikit konyol. Dia sebenarnya ingin langsung masuk ke ruangannya tapi entah kenapa langkahnya malah terhenti di hadapan cowok itu.  "Semalam kenapa nanya kayak gitu?" tanya Gilang lagi. Melihat Safira yang menghentikan langkah membuat dia berpikir kalau Safira ingin di ajak bicara. "Yang mana?" "Ngiranya aku marah atau nggak. Apa yang membuat kamu berpikir aku marah sama kamu?" Meski tak ada lagi status di antaranya, Gilang belum bisa menghentikan kebiasaannya untuk memanggil Saf
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status